Produksi Logam PT Timah Naik 56,66%
A
A
A
JAKARTA - PT Timah (Persero) Tbk (TINS) hingga akhir Juni 2017 mencatat peningkatan produksi logam timah sebesar 56,56% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
"Performa yang baik pada semester I/2017 menempatkan PT Timah sebagai salah satu emiten tambang dengan prospek menarik pada 2017," kata Direktur Keuangan perseroan Emil Ermindra dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (31/8/2017).
Pada semester I/2017 tercatat produksi bijih timah sebesar 16.078 ton, atau naik 76,52% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 9.108 ton. Produksi logam timah naik 56,56% menjadi 14.905 Mton dibanding semester pertama 2016 sebesar 9.520 Mton
"Penjualan logam timah juga tumbuh tercatat 14.404 Mton atau naik 23,30% dibandingkan periode yang sama 2016 sebesar 11.682 Mton," jelasnya.
Peningkatan produksi tersebut tentunya berdampak positif terhadap performa finansial perseroan. Jika dibanding semester I/2016, pendapatan TINS meningkat 53,83% menjadi Rp4,30 triliun, sedangkan labanya meningkat 5,5 kali lipat menjadi Rp150,65 miliar.
"Pada semester I/2017 TINS mencatatkan profit Rp150,65 miliar atau naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar minus Rp32,88 miliar," jelasnya.
Pendapatan TINS tumbuh 53,83% menjadi Rp4,30 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp2,80 triliun. Beban pokok pendapatan TINS juga naik terkendali sebesar 46,42% menjadi Rp3,67 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp2,51 triliun.
Performa PT Timah melesat berkat strategi operasi yang baik, di antaranya penemuan sumber daya dan cadangan baru, baik itu di wilayah darat maupun laut, memperbaiki sistem manajemen kemitraan, penambahan armada Kapal Isap Produksi (KIP) untuk penambangan laut.
"Selain itu juga inovasi pada smelter untuk meningkatkan produktivitas, dan tentunya meningkatkan kapabilitas operasi dan produksi penambangan secara umum," tutur dia.
Sampai akhir semester I/2017 sudah terserap belanja modal sebesar Rp675 miliar. Rekondisi dan replacement menyerap porsi paling besar yaitu 47,79% atau Rp323 miliar, pembesaran kapasitas menyerap 41,28% atau Rp279 miliar, dan sarana pendukung menyerap 7,63% atau Rp52 miliar.
"Performa yang baik pada semester I/2017 menempatkan PT Timah sebagai salah satu emiten tambang dengan prospek menarik pada 2017," kata Direktur Keuangan perseroan Emil Ermindra dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (31/8/2017).
Pada semester I/2017 tercatat produksi bijih timah sebesar 16.078 ton, atau naik 76,52% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 9.108 ton. Produksi logam timah naik 56,56% menjadi 14.905 Mton dibanding semester pertama 2016 sebesar 9.520 Mton
"Penjualan logam timah juga tumbuh tercatat 14.404 Mton atau naik 23,30% dibandingkan periode yang sama 2016 sebesar 11.682 Mton," jelasnya.
Peningkatan produksi tersebut tentunya berdampak positif terhadap performa finansial perseroan. Jika dibanding semester I/2016, pendapatan TINS meningkat 53,83% menjadi Rp4,30 triliun, sedangkan labanya meningkat 5,5 kali lipat menjadi Rp150,65 miliar.
"Pada semester I/2017 TINS mencatatkan profit Rp150,65 miliar atau naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar minus Rp32,88 miliar," jelasnya.
Pendapatan TINS tumbuh 53,83% menjadi Rp4,30 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp2,80 triliun. Beban pokok pendapatan TINS juga naik terkendali sebesar 46,42% menjadi Rp3,67 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp2,51 triliun.
Performa PT Timah melesat berkat strategi operasi yang baik, di antaranya penemuan sumber daya dan cadangan baru, baik itu di wilayah darat maupun laut, memperbaiki sistem manajemen kemitraan, penambahan armada Kapal Isap Produksi (KIP) untuk penambangan laut.
"Selain itu juga inovasi pada smelter untuk meningkatkan produktivitas, dan tentunya meningkatkan kapabilitas operasi dan produksi penambangan secara umum," tutur dia.
Sampai akhir semester I/2017 sudah terserap belanja modal sebesar Rp675 miliar. Rekondisi dan replacement menyerap porsi paling besar yaitu 47,79% atau Rp323 miliar, pembesaran kapasitas menyerap 41,28% atau Rp279 miliar, dan sarana pendukung menyerap 7,63% atau Rp52 miliar.
(izz)