Susi Keluhkan Penyelundupan Bibit Lobster ke Luar Negeri
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengeluhkan masih maraknya penyelundupan bibit lobster ke luar negeri. Hingga saat ini penyelundupan lobster masih kerap terjadi Meski berkali-kali digagalkan.
"Secara keseluruhan kita berhasil membuat sumber daya laut kita meningkat tajam. Tetapi, masih ada penyelundupan bibit lobster ke luar negeri," ungkapnya saat paparan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Bina Graha, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Susi memgakui, sebesar 65% bibit lobster dunia dihasilkan di Laut Sunda. Ironisnya, banyak yang masih melakukan penangkapan untuk diselundupkan ke luar negeri, khususnya ke Vietnam.
"Sekarang tidak hanya pengepul yang ikut main, tetapi aparat yang awalnya menjaga, sekarang ikut main. Sebab, nilainya besar. Satu koper bibit lobster bisa senilai Rp1,5 miliar," ujar dia.
Susi menjelaskan, pada 2000 saat penangkapan bibit lobster di Laut Sunda dibiarkan, maka banyak negara yang melakukan penangkaran, salah satunya Vietnam. Bahkan, masih kata Susi, nilai ekspor lobster Vietnam sebesar Rp500 miliar, itu semuanya diambil dari Laut Sunda. Karena memang Vietnam tidak memiliki sumber alam lobster.
"Tahun ini saja lolos 60 juta ekor bibit lobster. Jumlah itu menjadi nilai luar biasa saat panen. Makanya, ekspor lobster Vietnam 100 kali lebih bayak dari Indonesia. Padahal, mereka tidak punya lobster," jelas Susi.
Akibatnya, hal tersebut menjadi ancaman nelayan Tanah Air dan jika dibiarkan, maka para nelayan tidak mendapatkan lobster lagi. "Satu nelayan mendapat 10 kilogram lobster sekarang susah. Padahal, satu kilonya bisa Rp1 juta. Makanya kalau 10 kilogram sama Rp10 juta," terangnya.Menteri Susi Keluhkan Penyelundupan Bibit Lobster ke Luar Negeri
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengeluhkan masih maraknya penyelundupan bibit lobster ke luar negeri. Hingga saat ini penyelundupan lobster masih kerap terjadi Meski berkali-kali digagalkan.
"Secara keseluruhan kita berhasil membuat sumber daya laut kita meningkat tajam. Tetapi, masih ada penyelundupan bibit lobster ke luar negeri," ungkapnya saat paparan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Bina Graha, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Susi memgakui, sebesar 65% bibit lobster dunia dihasilkan di Laut Sunda. Ironisnya, banyak yang masih melakukan penangkapan untuk diselundupkan ke luar negeri, khususnya ke Vietnam.
"Sekarang tidak hanya pengepul yang ikut main, tetapi aparat yang awalnya menjaga, sekarang ikut main. Sebab, nilainya besar. Satu koper bibit lobster bisa senilai Rp1,5 miliar," ujar dia.
Susi menjelaskan, pada 2000 saat penangkapan bibit lobster di Laut Sunda dibiarkan, maka banyak negara yang melakukan penangkaran, salah satunya Vietnam. Bahkan, masih kata Susi, nilai ekspor lobster Vietnam sebesar Rp500 miliar, itu semuanya diambil dari Laut Sunda. Karena memang Vietnam tidak memiliki sumber alam lobster.
"Tahun ini saja lolos 60 juta ekor bibit lobster. Jumlah itu menjadi nilai luar biasa saat panen. Makanya, ekspor lobster Vietnam 100 kali lebih bayak dari Indonesia. Padahal, mereka tidak punya lobster," jelas Susi.
Akibatnya, hal tersebut menjadi ancaman nelayan Tanah Air dan jika dibiarkan, maka para nelayan tidak mendapatkan lobster lagi. "Satu nelayan mendapat 10 kilogram lobster sekarang susah. Padahal, satu kilonya bisa Rp1 juta. Makanya kalau 10 kilogram sama Rp10 juta," terangnya.
