Golden Year Berwirausaha
A
A
A
Berapa umur terbaik untuk mulai berwirausaha? 20 tahun hingga menjelang usia 30 tahun. Itu setidaknya kalau kita melihat sosok sukses dari Steve Jobs (Apple) hingga Mark Zuckerberg (Facebook); dari Achmad Zacky (Bukalapak) hingga Nadiem Makarim (Go-Jek).
Entrepreneur pada usia ini umumnya memanfaatkan lahirnya industri baru, seperti komputer (Jobs, Gates), jejaring sosial (Zuckerberg), toko online (Zacky), atau sharing platform (Nadiem). Banyak dari mereka merelakan sekolahnya enggak kelar, alias drop-out (Gates, Jobs, Zuckerberg) untuk mengejar peluang menganga dari munculnya bisnis baru.
Ada juga sekumpulan entrepreneur yang memulai bisnis pada usia 30-40 tahun. Mereka antara lain Michael Blomberg (Blomberg), Howard Schultz (Starbucks), hingga Martha Tilaar (MTG). Di kelompok ini mereka biasanya merintis bisnis di industri yang sudah mapan dan cenderung minim inovasi. Namun, tak sedikit pula entrepreneur hebat yang justru mulai merintis bisnisnya pada usia senja. Sebut saja Colonel Sanders KFC, 62; Ray Kroc, McDonalds, 52; atau Reid Hoffman, LinkedIn, 43.
Masa Belajar
So, kapan kita sebaiknya mulai berwirausaha? As young as possible! Semakin muda, semakin baik. Karena semakin muda, akan semakin banyak waktu untuk bereksperimen; semakin punya nyali untuk menanggung berbagai risiko yang menghadang dan semakin banyak kesempatan belajar dari kegagalan. Barangkali tak sampai 1% orang memulai bisnis langsung sukses.
Lebih dari 99% entrepreneur jatuh-bangun pada awal-awal memulai bisnis. Ada yang telak bangkrut, kapok, dan balik menjadi karyawan. Ada yang jatuh, tapi bangun lagi dan getting stronger. Ada yang pindah-pindah jenis usaha sampai ketemu yang pas dan membawa hoki. Masa belajar dan bereksperimen itu kira-kira 3-5 tahun. Itu pun bukan jaminan, banyak juga yang 10 tahun lebih berbisnis, tapi stuck enggak kunjung menuai sukses.
Di tengah masa belajar itulah mental entrepreneurship ditempa. Beribu kegagalan, beribu pelajaran, dan beribu pengalaman pun didapat. Itulah modal terbesar seorang entrepreneur . Dan ingat, pengalaman berwirausaha itu tidak bisa diperoleh melalui teori, jadi harus nyemplung langsung menjalankan bisnis riil.
Bukan dengan kuliah yang diajar oleh dosen yang tak pernah berwirausaha; bukan dengan simulasi, bukan pula dengan case study seperti di sekolah bisnis. Ada tiga alasan kenapa harus nyemplung berwirausaha sedini mungkin.
#1. Keberanian Berisiko
Ketika kita muda, apalagi belum berkeluarga, tak punya tanggungan anak, tak punya cicilan rumah di bank, maka kita akan lebih berani menanggung berbagai risiko saat merintis bisnis. Saat muda kita lebih berani menghadapi tantangan. Jiwa muda juga membuat kita tak banyak pertimbangan sehingga cepat mengambil keputusan. Semua ini prasyarat penting memulai bisnis. Think fast, decide fast , take the risks fast.
#2. Energi Berlebih
Ketika muda, kita memiliki energi yang luar biasa. Saat memulai bisnis, kita bakal menghadapi cobaan tiada henti. Karena itu energi, motivasi, dan antusiasme yang meluap-luap dibutuhkan untuk menghadapi beragam hambatan bisnis yang bakal dihadapi saat merintis bisnis. The younger, the more energy, motivation, and enthusiasm.
#3. Kesempatan Gagal
Usia muda memungkinkan kita mendapatkan kesempatan untuk mengalami lebih banyak kegagalan. Dengan lebih banyak belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut, maka kemungkinan kesuksesan yang diraup juga akan lebih besar. Failed more, learn more, success more.
Golden Year
Kalau memang harus as young as possible, pertanyaannya kemudian, kapan tepatnya harus mulai nyemplung berwirausaha? Saat SMP/SMA atau semasa kuliah? Bagi saya, membangun kewirausahaan itu mencakup dua hal: character dan competence. Membangun karakter menyangkut soft aspect, yaitu membentuk nilai-nilai dan perilaku. Sementara competence menyangkut hard aspect, yaitu mengembangkan keahlian mengelola bisnis.
Dalam konteks itu, membangun karakter anak untuk berwirausaha haruslah dimulai sejak SMP/SMA. Caranya, seperti saya katakan, dengan nyemplung dan mengalami langsung berbisnis, bukan dengan teori atau simulasi. Kenapa? Karena karakter terbentuk melalui proses jatuh-bangun menghadapi persoalan bisnis riil.
Nah, seiring dengan meningkatnya kemampuan kognitif anak, pembentukan competence diintensifkan pada saat mereka kuliah. Di situlah mereka mulai mengasah kemampuan mengelola bisnis riil, mulai dari operasi, pemasaran, keuangan, SDM, dan sebagainya.
