Investor Timur Tengah Bidik Proyek Strategis di Jawa Barat
A
A
A
BANDUNG - Para calon investor dan investor asal Timur Tengah membidik sejumlah proyek strategis, khususnya proyek infrastruktur di Jawa Barat melalui kerja sama yang dibangun oleh Pemprov Jabar dan Islamic Corporation for the Development of Private Sector (ICD) serta Islamic Development Bank (IDB).
Melalui lembaga keuangan negara-negara Timur Tengah dan negara Islam tersebut, para calon investor dan investor asal Timur Tengah siap berinvestasi di Jawa Barat. Terlebih, IDB selaku lembaga keuangan internasional memiliki anggaran hingga USD5 miliar untuk diinvestasikan, termasuk untuk investasi di Jabar.
Dalam rangka memuluskan kerja sama investasi tersebut, Pemprov Jabar bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar menggelar West Java Investor Forum. Melalui forum tersebut, sejumlah proyek strategis, khususnya infrastruktur di Jabar dipamerkan.
Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk negara-negara Timur Tengah dan negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) Alwi Shihab mengatakan, para calon investor dan investor asal Timur Tengah cukup tertarik untuk berinvestasi di Jabar. Sebab, Jabar memiliki keunggulan, mulai dari budaya hingga potensi sumber daya alamnya.
"Jabar adalah tempat yang mereka minati dari kultur, lebih dekat ke jiwa orang Timur Tengah, ketimbang investasi di Bali. Ini keunggulan harus ditunjukkan," tutur Alwi dalam forum di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (6/10/2017).
CEO ICD Khaled Al Aboodi mengakui, pertumbuhan ekonomi di Jabar sangat menggairahkan. Karenanya, dia yakin para pengusaha asal Timur Tengah tertarik menanamkan investasinya di Jabar.
Khaled mengakui, pihaknya sempat mengalami hambatan saat menawarkan investasi di Jabar kepada para pengusaha di Timur Tengah. Selain minimnya informasi, investor selama ini kesulitan menemukan proyek di Indonesia yang bankable.
Oleh karena itu, Khaled mengapresiasi forum yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BI Jabar bersama Pemprov Jabar tersebut. Melalui forum tersebut, dia berharap, permasalahan yang selama ini menjadi penghambat peluang berinvestasi bisa diselesaikan.
"Tentu kami ingin lebih banyak berinvestasi di Jabar, baik sektor swasta maupun publik. Kami ingin menunjukkan komitmen kami untuk proyek-proyek di Jabar. Kami pun ingin menggandeng perusahaan-perusahaan multinasional di Jabar untuk mengembangkan usaha di luar negeri," jelasnya.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, Pemprov Jabar ingin meyakinkan bahwa Jabar sangat terbuka bagi para investor asing, khususnya dari kawasan Timur Tengah. Terlebih, kata Deddy, Jabar merupakan surga investasi di Indonesia. Karenanya, Pemprov Jabar pun memiliki visi besar untuk mewujudkan Jabar sebagai lokasi penanaman modal terbaik di Asia Tenggara 2025 nanti.
Terkait investasi di Jabar, Deddy menginformasikan bahwa sampai dengan semester I 2017, Jabar masih menjadi provinsi tujuan penanaman modal asing (PMA) terbesar di Indonesia dengan nilai investasi Rp33,21 triliun atau sekitar USD2,49 miliar, sekaligus menjadi provinsi tujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) terbesar kedua di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp20,89 triliun atau sekitar USD1,57 miliar.
"Sejauh ini, jumlah investasi dari negara-negara Timur Tengah di Jabar masih terbilang rendah. Sepuluh negara dengan investasi terbesar di Jabar diduduki oleh Jepang, Singapura, Belanda, Taiwan, Hong Kong, Prancis dan British Virgins Island. Menyusul kemudian Malaysia, Korea Selatan dan China," sebut Deddy.
Menurut Deddy, terdapat sejumlah peluang investasi di Jabar, seperti proyek pengembangan jalur kereta api LRT Bandung Metropolitan Area dan jalur kereta api Tanjungsari-Kertajati- Arjawinangun, proyek pelabuhan internasional Patimban dan Indonesia Halal Hub Logistik, serta proyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Bandara Nusawiru di Pangandaran.
Adapula pengembangan kawasan Industri yang berada di daerah Depok, Bekasi dan Karawang, proyek pengembangan Legok Nangka Solid Waste Treatment and Disposal, sistem penyediaan air bersih kawasan Cirebon Raya, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini (PTLM) Cikembang, serta Kawasan Wisata (Hotel, Restoran dan fasilitas pendukung lainnya) di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.
