Pemerintah Tetap Berhati-hati dengan Ekonomi AS dan China

Rabu, 25 Oktober 2017 - 20:28 WIB
Pemerintah Tetap Berhati-hati...
Pemerintah Tetap Berhati-hati dengan Ekonomi AS dan China
A A A
JAKARTA - Tahun 2017 sebentar lagi berakhir. Secara keseluruhan, perekonomian dunia tahun ini diprediksi naik 3,6% dari tahun sebelumnya. Dan tahun depan, diproyeksikan kembali menguat 3,8%. Hal ini menjadi momen positif bagi Indonesia sebagai negara emerging market.

Harapan semakin menguatnya perekonomian dunia di tahun depan, juga sempat dibahas dalam pertemuan IMF-Bank Dunia di Amerika Serikat awal Oktober 2017. Keseluruhan lembaga dunia melihat ada upstream di perekonomian dunia dan membawa perbaikan pada arus ekonomi dan perdagangan dunia.

Meski demikian, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan pemerintah tetap akan berhati-hati terhadap perekonomian dunia pada tahun depan. Pasalnya, kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan China masih bisa membayangi ekonomi Indonesia.

"Risiko tahun depan masih ada dari China, Amerika Serikat, dan Eropa. China masih melakukan rebalancing, lalu AS melakukan normalisasi moneter, dan proteksionisme di Eropa," jelasnya pada Rabu (25/10/2017).

Untuk mengantisipasi dampak dari luar, Suahasil mengatakan pemerintah akan terus menjaga tingkat inflasi di level rendah dan terkendali. Seperti diketahui, dalam APBN 2018 telah menetapkan pertumbuhan ekonomi di level 5,4%, dan tingkat inflasi sebesar 3,5%.

Sedangkan untuk nilai tukar akan terus memantau perkembangan ekonomi global yang memiliki dampak kepada perekonomian nasional. Dimana dalam APBN 2018, nilai tukar Rp13.400 per USD, tingkat bunga SPN 3 bulan sebesar 5,2%, ICP sebesar USD48 per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi 1,2 juta barel per hari setara minyak.

"Tahun ini kita ada perbaikan peringkat. Sekarang sudah komplit lembaga pemeringkat, tapi kita tetap memperhatikan risiko dari global, seperti The Fed dan pengurangan balanced, lalu ada beberapa termasuk rebalancing dari perekonomian China, lalu Korea Utara, lalu Middle East dan seterusnya," pungkas dia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1020 seconds (0.1#10.140)