Rupiah Sore Ini Bertahan di Zona Merah
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada penutupan perdagangan sore hari ini enggan bergerak ke jalur hijau alias masih melemah sejak pembukaan tadi pagi. Pelemahan mata uang garuda terjadi saat USD masih bertahan menguat.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg, sore ini berada di level Rp13.201/USD melemah tipis dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.200/USD. Rupiah sendiri berada pada kisaran level Rp13.197-Rp13.216/USD.
Sementara, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada sesi penutupan perdagangan hari ini turun ke level Rp13.194/USD dari posisi sebelumnya yang berada di level Rp13.190/USD. Rupiah bergerak pada kisaran level Rp13.184-Rp13.213/USD.
Menurut data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, menunjukkan rupiah sore ini tertahan di level Rp13.209/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah melemah cukup dalam sebesar 23 poin dari posisi sebelumnya di level Rp13.186/USD.
Data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah sore ini berakhir di level Rp13.207/USD atau lebih baik dari penutupan kemarin yang berada di level Rp13.230/USD.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (13/9/2017), USD masih terus bertahan menguat dengan investor mengharapkan hari yang sepi untuk mata uang menjelang data inflasi utama yang akan dirilis besok. Hal ini akan diawasi ketat oleh Federal Reserve AS karena mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga.
Sebagian besar perdagangan mata uang dalam kisaran sempit, poundsterling fokus untuk mencapai level tertinggi dalam satu tahun di atas level 1,33 per USD dan level tertinggi dalam enam pekan di perdagangan.
Poundsterling kembali menguat pada hari sebelumnya didukung data inflasi Inggris yang kuat, yang mendorong ekspektasi bahwa Bank of England tidak akan menunggu terlalu lama sebelum menaikkan suku bunga.
USD diperdagangkan turun 0,1% pada hari ini terhadap beberapa mata uang utama di level 91,758, tepat di atas level terendahnya dalam 2,5 2 tahun yang menyentuh pekan lalu.
"Semua orang menunggu data inflasi besok dan The Fed pekan depan. Sekarang ini adalah wait and see bagi investor melihat USD," kata ahli strategi mata uang Commerzbank Esther Reichelt, di Frankfurt.
Menurutnya, satu-satunya faktor lain yang kemungkinan akan memicu pergerakan signifikan adalah meningkatnya ketegangan di Korea Utara.
Greenback merosot ke level terendah dalam 10 bulan di level 107.320 yen pada kahir pekan kemarin ketika Badai Irma mengancam Florida dan karena pasar keuangan menguat untuk kemungkinan uji coba rudal atau nuklir lainnya oleh Korea Utara.
Sejak saat itu, risk aversion telah turun secara signifikan, mendorong kenaikan yield Treasury AS ke level tertinggi dua pekan. USD terhadap yen sore ini melemah ke level 109,95 setelah naik di awal sesi ke posisi 110,255, tertinggi sejak 1 September.
Euro terhadap USD mengalami kenaikan moderat di hari sebelumnya dan terakhir naik 0,1% ke level 1,1984. Bitcoin turun hampir 5%, tepat di bawah 4.000 per USD, setelah Jamie Dimon, chief executive JPMorgan Chase & Co, mengatakan bahwa cryptocurrency adalah penipuan dan akan meledak.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg, sore ini berada di level Rp13.201/USD melemah tipis dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.200/USD. Rupiah sendiri berada pada kisaran level Rp13.197-Rp13.216/USD.
Sementara, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada sesi penutupan perdagangan hari ini turun ke level Rp13.194/USD dari posisi sebelumnya yang berada di level Rp13.190/USD. Rupiah bergerak pada kisaran level Rp13.184-Rp13.213/USD.
Menurut data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, menunjukkan rupiah sore ini tertahan di level Rp13.209/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah melemah cukup dalam sebesar 23 poin dari posisi sebelumnya di level Rp13.186/USD.
Data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah sore ini berakhir di level Rp13.207/USD atau lebih baik dari penutupan kemarin yang berada di level Rp13.230/USD.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (13/9/2017), USD masih terus bertahan menguat dengan investor mengharapkan hari yang sepi untuk mata uang menjelang data inflasi utama yang akan dirilis besok. Hal ini akan diawasi ketat oleh Federal Reserve AS karena mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga.
Sebagian besar perdagangan mata uang dalam kisaran sempit, poundsterling fokus untuk mencapai level tertinggi dalam satu tahun di atas level 1,33 per USD dan level tertinggi dalam enam pekan di perdagangan.
Poundsterling kembali menguat pada hari sebelumnya didukung data inflasi Inggris yang kuat, yang mendorong ekspektasi bahwa Bank of England tidak akan menunggu terlalu lama sebelum menaikkan suku bunga.
USD diperdagangkan turun 0,1% pada hari ini terhadap beberapa mata uang utama di level 91,758, tepat di atas level terendahnya dalam 2,5 2 tahun yang menyentuh pekan lalu.
"Semua orang menunggu data inflasi besok dan The Fed pekan depan. Sekarang ini adalah wait and see bagi investor melihat USD," kata ahli strategi mata uang Commerzbank Esther Reichelt, di Frankfurt.
Menurutnya, satu-satunya faktor lain yang kemungkinan akan memicu pergerakan signifikan adalah meningkatnya ketegangan di Korea Utara.
Greenback merosot ke level terendah dalam 10 bulan di level 107.320 yen pada kahir pekan kemarin ketika Badai Irma mengancam Florida dan karena pasar keuangan menguat untuk kemungkinan uji coba rudal atau nuklir lainnya oleh Korea Utara.
Sejak saat itu, risk aversion telah turun secara signifikan, mendorong kenaikan yield Treasury AS ke level tertinggi dua pekan. USD terhadap yen sore ini melemah ke level 109,95 setelah naik di awal sesi ke posisi 110,255, tertinggi sejak 1 September.
Euro terhadap USD mengalami kenaikan moderat di hari sebelumnya dan terakhir naik 0,1% ke level 1,1984. Bitcoin turun hampir 5%, tepat di bawah 4.000 per USD, setelah Jamie Dimon, chief executive JPMorgan Chase & Co, mengatakan bahwa cryptocurrency adalah penipuan dan akan meledak.
(izz)