"Untuk memudahkan investor mendapatkan izin usaha, kami upayakan melalui berbagai inovasi, salah satunya penerapan 3-Hours Investment Licensing Service, dimana investor dapat memperoleh izin pembangunan proyek investasi di kawasan industri dalam waktu 3 jam," pungkasnya.
Melalui lembaga keuangan negara-negara Timur Tengah dan negara Islam tersebut, para calon investor dan investor asal Timur Tengah siap berinvestasi di Jawa Barat. Terlebih, IDB selaku lembaga keuangan internasional memiliki anggaran hingga USD5 miliar untuk diinvestasikan, termasuk untuk investasi di Jabar.
Dalam rangka memuluskan kerja sama investasi tersebut, Pemprov Jabar bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar menggelar West Java Investor Forum. Melalui forum tersebut, sejumlah proyek strategis, khususnya infrastruktur di Jabar dipamerkan.
Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk negara-negara Timur Tengah dan negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) Alwi Shihab mengatakan, para calon investor dan investor asal Timur Tengah cukup tertarik untuk berinvestasi di Jabar. Sebab, Jabar memiliki keunggulan, mulai dari budaya hingga potensi sumber daya alamnya.
"Jabar adalah tempat yang mereka minati dari kultur, lebih dekat ke jiwa orang Timur Tengah, ketimbang investasi di Bali. Ini keunggulan harus ditunjukkan," tutur Alwi dalam forum di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (6/10/2017).
CEO ICD Khaled Al Aboodi mengakui, pertumbuhan ekonomi di Jabar sangat menggairahkan. Karenanya, dia yakin para pengusaha asal Timur Tengah tertarik menanamkan investasinya di Jabar.
Khaled mengakui, pihaknya sempat mengalami hambatan saat menawarkan investasi di Jabar kepada para pengusaha di Timur Tengah. Selain minimnya informasi, investor selama ini kesulitan menemukan proyek di Indonesia yang bankable.
Oleh karena itu, Khaled mengapresiasi forum yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BI Jabar bersama Pemprov Jabar tersebut. Melalui forum tersebut, dia berharap, permasalahan yang selama ini menjadi penghambat peluang berinvestasi bisa diselesaikan.
"Tentu kami ingin lebih banyak berinvestasi di Jabar, baik sektor swasta maupun publik. Kami ingin menunjukkan komitmen kami untuk proyek-proyek di Jabar. Kami pun ingin menggandeng perusahaan-perusahaan multinasional di Jabar untuk mengembangkan usaha di luar negeri," jelasnya.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, Pemprov Jabar ingin meyakinkan bahwa Jabar sangat terbuka bagi para investor asing, khususnya dari kawasan Timur Tengah. Terlebih, kata Deddy, Jabar merupakan surga investasi di Indonesia. Karenanya, Pemprov Jabar pun memiliki visi besar untuk mewujudkan Jabar sebagai lokasi penanaman modal terbaik di Asia Tenggara 2025 nanti.
Terkait investasi di Jabar, Deddy menginformasikan bahwa sampai dengan semester I 2017, Jabar masih menjadi provinsi tujuan penanaman modal asing (PMA) terbesar di Indonesia dengan nilai investasi Rp33,21 triliun atau sekitar USD2,49 miliar, sekaligus menjadi provinsi tujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) terbesar kedua di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp20,89 triliun atau sekitar USD1,57 miliar.
"Sejauh ini, jumlah investasi dari negara-negara Timur Tengah di Jabar masih terbilang rendah. Sepuluh negara dengan investasi terbesar di Jabar diduduki oleh Jepang, Singapura, Belanda, Taiwan, Hong Kong, Prancis dan British Virgins Island. Menyusul kemudian Malaysia, Korea Selatan dan China," sebut Deddy.
Menurut Deddy, terdapat sejumlah peluang investasi di Jabar, seperti proyek pengembangan jalur kereta api LRT Bandung Metropolitan Area dan jalur kereta api Tanjungsari-Kertajati- Arjawinangun, proyek pelabuhan internasional Patimban dan Indonesia Halal Hub Logistik, serta proyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Bandara Nusawiru di Pangandaran.
Adapula pengembangan kawasan Industri yang berada di daerah Depok, Bekasi dan Karawang, proyek pengembangan Legok Nangka Solid Waste Treatment and Disposal, sistem penyediaan air bersih kawasan Cirebon Raya, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini (PTLM) Cikembang, serta Kawasan Wisata (Hotel, Restoran dan fasilitas pendukung lainnya) di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.
"Untuk memudahkan investor mendapatkan izin usaha, kami upayakan melalui berbagai inovasi, salah satunya penerapan 3-Hours Investment Licensing Service, dimana investor dapat memperoleh izin pembangunan proyek investasi di kawasan industri dalam waktu 3 jam," pungkasnya.
(ven)