Industri Farmasi Kuasai 70% Pasar Domestik
A
A
A
JAKARTA - Industri farmasi nasional terus menunjukkan kinerja yang semakin positif dengan mampu menyediakan kebutuhan obat untuk pasar dalam negeri sebesar 70%.
Bahkan, dalam kelompok industri kimia, farmasi dan obat tradisional, sektor ini mengalami pertumbuhan cukup tinggi mencapai 7,38% pada kuartal II/2017 atau setelah perolehan industri logam.
"Nilai pasar produk farmasi di Indonesia sekitar USD4,7 miliar atau setara dengan 27% dari total pasar farmasi di ASEAN," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam rilisnya di Jakarta, Senin (4/9/2017).
Airlangga berharap, industri farmasi diharapkan dapat lebih mendominasi pasar domestik dan ekspor. Apalagi, saat ini pemerintah Indonesia tengah meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
"Upaya ini dilaksanakan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional yang dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk mengcover 160 juta penduduk," ujarnya.
Menurutnya, program tersebut membutuhkan penyediaan obat dalam jumlah besar terutama obat generik. Karena itu, industri farmasi dalam negeri juga dituntut agar menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga kompetitif.
"Dalam hal ini, pemerintah tentunya akan memprioritaskan produsen lokal dalam penyediaan obat pada program BPJS," imbuhnya.
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu sektor andalan yang berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang.
Kementerian Perindustrian mencatat, industri farmasi berkontribusi sebesar Rp54,4 triliun terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 40 ribu orang.
Bahkan, dalam kelompok industri kimia, farmasi dan obat tradisional, sektor ini mengalami pertumbuhan cukup tinggi mencapai 7,38% pada kuartal II/2017 atau setelah perolehan industri logam.
"Nilai pasar produk farmasi di Indonesia sekitar USD4,7 miliar atau setara dengan 27% dari total pasar farmasi di ASEAN," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam rilisnya di Jakarta, Senin (4/9/2017).
Airlangga berharap, industri farmasi diharapkan dapat lebih mendominasi pasar domestik dan ekspor. Apalagi, saat ini pemerintah Indonesia tengah meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
"Upaya ini dilaksanakan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional yang dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk mengcover 160 juta penduduk," ujarnya.
Menurutnya, program tersebut membutuhkan penyediaan obat dalam jumlah besar terutama obat generik. Karena itu, industri farmasi dalam negeri juga dituntut agar menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga kompetitif.
"Dalam hal ini, pemerintah tentunya akan memprioritaskan produsen lokal dalam penyediaan obat pada program BPJS," imbuhnya.
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu sektor andalan yang berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang.
Kementerian Perindustrian mencatat, industri farmasi berkontribusi sebesar Rp54,4 triliun terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 40 ribu orang.
(izz)