Keterbatasan Infrastruktur Kendala Pertumbuhan Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Kebutuhan infrastruktur di perekonomian kota-kota besar Indonesia yang berkembang pesat sangatlah besar. Namun, minimnya investasi selama bertahun-tahun telah menyebabkan terjadinya defisit infrastruktur yang besar, sehingga menghambat pertumbuhan Indonesia dan membatasi laju pengentasan kemiskinan.
Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander pun memandang, stok modal (capital stock) publik per kapita Indonesia yang hanya sepertiga dari negara-negara berkembang lainnya, menyiratkan adanya kesenjangan aset infrastruktur yang diperkirakan sebesar sekitar USD1,5 triliun.
"Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya infrastruktur, dan sebagai titik awal, menargetkan investasi tambahan di sektor transportasi, air bersih, energi dan sektor utama lainnya, sebesar lebih dari USD400 miliar selama tahun 2015-2019," kata Frederico di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Meski demikian, komposisi belanja yang membaik telah menghasilkan investasi infrastruktur publik yang lebih besar pada semester pertama tahun ini. Menurut dia, investasi merupakan titik terang karena mengalami pertumbuhan paling pesat sejak kuartal terakhir tahun 2015 dimana hal ini didorong oleh investasi infrastruktur dan bangunan.
"Padahal, keterbatasan infrastruktur telah lama menjadi kendala utama bagi pembangunan Indonesia," ungkap dia.
Oleh sebab itu, infrastruktur yang lebih baik dan lebih terencana akan membantu Indonesia meningkatkan pertumbuhan serta pemerataan kemakmuran bagi lebih banyak masyarakatnya. "Meskipun alokasi anggaran untuk infrastruktur sudah lebih tinggi, sumber daya publik saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur negara," ujar dia.
Pemanfaatan investasi sektor swasta, dapat membantu Indonesia memenuhi kebutuhan infrastrukturnya yang besar dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, Pemerintah juga sudah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi situasi ini. "Reformasi yang berkelanjutan diperlukan untuk mempercepat laju investasi sektor swasta di bidang infrastruktur," ungkap dia.
Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander pun memandang, stok modal (capital stock) publik per kapita Indonesia yang hanya sepertiga dari negara-negara berkembang lainnya, menyiratkan adanya kesenjangan aset infrastruktur yang diperkirakan sebesar sekitar USD1,5 triliun.
"Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya infrastruktur, dan sebagai titik awal, menargetkan investasi tambahan di sektor transportasi, air bersih, energi dan sektor utama lainnya, sebesar lebih dari USD400 miliar selama tahun 2015-2019," kata Frederico di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Meski demikian, komposisi belanja yang membaik telah menghasilkan investasi infrastruktur publik yang lebih besar pada semester pertama tahun ini. Menurut dia, investasi merupakan titik terang karena mengalami pertumbuhan paling pesat sejak kuartal terakhir tahun 2015 dimana hal ini didorong oleh investasi infrastruktur dan bangunan.
"Padahal, keterbatasan infrastruktur telah lama menjadi kendala utama bagi pembangunan Indonesia," ungkap dia.
Oleh sebab itu, infrastruktur yang lebih baik dan lebih terencana akan membantu Indonesia meningkatkan pertumbuhan serta pemerataan kemakmuran bagi lebih banyak masyarakatnya. "Meskipun alokasi anggaran untuk infrastruktur sudah lebih tinggi, sumber daya publik saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur negara," ujar dia.
Pemanfaatan investasi sektor swasta, dapat membantu Indonesia memenuhi kebutuhan infrastrukturnya yang besar dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, Pemerintah juga sudah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi situasi ini. "Reformasi yang berkelanjutan diperlukan untuk mempercepat laju investasi sektor swasta di bidang infrastruktur," ungkap dia.
(akr)