Bila Perang Korea II Terjadi, Ini Pengaruhnya ke Ekonomi Dunia

Jum'at, 11 Agustus 2017 - 12:40 WIB
Bila Perang Korea II Terjadi, Ini Pengaruhnya ke Ekonomi Dunia
Bila Perang Korea II Terjadi, Ini Pengaruhnya ke Ekonomi Dunia
A A A
NEW YORK - Peringatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai “api dan kemarahan” untuk menghadapi Korea Utara telah mengguncang pasar global. Jika Perang Korea jilid kedua terjadi, selain korban manusia juga akan mengguncang perekonomian global.

Melansir dari Bloomberg, Jumat (11/8/2017), Capital Economics Ltd., membuat analisa soal jika terjadi perang di Semenanjung Korea dan dampaknya terhadap ekonomi dunia. Capital menyebut ini akan berdampak terhadap pasokan dan produksi barang, mulai dari smartphone, mobil, televisi, dan akan melukai pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia karena mendorong harga jadi lebih tinggi. Pasalnya, Korea Selatan merupakan produsen peralatan elektronik dunia.

Korea Selatan merupakan negara produsen televisi dan perangkat elektronik lainnya, mereka menyumbang 40% dari produksi elektronik dunia. Negara beribu kota Seoul ini juga produsen semi konduktor terbesar kedua, yang digunakan di smartphone dengan pangsa pasar 17%. Korsel juga salah satu negara produsen mobil dan merupakan rumah bagi tiga pembangunan kapal terbesar di muka bumi.

“Jika produksi Korea Selatan rusak parah akibat perang, akan ada kekurangan pasokan produk elektronik di seluruh dunia. Gangguan ini akan berlangsung cukup lama dan dibutuhkan sekitar dua tahun untuk membangun pabrik semi konduktor dari awal,” analisa ekonom Capital, Gareth Leather dan Krystal Tan.

Ekonomi Korea

Selain itu ada risiko pada jalur pelayaran. Ya, karena setiap konflik akan merubah rute utama, termasuk jika terjadi Perang Korea akan mengubah banyak rute utama di sepanjang pesisir timur China, negara perdagangan terbesar di dunia.

“Itu menjadi terlalu berisiko bagi kapal kontainer untuk masuk dan keluar dari pelabuhan China, hal itu akan menyebabkan gangguan ekonomi global,” menurut Capital Economics.

Dan untuk Amerika Serikat, ini akan membuat biaya menjadi sangat besar. Utang Federal kemungkinan akan didorong lebih tinggi untuk mendanai perang dan membayar biaya rekonstruksi. Jika AS menggunakan jumlah yang sama dalam merekonstruksi di Semenanjung Korea seperti di Irak dan Afganistan, menurut analisa Capital Economics, utang nasional AS akan melonjak 30% dari saat ini.

Memang analisa ini tidak pasti, karena beberapa analisis mengatakan ini kajian ketakutan yang berlebihan. Pasalnya, dalam konflik militer yang terjadi sulit diprediksi mengingat keragaman aktor potensial yang terlibat.

Sementara itu, Bloomberg Intelligence menilai kendati tidak ada aksi militer, namun ketegangan yang berlarut-larut di Semenanjung Korea merupakan berita buruk bagi pertumbuhan Asia Timur. Bagi Korea Selatan, ketidakpastian itu akan mengancam investasi.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3661 seconds (0.1#10.140)