Bos BEI: Laba Freeport Masih Kalah Besar dari BRI
Bos BEI: Laba Freeport Masih Kalah Besar dari BRI
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tbk (BEI) Tito Sulistio mengungkapkan bahwa keuntungan atau laba dari PT Freeport Indonesia tidaklah besar. Bahkan, laba PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk jauh lebih besar.
(Baca Juga: Holding BUMN Masih Berminat Serap Saham Freeport
Dia mengungkapkan, laba Freeport bukanlah yang terbesar di Indonesia. Profit raksasa tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut hanya sekitar 25% dari laba BRI.
"Pada dasarnya profitnya Freeport itu hanya 25% dari BRI. Jadi besar, tapi enggak menjadi yang terbesar di Indonesia kok. BRI, Telkom, BCA jauh lebih besar dari itu. Cuma, cuap-cuap politknya kan kencang jadi rame," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (31/8/2017).
Kendati demikian, Tito menilai bahwa ini menjadi kesempatan besar untuk melakukan pemerataan pendapatan Freeport melalui kepemilikan sahamnya. Oleh karena itu, dia berharap Freeport bisa melantai di bursa, sehingga bisa dimiliki oleh rakyat Indonesia.
"Ini kesempatan melakukan suatu pemerataan pendapatan melalui kepemilikan. Jika bisa Freeport go public, dan milik rakyat Indonesia," imbuh dia.
Meskipun melantai di bursa, Tito yakin saham Freeport tidak diambil oleh investor asing. Karena, BEI memiliki kemampuan untuk memproteksi agar asing bisa tidak masuk ke saham tertentu dalam waktu tertentu. "Tinggal bilang aja ke KSEI, asing enggak boleh beli. Kan pembeli asing, pembeli lokal, ada catatannya. tinggal di protect. Bisa," tuturnya.
Sambung dia dengan melantai di pasar modal, maka masyarakat akan tahu kekuatan Freeport sebenarnya. "Kalau dengan IPO, terjadi transparansi semua orang tahu. Oh begini toh. Ada yang bilang terbesar di dunia dan segala macam. Dengan dia IPO, balance sheet nya transparansi, asetnya transparansi, kan jadi tahu rakyat, oh begini toh," tandasnya.
(Baca Juga: Holding BUMN Masih Berminat Serap Saham Freeport
Dia mengungkapkan, laba Freeport bukanlah yang terbesar di Indonesia. Profit raksasa tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut hanya sekitar 25% dari laba BRI.
"Pada dasarnya profitnya Freeport itu hanya 25% dari BRI. Jadi besar, tapi enggak menjadi yang terbesar di Indonesia kok. BRI, Telkom, BCA jauh lebih besar dari itu. Cuma, cuap-cuap politknya kan kencang jadi rame," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (31/8/2017).
Kendati demikian, Tito menilai bahwa ini menjadi kesempatan besar untuk melakukan pemerataan pendapatan Freeport melalui kepemilikan sahamnya. Oleh karena itu, dia berharap Freeport bisa melantai di bursa, sehingga bisa dimiliki oleh rakyat Indonesia.
"Ini kesempatan melakukan suatu pemerataan pendapatan melalui kepemilikan. Jika bisa Freeport go public, dan milik rakyat Indonesia," imbuh dia.
Meskipun melantai di bursa, Tito yakin saham Freeport tidak diambil oleh investor asing. Karena, BEI memiliki kemampuan untuk memproteksi agar asing bisa tidak masuk ke saham tertentu dalam waktu tertentu. "Tinggal bilang aja ke KSEI, asing enggak boleh beli. Kan pembeli asing, pembeli lokal, ada catatannya. tinggal di protect. Bisa," tuturnya.
Sambung dia dengan melantai di pasar modal, maka masyarakat akan tahu kekuatan Freeport sebenarnya. "Kalau dengan IPO, terjadi transparansi semua orang tahu. Oh begini toh. Ada yang bilang terbesar di dunia dan segala macam. Dengan dia IPO, balance sheet nya transparansi, asetnya transparansi, kan jadi tahu rakyat, oh begini toh," tandasnya.
(akr)
Explore More