Pembangunan Tol Bocimi Capai 65%
A
A
A
BOGOR - Proyek pembangunan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi I (Ciawi- Cigombong) sepanjang 15,3 kilometer sudah mencapai 65%.
Koordinator Humas dan Keamanan, Ketertiban, Kebersihan (K3) PT Waskita Hendra Hermawan saat dikonfirmasi menuturkan hingga saat ini pihaknya masih fokus menggeber penyelesaian seksi I. “Progres pembangunan tol Bocimi seksi I sudah 65%,” kata Hendra, Senin (6/11/2017).
Hendra mengatakan, seksi I untuk segmen/paket I Ciawi-Caringin (Ciherang Pondok) sepanjang 5,3 kilometer sudah di atas 50%. Dia mengungkapkan, pekerjaan fisik lebih banyak dikerjakan PT Wika, sedangkan PT Waskita hanya pada struktur.
“Untuk pengerjaan fisik atau konstruksi sejauh ini tidak ada masalah. Sementara perataan, penggalian, dan pengurukan tanah terkendala cuaca karena akhir-akhir ini hujannya cukup lebat,” ucapnya.
Dia menjelaskan, paket I yang dilakukan bersama PT Wika sepanjang 5 kilometer dikerjakan mulai dari Kelurahan Sindangsari, Harjasari, Rancamaya, Bojongkerta, dan Kertamaya (Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Selatan, Kota Bogor).
“Untuk Kabupaten Bogor meliputi Desa Bitungsari (Kecamatan Ciawi) dan Ciherang Pondok (Caringin) sudah lebih dari 18 bulan sejak groundbreaking Mei 2015,” ungkapnya. Pihaknya optimistis seluruh permasalahan kemacetan di tiga daerah, yakni Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Sukabumi dapat terurai.
Seperti tahap I ini, khususnya di paket I (Ciawi-Ciherang Pondok-Caringin) dapat meminimalisasi kemacetan di simpang Ciawi. “Diperkirakan banyak kendaraan yang hendak ke Caringin, Cigombong, dan Sukabumi yang biasanya melintasi perempatan Pasar Ciawi bakal menggunakan tol Bocimi ini.
Waktu tempuhnya jadi lebih singkat, bisa 15 menit,” tandasnya. Pengelola tol Bocimi seksi I PT Trans Jabar Toll yang berkantor di Cluster Alamanda, Kompleks Perumahan Elite Rancamaya, Bogor Selatan, Kota Bogor, saat disambangi KORAN SINDO tak ada satu pun yang mau memberikan keterangan terkait progres dan pencapaian target penyelesaian tol Bocimi seksi I.
“Kalau ke sini, buat janji dulu dan bawa surat tugas. Karena, wawancara ini menyangkut data yang kami miliki,” ujar Deny, karyawan PT TJT dari WIKA yang mengaku penanggung jawab bagian Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM), Senin (6/11/2017).
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip mengatakan, tol Bocimi dapat membuat sejumlah daerah, khususnya pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor yang semula lambat karena terisolasi akses jalan atau infrastruktur, diperkirakan bakal lebih cepat.
“Begitu ekonomi terbuka, tentunya akan menstimulan para investor untuk menanamkan modalnya di Kota Bogor, khususnya di wilayah yang dilintasi tol,” ungkap Ade. Sekadar diketahui, proyek yang dicanangkan sejak 1997 baru bisa terealisasi pada 2015.
Proyek pembangunan tol Bocimi itu dikerjakan oleh pemerintah dan sudah dimulai untuk seksi satunya. Bocimi atau Ciawi-Sukabumi (Cisuka) akan dibangun sepanjang 54 kilometer. Proyek seksi I tol Bocimi yang nilai investasinya mencapai Rp2,9 triliun ini sempat diprediksi sudah bisa dilintasi atau beroperasi pada akhir 2017.
Seksi II Cigombong- Cibadak 11,9 kilometer, seksi III Cibadak-Sukabumi 13,7 kilometer, dan seksi IV Sukabumi Barat-Sukabumi Timur 13,05 kilometer. Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Adam Suptandar mengatakan, pengerjaan tol Ciawi-Sukabumi seksi I ini dikerjakan dua BUMN, yakni PT Waskita Karya dan Wika yang dibantu PT Bosko, kontraktor asal Korea Selatan.
“Semoga pembangunan ruas tol Ciawi- Sukabumi dapat cepat tuntas. Karena, tol ini mampu menggerakkan perekonomian sekitarnya, salah satunya menyerap tenaga kerja serta dapat menuntaskan penciri dari Kabupaten Bogor termaju di Indonesia dengan terbangunnya tol ini,” ungkapnya.
