RI Masuk Tiga Besar Negara Berpenduduk Miskin di Kota
A
A
A
JAKARTA - Saat ini sebanyak 75 juta orang di kawasan Asia Timur dan Pasifik hidup di bawah USD3,10 per hari. Tiga negara menjadi penyumbang sebagian besar penduduk miskin kota yakni China, Indonesia, dan Filipina.
Pada 2018, separuh dari populasi kawasan Asia Timur akan menjadi perkotaan. Sejumlah lebih dari 1,2 miliar orang atau sepertiga dari populasi perkotaan di dunia akan menjadi bagian dari hal tersebut.
(Baca Juga: Mencari Jalan Keluar dari Kemiskinan Lewat Urbanisasi)
Beberapa tantangan yang dihadapi kaum miskin kota adalah kurangnya akses terhadap pekerjaan, transportasi umum dan infrastruktur lainnya, serta perumahan yang terjangkau. Di Ulan Bator, Mongolia, komuter dengan penghasilan rendah bisa menghabiskan 36% dari pengeluaran bulanan mereka untuk ongkos bus akibat rute yang tidak efisien.
"Sebanyak 27% penduduk perkotaan di Indonesia den 21% di Filipina tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang baik. Penduduk di area kumuh juga lebih berisiko terhadap bencana, karena kebanyakan dari mereka tinggal di daerah rawan banjir," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Laporan ini mendorong pemerintah kota untuk melakukan pendekatan multi dimensi terhadap perencanaan, menggabungkan aspek inklusi ekonomi, spasial, dan sosial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Sementara, Lead Urban Specialist Bank Dunia Judy Baker menyampaikan, urbanisasi yang pesat merupakan tantangan dan peluang. Dengan menyediakan layanan transportasi atau perumahan yang terjangkau, masyarakat berpenghasilan rendah dapat menabung untuk pendidikan anak-anak mereka.
"Program perlindungan sosial harus dipastikan tersedia untuk membantu keluarga mengatasi masa-masa sulit seperti paska bencana alam," imbuh dia.
Pada 2018, separuh dari populasi kawasan Asia Timur akan menjadi perkotaan. Sejumlah lebih dari 1,2 miliar orang atau sepertiga dari populasi perkotaan di dunia akan menjadi bagian dari hal tersebut.
(Baca Juga: Mencari Jalan Keluar dari Kemiskinan Lewat Urbanisasi)
Beberapa tantangan yang dihadapi kaum miskin kota adalah kurangnya akses terhadap pekerjaan, transportasi umum dan infrastruktur lainnya, serta perumahan yang terjangkau. Di Ulan Bator, Mongolia, komuter dengan penghasilan rendah bisa menghabiskan 36% dari pengeluaran bulanan mereka untuk ongkos bus akibat rute yang tidak efisien.
"Sebanyak 27% penduduk perkotaan di Indonesia den 21% di Filipina tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang baik. Penduduk di area kumuh juga lebih berisiko terhadap bencana, karena kebanyakan dari mereka tinggal di daerah rawan banjir," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Laporan ini mendorong pemerintah kota untuk melakukan pendekatan multi dimensi terhadap perencanaan, menggabungkan aspek inklusi ekonomi, spasial, dan sosial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Sementara, Lead Urban Specialist Bank Dunia Judy Baker menyampaikan, urbanisasi yang pesat merupakan tantangan dan peluang. Dengan menyediakan layanan transportasi atau perumahan yang terjangkau, masyarakat berpenghasilan rendah dapat menabung untuk pendidikan anak-anak mereka.
"Program perlindungan sosial harus dipastikan tersedia untuk membantu keluarga mengatasi masa-masa sulit seperti paska bencana alam," imbuh dia.
(izz)