Impor Jawa Timur Terus Bergerak Naik

Jum'at, 13 Oktober 2017 - 04:31 WIB
Impor Jawa Timur Terus...
Impor Jawa Timur Terus Bergerak Naik
A A A
SURABAYA - Nilai impor Jawa Timur (Jatim) selama Januari sampai Agustus 2017 mencapai USD14,09 miliar, naik 19,13% dibanding periode sama pad 2016 yang mencapai USD11,83 miliar. Selama Agustus 2017, nilai impor mencapai USD1,7 miliar, turun 11,44% dibanding Juli 2017 yang mencapai USD1,9 miliar.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebutkan, impor nonmigas selama Januari sampai Agustus 2017 mencapai USD11,75 miliar, naik 17,70% dibanding periode sama 2016 sebesar USD9,98 miliar. Impor nonmigas didominasi peralatan mekanik, plastik dan barang dari pastik, besi dan baja, bungkil industri makanan dan peralatan listrik.

"Mayoritas impor Jatim berasal dari negara China, Amerika Serikat dan Jepang. Ketiganya berkontribusi 41% dari total impor," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Surabaya, Kamis (12/10/2017).

Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel (GDS) Tbk produsen baja, Hadi Sutjipto mengakui, baja impor membanjiri pasar dalam negeri, terutama Jatim. Baja ini mayoritas dari China. Besarnya impor baja ini akibat pemerintah tidak melindungi produk baja dalam negeri, terutama dalam pengenaan bea masuk baja impor.

Di Indonesia, pengenaan bea masuk lebih rendah dibanding negara-negara lain yakni hanya sekitar 15%. Akibatnya, produk impor terutama dari China dengan mudah masuk Indonesia dan mengambil pasar domestik.

Selama ini, negara-negara asing memproteksi diri dengan mengenakan bea masuk yang sangat tinggi mulai dari 15%-51%. Amerika Serikat misalnya, menetapkan bea masuk baja imporsebesar 51%. Sehingga, produsen baja dalam negeri kesulitan menembus pasar negeri Paman Sam tersebut.

"Kami pada dasarnya siap bersaing di pasar ekspor. Yang namanya pasar bebas ya tidak ada bea anti dumping," ujarnya.

Sementara, Direktur PT Jaya Pari Steel Tbk, Yurnalis Ilyas mengatakan, persaingan usaha dengan produsen dan importir sangat memengaruhi kinerja penjualan baja milik Jaya Pari Steel. Persaingan biasanya terjadi dari sisi harga.

Tahun lalu, Jaya Pari Steel mengalami kerugian. Penjualan bersih pada 2014 mencapai Rp313 miliar, pada 2015 anjlok menjadi Rp143 miliar. Pada 2016 kembali turun hanya tercapai Rp120 miliar.‎

"Kinerja kami menurun juga akibat fluktuasi valuta asing terutama dolar AS. Di mana kami beli bahan baku impor pakai dolar AS, lalu penjualan kami hanya di pasar domestik dalam bentuk rupiah," imbuh dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0927 seconds (0.1#10.140)