Di bagian lain, saat ini di jalur Bocimi atau Jalan Raya HE Sukma, arus lalu lintasnya hampir setiap hari mengalami kemacetan parah. Diperparah sejak tiga bulan terakhir terdapat pekerjaan proyek perbaikan Jembatan Cisadane yang berlokasi di Jalan Raya Sukabumi, Kampung Cisalopa, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Kondisi tersebut dikeluhkan warga yang setiap hari beraktivitas melintas jalur utama penghubung tiga wilayah itu. Pasalnya, rekayasa lalu lintas berupa sistem buka tutup jalan yang diberlakukan untuk mengurai kemacetan justru menimbulkan penumpukan kendaraan dari arah Bogor- Sukabumi maupun sebaliknya.
Waktu perjalanan dari arah Bogor menuju Sukabumi yang biasanya dapat ditempuh sekitar 2,5 jam sampai 3 jam, kini harus ditempuh dengan waktu yang lebih lama. Kemacetan semakin parah di saat memasuki akhir pekan dan libur nasional.
Kemacetan bisa mengular sampai Simpang Ciawi dari arah Bogor. Dede Suhendar, 37, salah satu warga Kabupaten Bogor, meluapkan kekesalannya atas situasi tersebut. Ia menyebut penyebab utama kemacetan ada di sekitar Jembatan Cisadane yang saat ini tengah dilakukan perbaikan.
Dede mengeluhkan saat dirinya bepergian ke Sukabumi beberapa waktu lalu, ia harus terjebak macet sampai 11 jam. “Maenya ti (masa dari) Leuwiliang Bogor ke Sukabumi Kota 11 jam (dari Leuwiliang Bogor ke Sukabumi 11 jam). Macetnya luar biasa. Berangkat jam 9 pagi nyampe jam 8 malam,” katanya, kemarin.
Sementara itu, Bupati Bogor Nurhayanti menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan lahan untuk digunakan membangun jembatan darurat yang terbuat dari baja ringan untuk mengatasi kemacetan di jalur tersebut.
“Saya sudah perintahkan Camat Caringin dan Camat Cigombong membantu pelaku usaha dan masyarakat untuk penyiapan lahan guna pemasangan jembatan baja ringan. Saya juga sampaikan apresiasi kepada para pelaku usaha Kabupaten Bogor yang telah menyiapkan dana kepedulian sosialnya sehingga lahan dapat disiapkan,” ucap Nurhayanti.
Perbaikan jembatan tersebut, lanjut Nurhayanti, dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk akibat kerusakan pada struktur jembatan. “Saya mengimbau masyarakat untuk berlapang dada bila terjadi kemacetan di sekitar lokasi jembatan itu. Masyarakat dimohon bersabar karena ini untuk kelancaran kita ke depannya,” tandasnya. (Haryudi)
Koordinator Humas dan Keamanan, Ketertiban, Kebersihan (K3) PT Waskita Hendra Hermawan saat dikonfirmasi menuturkan hingga saat ini pihaknya masih fokus menggeber penyelesaian seksi I. “Progres pembangunan tol Bocimi seksi I sudah 65%,” kata Hendra, Senin (6/11/2017).
Hendra mengatakan, seksi I untuk segmen/paket I Ciawi-Caringin (Ciherang Pondok) sepanjang 5,3 kilometer sudah di atas 50%. Dia mengungkapkan, pekerjaan fisik lebih banyak dikerjakan PT Wika, sedangkan PT Waskita hanya pada struktur.
“Untuk pengerjaan fisik atau konstruksi sejauh ini tidak ada masalah. Sementara perataan, penggalian, dan pengurukan tanah terkendala cuaca karena akhir-akhir ini hujannya cukup lebat,” ucapnya.
Dia menjelaskan, paket I yang dilakukan bersama PT Wika sepanjang 5 kilometer dikerjakan mulai dari Kelurahan Sindangsari, Harjasari, Rancamaya, Bojongkerta, dan Kertamaya (Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Selatan, Kota Bogor).
“Untuk Kabupaten Bogor meliputi Desa Bitungsari (Kecamatan Ciawi) dan Ciherang Pondok (Caringin) sudah lebih dari 18 bulan sejak groundbreaking Mei 2015,” ungkapnya. Pihaknya optimistis seluruh permasalahan kemacetan di tiga daerah, yakni Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Sukabumi dapat terurai.
Seperti tahap I ini, khususnya di paket I (Ciawi-Ciherang Pondok-Caringin) dapat meminimalisasi kemacetan di simpang Ciawi. “Diperkirakan banyak kendaraan yang hendak ke Caringin, Cigombong, dan Sukabumi yang biasanya melintasi perempatan Pasar Ciawi bakal menggunakan tol Bocimi ini.
Waktu tempuhnya jadi lebih singkat, bisa 15 menit,” tandasnya. Pengelola tol Bocimi seksi I PT Trans Jabar Toll yang berkantor di Cluster Alamanda, Kompleks Perumahan Elite Rancamaya, Bogor Selatan, Kota Bogor, saat disambangi KORAN SINDO tak ada satu pun yang mau memberikan keterangan terkait progres dan pencapaian target penyelesaian tol Bocimi seksi I.
