Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Ketegangan Timur Tengah
A
A
A
SINGAPURA - Pasar minyak awal pekan ini dibuka cukup hati-hati di tengah ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan setelah jumlah rig yang meningkat di Amerika Serikat (AS) menyarankan produsen bersiap untuk meningkatkan produksi.
Seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/11/2017), harga minyak brent berada di level USD63,64 per barel pada pukul 00.49 GMT, atau naik 12 sen dari penutupan terakhir mereka. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD56,87 per barel, naik 13 sen dari posisi sebelumnya.
Para pelaku pasar mengatakan harga minyak mentah pada umumnya didukung dengan baik karena penurunan produksi yang terus berlanjut yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia telah memberikan kontribusi terhadap penurunan yang signifikan dalam kelebihan pasokan yang telah mendorong pasar sejak 2014.
Pelaku pasar pun menilai bahwa ketegangan yang terjadi di Timur Tengah menimbulkan prospek gangguan pasokan. Bahrain mengatakan akhir pekan lalu bahwa sebuah ledakan yang menyebabkan kebakaran pada pipa minyak utama pada Jumat disebabkan oleh sabotase, yang menghubungkan serangan tersebut ke Iran, yang menolak adanya peran dalam insiden tersebut.
Meskipun terjadi ketegangan di Timur Tengah dan penurunan pasokan OPEC, para pelaku pasar berhati-hati dalam bertaruh kenaikan harga lebih lanjut, paling tidak karena peningkatan pengeboran AS untuk produksi baru.
Baker Hughes General Electric Co mengatakan, pengeboran AS menambahkan sembilan rig minyak dalam sepakan sampai 10 November, lompatan terbesar sejak Juni, sehingga jumlah totalnya mencapai 738.
Jumlah rig sebagai indikator awal keluaran masa depan, juga jauh lebih tinggi dari tahun lalu ketika hanya 452 rig yang aktif, menunjukkan bahwa industri minyak AS nyaman beroperasi pada tingkat harga minyak mentah saat ini.
Produsen minyak AS telah meningkatkan produksi lebih dari 14% sejak pertengahan 2016 ke rekor 9,62 juta barel per hari. Hal ini menyebabkan penurunan harga minyak mentah berjangka pada Jumat dari level tertinggi dua tahun yang dicapai pada awal pekan lalu.
Seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/11/2017), harga minyak brent berada di level USD63,64 per barel pada pukul 00.49 GMT, atau naik 12 sen dari penutupan terakhir mereka. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD56,87 per barel, naik 13 sen dari posisi sebelumnya.
Para pelaku pasar mengatakan harga minyak mentah pada umumnya didukung dengan baik karena penurunan produksi yang terus berlanjut yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia telah memberikan kontribusi terhadap penurunan yang signifikan dalam kelebihan pasokan yang telah mendorong pasar sejak 2014.
Pelaku pasar pun menilai bahwa ketegangan yang terjadi di Timur Tengah menimbulkan prospek gangguan pasokan. Bahrain mengatakan akhir pekan lalu bahwa sebuah ledakan yang menyebabkan kebakaran pada pipa minyak utama pada Jumat disebabkan oleh sabotase, yang menghubungkan serangan tersebut ke Iran, yang menolak adanya peran dalam insiden tersebut.
Meskipun terjadi ketegangan di Timur Tengah dan penurunan pasokan OPEC, para pelaku pasar berhati-hati dalam bertaruh kenaikan harga lebih lanjut, paling tidak karena peningkatan pengeboran AS untuk produksi baru.
Baker Hughes General Electric Co mengatakan, pengeboran AS menambahkan sembilan rig minyak dalam sepakan sampai 10 November, lompatan terbesar sejak Juni, sehingga jumlah totalnya mencapai 738.
Jumlah rig sebagai indikator awal keluaran masa depan, juga jauh lebih tinggi dari tahun lalu ketika hanya 452 rig yang aktif, menunjukkan bahwa industri minyak AS nyaman beroperasi pada tingkat harga minyak mentah saat ini.
Produsen minyak AS telah meningkatkan produksi lebih dari 14% sejak pertengahan 2016 ke rekor 9,62 juta barel per hari. Hal ini menyebabkan penurunan harga minyak mentah berjangka pada Jumat dari level tertinggi dua tahun yang dicapai pada awal pekan lalu.
(izz)