Hemat Kocek Pakai Gas Bumi dari PGN
A
A
A
JAKARTA - Senyum semringah terpancar jelas di wajah ayu Sri Derin Salihah. Betapa tidak, wanita berusia 32 tahun ini kini berhasil memecahkan masalah atas ketersediaan bahan bakar untuk usaha laundry miliknya.
Wanita yang pernah berprofesi sebagai fundraiser di salah satu lembaga nirlaba pengumpul dana sosial kemanusiaan ini merupakan pemilik dan pengelola Bogor Laundry. Bagi masyarakat di Kota Hujan, nama Bogor Laundry mungkin sudah tidak asing lagi. Sebab, usaha yang berdiri sejak 2010 di bawah naungan CV Sopana Cemerlang Mulia ini telah memiliki tiga cabang yang tersebar di Kota Bogor.
Saat berbincang dengan SINDOnews beberapa waktu lalu, perempuan yang akrab disapa Derin ini menceritakan kegalauannya lantaran harus setiap hari memenuhi kebutuhan liquified petroleum gas (LPG) untuk usaha laundry-nya tersebut. Derin menggunakan LPG untuk mesin pengering pakaian, mesin cuci, dan setrika uap di outletnya.
Tak tanggung-tanggung, Bogor Laundry membutuhkan setidaknya 30 tabung gas LPG ukuran 12 kilogram (kg) dan beberapa tabung ukuran 5 kg. Sayangnya, kebutuhan yang besar tersebut berbanding terbalik dengan ketersediaan LPG di kota tersebut. Padahal, Derin membutuhkan pasokan bahan bakar yang stabil untuk keberlangsungan usahanya.
"Awalnya sih kita pakai LPG karena enggak ada option, dan penggunaannya masih minim. Seiring dengan berkembangnya usaha, kebutuhan LPG makin besar. Sudah gitu kadang pasokannya suka enggak stabil, kadang enggak ada. Kalau pun ada harganya agak naik," kisahnya kepada SINDOnews belum lama ini.
Dia pun harus memutar otak mencari cara agar pasokan gas untuk Bogor Laundry lebih stabil. Bahkan jika perlu, harganya pun bisa lebih miring dari LPG. Akhirnya, dia pun mendapatkan solusi atas masalahnya tersebut.
Atas saran dari marketing PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), Derin beralih dari LPG ke gas alam terkompresi (compressed natural gas/CNG) dengan label GasLink.
Untuk diketahui, CNG merupakan alternatif bahan bakar selain bensin atau solar. Di Indonesia, CNG lebih dikenal sebagai bahan bakar gas (BBG).
Bahan bakar ini dianggap lebih bersih dibanding bahan bakar minyak (BBM) karena emisi gas buangnya yang jauh lebih ramah lingkungan. "Opsinya dulu mau pakai gas alam. Disaranin sama marketingnya (PGN) pakai CNG. Saya sih oke saja," ungkap dia.
Tiga bulan menggunakan CNG, Derin pun memperoleh manfaat sangat besar. Selain pasokan yang lebih stabil, karyawan Bogor Laundry yang berjumlah 56 orang tak lagi direpotkan untuk menggotong tabung gas LPG. Mesin cuci dan mesin pengering miliknya pun tidak cepat rusak, karena tidak mati tiba-tiba lantaran gas habis.
"LPG kan ukurannya kecil, jadi harus gonta ganti. Kalau abis kadang enggak ketahuan, sudah muter setengah jam ternyata abis gasnya. Jadi, kan dryer enggak dingin. Belum ngangkat-ngangkatnya berat. Kalau CNG kayak plug and play saja, karena central jadi karyawan sudah tinggal pakai saja, enggak usah ngangkat-ngangkat," tuturnya.
Selain itu, wanita dua anak ini juga bisa menghemat kocek lantaran penggunaan CNG lebih murah dibanding LPG. Setidaknya, dia bisa menghemat pengeluaran hingga 13% atau sekitar Rp4 juta dibanding menggunakan tabung gas.
Omzet yang diraup per bulan pun terbilang fantastis. Dengan modal awal sekitar Rp75 juta, Derin bisa membukukan omzet sekitar Rp380 juta per bulan.
Selain melayani konsumen retail, Bogor Laundry juga bekerja sama dengan beberapa hotel, perusahaan dan instansi pemerintah, salah satunya Istana Bogor. "(Kalau pakai LPG) Sekitar Rp30 juta (pengeluaran). Setelah pindah ke CNG jadi Rp26 juta jadi berkurang 13%-an. Okelah," imbuh Derin.
