Pertamina Utamakan Investasi Partnership
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik mengutarakan, pihaknya mengutamakan investasi partnership. Sebab, industri energi itu harus terus berinvestasi meski8 berisiko tinggi (hight risk).
"Berkali-kali saya katakan bahwa bisnis energi utamanya minyak dan gas itu punya risiko yang tinggi, modalnya besar dan teknologi yang dipakai tingkat tinggi. Makanya, perlu komitmen dan partner yang baik," katanya di Jakarta, kemarin.
Maka, lanjut Elia, agar tidak tertimpa risiko terfatal, pelu perencanaan yang baik. Sisi lainnya, perusahaan energi seperti Pertamina perlu harus terus investasi, karena kalau tanpa investasi, maka akan terjadi kemunduran.
Atas dasar itu, dia menyadari bahwa membangun Pertamina menjadi perusahaan dunia di 2025, harus dengan pengendalian yang fokus. Perencanaan yang matang dan terintegrasi dari hulu sampai hilir.
"Makanya kami tegaskan perlu dilakukan dengan cara mencari partner. Perusahaan migas di Jepang Shisgaz dan Pemex dari Meksiko hanya di bawah 5% yang menjadi operator murni di pengolahan kilangnya. Bahkan Exxon yang sudah melanggang hanya 4 kilang yang jadi operator murni," terangnya.
Hanya saja, kata Elia, untuk mendapatkan partnership yang baik tidak gampang. Perlu dilakukan perundingan-perundingan yang matang. Yang sama-sama tidak dirugikan, tetapi kemitraan itu dibangun atas dasar keberhasilan.
Demi mencapai konsep itu, perlu dilakukan perubahan struktur organisasi Pertamina, yaitu dengan menambahkan direktur manajemen aset, direktur perencanaan investasi dan manajemen risiko serta direktur sumber daya manusia dan umum.
"Perlu diketahui aset non core Pertamina itu sebesar Rp137 triliun. Dan itu harus dikelola, karena Pertamina butuh modal besar. Makanya, itu penambahan struktur ini bagian dari efesiensi untuk menguatkan Pertamina menjadi perusahaan dunia 2025," terang Elia.
"Berkali-kali saya katakan bahwa bisnis energi utamanya minyak dan gas itu punya risiko yang tinggi, modalnya besar dan teknologi yang dipakai tingkat tinggi. Makanya, perlu komitmen dan partner yang baik," katanya di Jakarta, kemarin.
Maka, lanjut Elia, agar tidak tertimpa risiko terfatal, pelu perencanaan yang baik. Sisi lainnya, perusahaan energi seperti Pertamina perlu harus terus investasi, karena kalau tanpa investasi, maka akan terjadi kemunduran.
Atas dasar itu, dia menyadari bahwa membangun Pertamina menjadi perusahaan dunia di 2025, harus dengan pengendalian yang fokus. Perencanaan yang matang dan terintegrasi dari hulu sampai hilir.
"Makanya kami tegaskan perlu dilakukan dengan cara mencari partner. Perusahaan migas di Jepang Shisgaz dan Pemex dari Meksiko hanya di bawah 5% yang menjadi operator murni di pengolahan kilangnya. Bahkan Exxon yang sudah melanggang hanya 4 kilang yang jadi operator murni," terangnya.
Hanya saja, kata Elia, untuk mendapatkan partnership yang baik tidak gampang. Perlu dilakukan perundingan-perundingan yang matang. Yang sama-sama tidak dirugikan, tetapi kemitraan itu dibangun atas dasar keberhasilan.
Demi mencapai konsep itu, perlu dilakukan perubahan struktur organisasi Pertamina, yaitu dengan menambahkan direktur manajemen aset, direktur perencanaan investasi dan manajemen risiko serta direktur sumber daya manusia dan umum.
"Perlu diketahui aset non core Pertamina itu sebesar Rp137 triliun. Dan itu harus dikelola, karena Pertamina butuh modal besar. Makanya, itu penambahan struktur ini bagian dari efesiensi untuk menguatkan Pertamina menjadi perusahaan dunia 2025," terang Elia.
(izz)