Tumbuh 325%, Asuransi Jiwa Digital Rebut Segmen Anak Muda
A
A
A
SURABAYA - Kehadiran teknologi mengubah banyak lini kebutuhan hidup. Salah satunya asuransi jiwa yang terus tumbuh dalam penerapan digital di dalamnya. Anak-anak muda yang dulunya anti terhadap asuransi, perlahan mulai ikut dalam penetrasi pasar potensial di Indonesia.
Chief Financial Officer (CFO) FWD Life Paul Kartono menuturkan, asuransi jiwa memang sudah meninggalkan cara konvensional seiring dengan percepatan teknologi di Indonesia. Makanya FWD Life mencoba terus konsisten dalam basis digital untuk penerapan penetrasi asuransi.
“Ternyata asuransi terus bertumbuh di sepanjang tahun ini. Kalau dilihat pada kuartal pertama saja sudah bisa mencapai pertumbuhan 325% dari tahun sebelumnya,” ujar Paul ketika ditemui di sela-sela peluncuran FWD Hackathon 2017 di Surabaya, Kamis (10/8/2017).
Ia melanjutkan, kehadiran teknologi memang menciptakan kemudahan. Makanya asuransi digital membuka ceruk penetrasi asuransi yang dulunya sangat terbatas. Dengan percepatan informasi dan kemudahan dalam teknologi bisa menambah penetrasi asuransi di Indonesia yang sejauh ini baru menyentuh 2,70% saja.
“Di negara lain sudah menyentuh level 5%. Tapi penetrasi di Indonesia sangat bagus untuk tahun ini dan beberapa tahun ke depan,” ungkapnya.
Pihaknya pun optimistis kalau inovasi digital teknologi bisa memberikan akselerasi asuransi jiwa di tanah air. Apalagi saat ini sudah terjadi pergeseran gaya hidup generasi muda yang sudah melek teknologi. “Makanya kami mengandeng anak-anak muda yang berbakat untuk membangun era asuransi jiwa digital di Indonesia,” ucapnya.
FWD Life sendiri akhirnya berkolaborasi dengan Founder Institute untuk mengadakan FWD Hackathon di Kota Pahlawan. Harapannya, para pelaku startup yang memiliki gagasan serta kreatifitas bisa menciptakan aplikasi yang fokus pada kemudahan berasuransi.
“Ini kerja sama strategis. Mereka bisa menjadi embrio di dunia asuransi untuk memperkuat industri asuransi jiwa ke depannya,” sambungnya.
Dengan kehadiran digital, katanya, tak hanya kemudahan dalam pendaftaran yang tak ribet. Namun proses kliam asuransi yang dulunya lama bisa dipangkas habis. Sehingga masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk pencairan. “Kami juga satu-satunya yang memberikan asuransi untuk extrem sport,” jelasnya.
Director of Founder Institute Andy Zain mengatakan, pelaku-pelaku startup saat ini tidak hanya didominasi oleh Jakarta. Mereka tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan ragam serta kreatifitas yang berbeda. Makanya ia sangat tertarik untuk menjaring itu di Surabaya.
Dulu, katanya, dunia asuransi jiwa sangat membosankan bagi kelompok-kelompok muda. Sehingga mereka tidak mau mendengar atau memahami asuransi jiwa. “Saat ini mereka berada di dalam pengembangan industri asuransi digital yang bisa memberikan manfaat untuk membangun lebih banyak ide dan inovasi,” katanya.
Chief Financial Officer (CFO) FWD Life Paul Kartono menuturkan, asuransi jiwa memang sudah meninggalkan cara konvensional seiring dengan percepatan teknologi di Indonesia. Makanya FWD Life mencoba terus konsisten dalam basis digital untuk penerapan penetrasi asuransi.
“Ternyata asuransi terus bertumbuh di sepanjang tahun ini. Kalau dilihat pada kuartal pertama saja sudah bisa mencapai pertumbuhan 325% dari tahun sebelumnya,” ujar Paul ketika ditemui di sela-sela peluncuran FWD Hackathon 2017 di Surabaya, Kamis (10/8/2017).
Ia melanjutkan, kehadiran teknologi memang menciptakan kemudahan. Makanya asuransi digital membuka ceruk penetrasi asuransi yang dulunya sangat terbatas. Dengan percepatan informasi dan kemudahan dalam teknologi bisa menambah penetrasi asuransi di Indonesia yang sejauh ini baru menyentuh 2,70% saja.
“Di negara lain sudah menyentuh level 5%. Tapi penetrasi di Indonesia sangat bagus untuk tahun ini dan beberapa tahun ke depan,” ungkapnya.
Pihaknya pun optimistis kalau inovasi digital teknologi bisa memberikan akselerasi asuransi jiwa di tanah air. Apalagi saat ini sudah terjadi pergeseran gaya hidup generasi muda yang sudah melek teknologi. “Makanya kami mengandeng anak-anak muda yang berbakat untuk membangun era asuransi jiwa digital di Indonesia,” ucapnya.
FWD Life sendiri akhirnya berkolaborasi dengan Founder Institute untuk mengadakan FWD Hackathon di Kota Pahlawan. Harapannya, para pelaku startup yang memiliki gagasan serta kreatifitas bisa menciptakan aplikasi yang fokus pada kemudahan berasuransi.
“Ini kerja sama strategis. Mereka bisa menjadi embrio di dunia asuransi untuk memperkuat industri asuransi jiwa ke depannya,” sambungnya.
Dengan kehadiran digital, katanya, tak hanya kemudahan dalam pendaftaran yang tak ribet. Namun proses kliam asuransi yang dulunya lama bisa dipangkas habis. Sehingga masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk pencairan. “Kami juga satu-satunya yang memberikan asuransi untuk extrem sport,” jelasnya.
Director of Founder Institute Andy Zain mengatakan, pelaku-pelaku startup saat ini tidak hanya didominasi oleh Jakarta. Mereka tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan ragam serta kreatifitas yang berbeda. Makanya ia sangat tertarik untuk menjaring itu di Surabaya.
Dulu, katanya, dunia asuransi jiwa sangat membosankan bagi kelompok-kelompok muda. Sehingga mereka tidak mau mendengar atau memahami asuransi jiwa. “Saat ini mereka berada di dalam pengembangan industri asuransi digital yang bisa memberikan manfaat untuk membangun lebih banyak ide dan inovasi,” katanya.
(ven)