BI: Penurunan Suku Bunga untuk Dongkrak Daya Beli Masyarakat
A
A
A
YOGYAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa penurunan tingkat suku bunga acuan BI 7-Days Repo Rate, menjadi salah satu upaya otoritas moneter untuk mendongkrak daya beli masyarakat di Indonesia. Di mana BI 7-Days Repo Rate bulan ini turun 0,25 basis poins (bps) dari 4,75% menjadi 4,5%.
Asisten Gubernur Departemen Ekonomi dan Moneter BI, Doddy Budi Waluyo menjelaskan, saat ini pertumbuhan konsumsi dan daya beli masyarakat cenderung rendah di posisi 4,9%. Padahal biasanya pertumbuhan konsumsi masyarakat di atas 5%.
"Konsumsi rumah tangga sebenarnya pertumbuhannya rendah 4,9% dari nature kita 5%. Ada permasalahan dari sisi daya beli yang terganggu," ujarnya, dalam Pelatihan Wartawan BI di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Minggu (27/8/2017).
Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat terjadi karena ekspektasi dan tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia yang menurun. Akibatnya, tak ada investasi yang masuk sehingga tidak ada peredaran uang di masyarakat.
Selain itu, masyarakat juga menahan konsumsi dan memilih menyimpan dananya ke perbankan atau surat berharga. Masih menurut Doddy, hal ini terjadi karena ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi Indonesia masih belum kuat.
"Mereka menahan konsumsi dan mereka meletakkan dananya ke simpanan atau surat berharga. Jadi expect mereka belum kuat. Jadi ini yang coba untuk meningkatkan konfiden untuk melakukan investasi," tandasnya.
Asisten Gubernur Departemen Ekonomi dan Moneter BI, Doddy Budi Waluyo menjelaskan, saat ini pertumbuhan konsumsi dan daya beli masyarakat cenderung rendah di posisi 4,9%. Padahal biasanya pertumbuhan konsumsi masyarakat di atas 5%.
"Konsumsi rumah tangga sebenarnya pertumbuhannya rendah 4,9% dari nature kita 5%. Ada permasalahan dari sisi daya beli yang terganggu," ujarnya, dalam Pelatihan Wartawan BI di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Minggu (27/8/2017).
Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat terjadi karena ekspektasi dan tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia yang menurun. Akibatnya, tak ada investasi yang masuk sehingga tidak ada peredaran uang di masyarakat.
Selain itu, masyarakat juga menahan konsumsi dan memilih menyimpan dananya ke perbankan atau surat berharga. Masih menurut Doddy, hal ini terjadi karena ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi Indonesia masih belum kuat.
"Mereka menahan konsumsi dan mereka meletakkan dananya ke simpanan atau surat berharga. Jadi expect mereka belum kuat. Jadi ini yang coba untuk meningkatkan konfiden untuk melakukan investasi," tandasnya.
(dmd)