“Kalau ke sini, buat janji dulu dan bawa surat tugas. Karena, wawancara ini menyangkut data yang kami miliki,” ujar Deny, karyawan PT TJT dari WIKA yang mengaku penanggung jawab bagian Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM), Senin (6/11/2017).
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip mengatakan, tol Bocimi dapat membuat sejumlah daerah, khususnya pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor yang semula lambat karena terisolasi akses jalan atau infrastruktur, diperkirakan bakal lebih cepat.
“Begitu ekonomi terbuka, tentunya akan menstimulan para investor untuk menanamkan modalnya di Kota Bogor, khususnya di wilayah yang dilintasi tol,” ungkap Ade. Sekadar diketahui, proyek yang dicanangkan sejak 1997 baru bisa terealisasi pada 2015.
Proyek pembangunan tol Bocimi itu dikerjakan oleh pemerintah dan sudah dimulai untuk seksi satunya. Bocimi atau Ciawi-Sukabumi (Cisuka) akan dibangun sepanjang 54 kilometer. Proyek seksi I tol Bocimi yang nilai investasinya mencapai Rp2,9 triliun ini sempat diprediksi sudah bisa dilintasi atau beroperasi pada akhir 2017.
Seksi II Cigombong- Cibadak 11,9 kilometer, seksi III Cibadak-Sukabumi 13,7 kilometer, dan seksi IV Sukabumi Barat-Sukabumi Timur 13,05 kilometer. Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Adam Suptandar mengatakan, pengerjaan tol Ciawi-Sukabumi seksi I ini dikerjakan dua BUMN, yakni PT Waskita Karya dan Wika yang dibantu PT Bosko, kontraktor asal Korea Selatan.
“Semoga pembangunan ruas tol Ciawi- Sukabumi dapat cepat tuntas. Karena, tol ini mampu menggerakkan perekonomian sekitarnya, salah satunya menyerap tenaga kerja serta dapat menuntaskan penciri dari Kabupaten Bogor termaju di Indonesia dengan terbangunnya tol ini,” ungkapnya.
Di bagian lain, saat ini di jalur Bocimi atau Jalan Raya HE Sukma, arus lalu lintasnya hampir setiap hari mengalami kemacetan parah. Diperparah sejak tiga bulan terakhir terdapat pekerjaan proyek perbaikan Jembatan Cisadane yang berlokasi di Jalan Raya Sukabumi, Kampung Cisalopa, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Kondisi tersebut dikeluhkan warga yang setiap hari beraktivitas melintas jalur utama penghubung tiga wilayah itu. Pasalnya, rekayasa lalu lintas berupa sistem buka tutup jalan yang diberlakukan untuk mengurai kemacetan justru menimbulkan penumpukan kendaraan dari arah Bogor- Sukabumi maupun sebaliknya.
Waktu perjalanan dari arah Bogor menuju Sukabumi yang biasanya dapat ditempuh sekitar 2,5 jam sampai 3 jam, kini harus ditempuh dengan waktu yang lebih lama. Kemacetan semakin parah di saat memasuki akhir pekan dan libur nasional.
Kemacetan bisa mengular sampai Simpang Ciawi dari arah Bogor. Dede Suhendar, 37, salah satu warga Kabupaten Bogor, meluapkan kekesalannya atas situasi tersebut. Ia menyebut penyebab utama kemacetan ada di sekitar Jembatan Cisadane yang saat ini tengah dilakukan perbaikan.
Dede mengeluhkan saat dirinya bepergian ke Sukabumi beberapa waktu lalu, ia harus terjebak macet sampai 11 jam. “Maenya ti (masa dari) Leuwiliang Bogor ke Sukabumi Kota 11 jam (dari Leuwiliang Bogor ke Sukabumi 11 jam). Macetnya luar biasa. Berangkat jam 9 pagi nyampe jam 8 malam,” katanya, kemarin.
Sementara itu, Bupati Bogor Nurhayanti menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan lahan untuk digunakan membangun jembatan darurat yang terbuat dari baja ringan untuk mengatasi kemacetan di jalur tersebut.
“Saya sudah perintahkan Camat Caringin dan Camat Cigombong membantu pelaku usaha dan masyarakat untuk penyiapan lahan guna pemasangan jembatan baja ringan. Saya juga sampaikan apresiasi kepada para pelaku usaha Kabupaten Bogor yang telah menyiapkan dana kepedulian sosialnya sehingga lahan dapat disiapkan,” ucap Nurhayanti.
Perbaikan jembatan tersebut, lanjut Nurhayanti, dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk akibat kerusakan pada struktur jembatan. “Saya mengimbau masyarakat untuk berlapang dada bila terjadi kemacetan di sekitar lokasi jembatan itu. Masyarakat dimohon bersabar karena ini untuk kelancaran kita ke depannya,” tandasnya. (Haryudi)
(nfl)