"Secara keseluruhan kita berhasil membuat sumber daya laut kita meningkat tajam. Tetapi, masih ada penyelundupan bibit lobster ke luar negeri," ungkapnya saat paparan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Bina Graha, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Susi memgakui, sebesar 65% bibit lobster dunia dihasilkan di Laut Sunda. Ironisnya, banyak yang masih melakukan penangkapan untuk diselundupkan ke luar negeri, khususnya ke Vietnam.
"Sekarang tidak hanya pengepul yang ikut main, tetapi aparat yang awalnya menjaga, sekarang ikut main. Sebab, nilainya besar. Satu koper bibit lobster bisa senilai Rp1,5 miliar," ujar dia.
Susi menjelaskan, pada 2000 saat penangkapan bibit lobster di Laut Sunda dibiarkan, maka banyak negara yang melakukan penangkaran, salah satunya Vietnam. Bahkan, masih kata Susi, nilai ekspor lobster Vietnam sebesar Rp500 miliar, itu semuanya diambil dari Laut Sunda. Karena memang Vietnam tidak memiliki sumber alam lobster.
"Tahun ini saja lolos 60 juta ekor bibit lobster. Jumlah itu menjadi nilai luar biasa saat panen. Makanya, ekspor lobster Vietnam 100 kali lebih bayak dari Indonesia. Padahal, mereka tidak punya lobster," jelas Susi.
Akibatnya, hal tersebut menjadi ancaman nelayan Tanah Air dan jika dibiarkan, maka para nelayan tidak mendapatkan lobster lagi. "Satu nelayan mendapat 10 kilogram lobster sekarang susah. Padahal, satu kilonya bisa Rp1 juta. Makanya kalau 10 kilogram sama Rp10 juta," terangnya.Menteri Susi Keluhkan Penyelundupan Bibit Lobster ke Luar Negeri
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengeluhkan masih maraknya penyelundupan bibit lobster ke luar negeri. Hingga saat ini penyelundupan lobster masih kerap terjadi Meski berkali-kali digagalkan.
"Secara keseluruhan kita berhasil membuat sumber daya laut kita meningkat tajam. Tetapi, masih ada penyelundupan bibit lobster ke luar negeri," ungkapnya saat paparan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Bina Graha, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Susi memgakui, sebesar 65% bibit lobster dunia dihasilkan di Laut Sunda. Ironisnya, banyak yang masih melakukan penangkapan untuk diselundupkan ke luar negeri, khususnya ke Vietnam.
"Sekarang tidak hanya pengepul yang ikut main, tetapi aparat yang awalnya menjaga, sekarang ikut main. Sebab, nilainya besar. Satu koper bibit lobster bisa senilai Rp1,5 miliar," ujar dia.
Susi menjelaskan, pada 2000 saat penangkapan bibit lobster di Laut Sunda dibiarkan, maka banyak negara yang melakukan penangkaran, salah satunya Vietnam. Bahkan, masih kata Susi, nilai ekspor lobster Vietnam sebesar Rp500 miliar, itu semuanya diambil dari Laut Sunda. Karena memang Vietnam tidak memiliki sumber alam lobster.
"Tahun ini saja lolos 60 juta ekor bibit lobster. Jumlah itu menjadi nilai luar biasa saat panen. Makanya, ekspor lobster Vietnam 100 kali lebih bayak dari Indonesia. Padahal, mereka tidak punya lobster," jelas Susi.
Akibatnya, hal tersebut menjadi ancaman nelayan Tanah Air dan jika dibiarkan, maka para nelayan tidak mendapatkan lobster lagi. "Satu nelayan mendapat 10 kilogram lobster sekarang susah. Padahal, satu kilonya bisa Rp1 juta. Makanya kalau 10 kilogram sama Rp10 juta," terangnya.
(izz)