BPJS Ketenagakerjaan Optimistis Capai 25 Juta Peserta
A
A
A
PEKANBARU - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan optimistis meraih 25-26 juta peserta hingga akhir 2017. Capaian tersebut didukung adanya agen Penggerak Jaminan Sosial Indonesia (Perisai). Direktur Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi BPJS Ketenagakerjaan Sumarjono mengatakan, gerakan agen Perisai yang direkrut sangat membantu peningkatan kepesertaan pekerja di sektor informal. ”Hingga saat ini peserta sudah mencapai 24 juta lebih. Dalam dua bulan ini akan melebihi 25 juta,” kata Sumarjono saat mengajar dalam program 40 Menit Mengajar BPJS Ketenagakerjaan di kampus Universitas Riau, Pekanbaru.
Gerakan agen Perisai direkrut untuk turun langsung kepada pekerja, terutama informal. Sebab, selama ini keikutsertaan pekerja informal dalam BPJS Ketenagakerjaan masih sangat sedikit. Padahal, jumlah tenaga kerja potensial ada 124 juta lebih. Lebih lanjut Sumarjono mengungkapkan, perlindungan jaminan sosial bagi pekerja sangat penting. Namun untuk kalangan pekerja informal masih minim yang ikut.
”Ini program sangat baik dan jumlah pekerja informal terus meningkat. Apalagi pada era saat ini banyak generasi milenial yang sangat besar,” ujarnya. Sebelumnya BPJS Ketenagakerjaan menargetkan pembayaran iuran dari pesertanya mencapai Rp55 triliun hingga akhir tahun ini.
Besaran itu didapatkan dari target peserta hingga akhir tahun sebanyak 25,2 juta jiwa.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto yakin hingga saat ini, per 31 Agustus 2017 jumlah iuran yang masuk mencapai Rp35 triliun. Artinya, masih ada Rp20 triliun lagi yang harus dicapai dalam 3 bulan terakhir 2017.
”Iuran kami target Rp55 triliun hingga akhir 2017. Sampai Agustus kemarin sudah Rp35 triliun,” ungkapnya.
Untuk mencapai target iuran, maka target kepesertaan juga harus tercapai. Karena itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan seluruh kepala wilayah (Kanwil) BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia agar gencar menggaet para pekerja untuk ikut menjadi anggota.
”Kami sudah kumpulkan seluruh Kepala Kanwil, petarungpetarung kita di wilayah masingmasing untuk mengejar target kepesertaan tersebut dan untuk bekerja keras agar target ini tercapai,” papar dia.
Lebih lanjut Sumarjono menambahkan, Gerakan 40 Menit Mengajar di Kampus diharapkan bisa meningkatkan sosialisasi terhadap program-program BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, juga bisa meningkatkan kepesertaan cakupan yang ikut BPJS ketenagakerjaan.
”Acara ini sangat efektif dilaksanakan, terbukti dengan antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kuliah umum ini. Hal ini diharapkan dapat membekas di benak mahasiswa dan bisa diaplikasikan di dunia kerja nantinya,” tutur Sumarjono seusai mengajar.
Pada kegiatan ini, para pengajar memberi paparan seputar peranan program JHT, JKM, JKK, dan JP dalam menyokong perekonomian bangsa melalui perlindungan pekerja dari berbagai risiko sosial dan ekonomi.
”Kami berharap kegiatan ini akan dapat terus dilaksanakan tahun-tahun berikutnya dengan tujuan mengedukasi sebanyak-banyaknya mahasiswa akan pentingnya jamina nsosial,” kataSumarjono. BPJS Ketenagakerjaan menggelar kuliah umum di 49 universitas di seluruh Indonesia dalam rangka menyambut ulang tahun yang ke-40.
Kegiatan tersebut diawali di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (6/11/2017). Kegiatan yang melibatkan jajaran direksi dan dewan pengawas ini dilaksanakan sebagai wujud kepedulian BPJS Ketenagakerjaan pada bidang pendidikan.
Sementara itu, Wakil Rektor I Universitas Riau, Prof Thamrin mengatakan banyak masyarakat yang belum tahu tentang adanya program BPJS Ketenagakerjaan. Selama ini sebagian masyarakat salah persepsi antara BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
”Banyak dosen dan karyawan kurang memahami secara detail perbedaan antara BPJS Ketenagakerjaan dan kesehatan,” ujarnya.