Pertanyaan terakhir, mana yang lebih penting. membangun karakter atau competence berwirausaha? Bagi saya, karakter lebih penting, karena karakter adalah fondasinya. Itu sebabnya masa-masa pembentukan karakter wirausaha saat SMP/SMA adalah masa-masa yang sangat kritikal dalam entrepreneurial journey seseorang. Saya menyebutnya masa-masa SMP/ SMA adalah the ”golden year” of Entrepreneurship
YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure www.yuswohady.com
Entrepreneur pada usia ini umumnya memanfaatkan lahirnya industri baru, seperti komputer (Jobs, Gates), jejaring sosial (Zuckerberg), toko online (Zacky), atau sharing platform (Nadiem). Banyak dari mereka merelakan sekolahnya enggak kelar, alias drop-out (Gates, Jobs, Zuckerberg) untuk mengejar peluang menganga dari munculnya bisnis baru.
Ada juga sekumpulan entrepreneur yang memulai bisnis pada usia 30-40 tahun. Mereka antara lain Michael Blomberg (Blomberg), Howard Schultz (Starbucks), hingga Martha Tilaar (MTG). Di kelompok ini mereka biasanya merintis bisnis di industri yang sudah mapan dan cenderung minim inovasi. Namun, tak sedikit pula entrepreneur hebat yang justru mulai merintis bisnisnya pada usia senja. Sebut saja Colonel Sanders KFC, 62; Ray Kroc, McDonalds, 52; atau Reid Hoffman, LinkedIn, 43.
Masa Belajar
So, kapan kita sebaiknya mulai berwirausaha? As young as possible! Semakin muda, semakin baik. Karena semakin muda, akan semakin banyak waktu untuk bereksperimen; semakin punya nyali untuk menanggung berbagai risiko yang menghadang dan semakin banyak kesempatan belajar dari kegagalan. Barangkali tak sampai 1% orang memulai bisnis langsung sukses.
Lebih dari 99% entrepreneur jatuh-bangun pada awal-awal memulai bisnis. Ada yang telak bangkrut, kapok, dan balik menjadi karyawan. Ada yang jatuh, tapi bangun lagi dan getting stronger. Ada yang pindah-pindah jenis usaha sampai ketemu yang pas dan membawa hoki. Masa belajar dan bereksperimen itu kira-kira 3-5 tahun. Itu pun bukan jaminan, banyak juga yang 10 tahun lebih berbisnis, tapi stuck enggak kunjung menuai sukses.
Di tengah masa belajar itulah mental entrepreneurship ditempa. Beribu kegagalan, beribu pelajaran, dan beribu pengalaman pun didapat. Itulah modal terbesar seorang entrepreneur . Dan ingat, pengalaman berwirausaha itu tidak bisa diperoleh melalui teori, jadi harus nyemplung langsung menjalankan bisnis riil.
Bukan dengan kuliah yang diajar oleh dosen yang tak pernah berwirausaha; bukan dengan simulasi, bukan pula dengan case study seperti di sekolah bisnis. Ada tiga alasan kenapa harus nyemplung berwirausaha sedini mungkin.
#1. Keberanian Berisiko
Ketika kita muda, apalagi belum berkeluarga, tak punya tanggungan anak, tak punya cicilan rumah di bank, maka kita akan lebih berani menanggung berbagai risiko saat merintis bisnis. Saat muda kita lebih berani menghadapi tantangan. Jiwa muda juga membuat kita tak banyak pertimbangan sehingga cepat mengambil keputusan. Semua ini prasyarat penting memulai bisnis. Think fast, decide fast , take the risks fast.
#2. Energi Berlebih
Ketika muda, kita memiliki energi yang luar biasa. Saat memulai bisnis, kita bakal menghadapi cobaan tiada henti. Karena itu energi, motivasi, dan antusiasme yang meluap-luap dibutuhkan untuk menghadapi beragam hambatan bisnis yang bakal dihadapi saat merintis bisnis. The younger, the more energy, motivation, and enthusiasm.
#3. Kesempatan Gagal
Usia muda memungkinkan kita mendapatkan kesempatan untuk mengalami lebih banyak kegagalan. Dengan lebih banyak belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut, maka kemungkinan kesuksesan yang diraup juga akan lebih besar. Failed more, learn more, success more.
Golden Year
Kalau memang harus as young as possible, pertanyaannya kemudian, kapan tepatnya harus mulai nyemplung berwirausaha? Saat SMP/SMA atau semasa kuliah? Bagi saya, membangun kewirausahaan itu mencakup dua hal: character dan competence. Membangun karakter menyangkut soft aspect, yaitu membentuk nilai-nilai dan perilaku. Sementara competence menyangkut hard aspect, yaitu mengembangkan keahlian mengelola bisnis.
Dalam konteks itu, membangun karakter anak untuk berwirausaha haruslah dimulai sejak SMP/SMA. Caranya, seperti saya katakan, dengan nyemplung dan mengalami langsung berbisnis, bukan dengan teori atau simulasi. Kenapa? Karena karakter terbentuk melalui proses jatuh-bangun menghadapi persoalan bisnis riil.
Nah, seiring dengan meningkatnya kemampuan kognitif anak, pembentukan competence diintensifkan pada saat mereka kuliah. Di situlah mereka mulai mengasah kemampuan mengelola bisnis riil, mulai dari operasi, pemasaran, keuangan, SDM, dan sebagainya.
Pertanyaan terakhir, mana yang lebih penting. membangun karakter atau competence berwirausaha? Bagi saya, karakter lebih penting, karena karakter adalah fondasinya. Itu sebabnya masa-masa pembentukan karakter wirausaha saat SMP/SMA adalah masa-masa yang sangat kritikal dalam entrepreneurial journey seseorang. Saya menyebutnya masa-masa SMP/ SMA adalah the ”golden year” of Entrepreneurship
YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure www.yuswohady.com
(akr)