Menurut Thamrin, di perguruan tinggi negeri juga banyak yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Padahal, sebagian dosen dan karyawan saat ini posisinya bukan sebagai PNS. ”Di kampus Unri, dosen yang PNS sedikit, mayoritas non-PNS, begitu juga karyawannya. Sosialisasi ini penting bagi kami,” imbuhnya. (Chamad hojin)
Gerakan agen Perisai direkrut untuk turun langsung kepada pekerja, terutama informal. Sebab, selama ini keikutsertaan pekerja informal dalam BPJS Ketenagakerjaan masih sangat sedikit. Padahal, jumlah tenaga kerja potensial ada 124 juta lebih. Lebih lanjut Sumarjono mengungkapkan, perlindungan jaminan sosial bagi pekerja sangat penting. Namun untuk kalangan pekerja informal masih minim yang ikut.
”Ini program sangat baik dan jumlah pekerja informal terus meningkat. Apalagi pada era saat ini banyak generasi milenial yang sangat besar,” ujarnya. Sebelumnya BPJS Ketenagakerjaan menargetkan pembayaran iuran dari pesertanya mencapai Rp55 triliun hingga akhir tahun ini.
Besaran itu didapatkan dari target peserta hingga akhir tahun sebanyak 25,2 juta jiwa.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto yakin hingga saat ini, per 31 Agustus 2017 jumlah iuran yang masuk mencapai Rp35 triliun. Artinya, masih ada Rp20 triliun lagi yang harus dicapai dalam 3 bulan terakhir 2017.
”Iuran kami target Rp55 triliun hingga akhir 2017. Sampai Agustus kemarin sudah Rp35 triliun,” ungkapnya.
Untuk mencapai target iuran, maka target kepesertaan juga harus tercapai. Karena itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan seluruh kepala wilayah (Kanwil) BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia agar gencar menggaet para pekerja untuk ikut menjadi anggota.
”Kami sudah kumpulkan seluruh Kepala Kanwil, petarungpetarung kita di wilayah masingmasing untuk mengejar target kepesertaan tersebut dan untuk bekerja keras agar target ini tercapai,” papar dia.
Lebih lanjut Sumarjono menambahkan, Gerakan 40 Menit Mengajar di Kampus diharapkan bisa meningkatkan sosialisasi terhadap program-program BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, juga bisa meningkatkan kepesertaan cakupan yang ikut BPJS ketenagakerjaan.
”Acara ini sangat efektif dilaksanakan, terbukti dengan antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kuliah umum ini. Hal ini diharapkan dapat membekas di benak mahasiswa dan bisa diaplikasikan di dunia kerja nantinya,” tutur Sumarjono seusai mengajar.
Pada kegiatan ini, para pengajar memberi paparan seputar peranan program JHT, JKM, JKK, dan JP dalam menyokong perekonomian bangsa melalui perlindungan pekerja dari berbagai risiko sosial dan ekonomi.
”Kami berharap kegiatan ini akan dapat terus dilaksanakan tahun-tahun berikutnya dengan tujuan mengedukasi sebanyak-banyaknya mahasiswa akan pentingnya jamina nsosial,” kataSumarjono. BPJS Ketenagakerjaan menggelar kuliah umum di 49 universitas di seluruh Indonesia dalam rangka menyambut ulang tahun yang ke-40.
Kegiatan tersebut diawali di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (6/11/2017). Kegiatan yang melibatkan jajaran direksi dan dewan pengawas ini dilaksanakan sebagai wujud kepedulian BPJS Ketenagakerjaan pada bidang pendidikan.
Sementara itu, Wakil Rektor I Universitas Riau, Prof Thamrin mengatakan banyak masyarakat yang belum tahu tentang adanya program BPJS Ketenagakerjaan. Selama ini sebagian masyarakat salah persepsi antara BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
”Banyak dosen dan karyawan kurang memahami secara detail perbedaan antara BPJS Ketenagakerjaan dan kesehatan,” ujarnya.
Menurut Thamrin, di perguruan tinggi negeri juga banyak yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Padahal, sebagian dosen dan karyawan saat ini posisinya bukan sebagai PNS. ”Di kampus Unri, dosen yang PNS sedikit, mayoritas non-PNS, begitu juga karyawannya. Sosialisasi ini penting bagi kami,” imbuhnya. (Chamad hojin)
(nfl)