Komitmen PGN
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) memang terus berinovasi untuk memperluas pemanfaatan gas bumi ke berbagai sektor usaha. Termasuk memasok gas bumi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) untuk usaha kecil menengah (UKM).
Kepala Divisi Korporat Komunikasi PGN Desy Anggia kepada SINDOnews mengaku bahwa, komitmen perseroan untuk terjun dalam basis CNG lantaran PGN memahami kebutuhan masyarakat terhadap energi. Karena itu, BUMN gas ini memutuskan untuk memperluas jangkauan dengan melakukan ekspansi distribusi gas bumi virtual (virtual pipeline/beyond pipeline).
"PGN memahami kebutuhan pengguna energi yang tersebar di penjuru nusantara. Untuk memperluas jangkauan kepada pengguna energi tersebut, maka PGN melakukan ekspansi distribusi virtual pipeline atau penyaluran gas bumi beyond pipeline," ujar dia.
Saat ini, setidaknya sudah ada 39 pelanggan industri kecil dan komersial serta 600 transportasi yang menggunakan CNG dari perseroan. Pihaknya berharap, ke depannya akan lebih banyak lagi sektor industri dan komersial yang dapat menikmati gas virtual PGN.
Selain itu, dengan adanya distribusi CNG ini, maka daerah-daerah yang belum terlewati jalur pipa PGN dapat tetap menikmati gas bumi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
"Sehingga, nantinya semakin banyak sektor industri dan komersial yang dapat menikmati manfaat gas bumi. Bukan hanya pelanggan yang sudah dilewati jalur pipa PGN saja. Tetapi juga yang belum terjangkau pipa PGN," tutur Desy.
Dia menerangkan, dengan menggunakan CNG, pelanggan akan memperoleh penghematan hingga 15% dibanding menggunakan elpiji. Menurutnya, harga CNG memang jauh lebih murah dan efisien dibanding LPG nonsubsidi.
Selain itu, penggunaan CNG juga lebih gampang ketimbang LPG dan gas pipa karena gas tinggal dialirkan dan penyaluran melalui moda transportasi darat. "Gas pipa distribusi atau penyalurannya melalui pipa, sedangkan CNG distribusi atau penyalurannya melalui moda transprotasi darat trucking," terangnya.
PGN sendiri saat ini telah memiliki 12 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, setidaknya sembilan SPBG bisa melakukan proses penjualan CNG.
Adapun sembilan SPBG tersebut tersebar di Batam, Lampung, Jakarta, Purwakarta, Bandung, Bekasi, Sukabumi, Bogor, Surabaya, dan Gresik. Sementara untuk wilayah Bogor, pelanggan gas bumi dari PGN di Bogor juga termasuk fasilitas publik seperti rumah sakit.
Di wilayah Bogor saat ini, sudah ada lima rumah sakit yang menjadi pelanggan PGN. Jumlah rumah sakit pengguna gas di Bogor ke depan akan terus bertambah, salah satu contohnya Rumah Sakit Azra yang menggunakan gas bumi untuk laundry dan restoran.
Sales Head Area Bogor PGN Elda Sutarda mengatakan, RS Azra juga akan mengganti bahan bakar genset, water heater, dan kebutuhan lainnya dengan gas dari PGN. Untuk sektor komersil, ada juga pusat perbelanjaan yang sudah memanfaatkan gas PGN, yaitu Mall Botani Square.
Mal tersebut memakai gas untuk kebutuhan memasak para tenan di foodcourt. "Dalam waktu dekat Mal Ekalosari juga akan pakai gas. Mereka sudah menyampaikan kepada kami," ujar Elda.
Saat ini, kantor operasi PGN Area Bogor melayani empat wilayah, yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Sukabumi, dan Depok. Secara total pelanggan PGN di Area Bogor mencapai 22.494 pelanggan yang terdiri dari 21.937 pelanggan rumah tangga, 279 pelanggan komersil, 53 pelanggan industri jasa komersil, dan 225 industri manufaktur pembangkit listrik.
Sekadar informasi, layanan CNG merupakan salah satu konsep pelayanan kepada pelanggan dengan tema PGN 360 Degree Integrated Solution. Tema besar layanan PGN ini mengusung konsep pemberian solusi terintegrasi untuk memberikan layanan yang menyeluruh dan mengerti Pelanggan, dengan segala keunikan dan kemampuan PGN.
Dalam PGN 360 Degree Integrated Solution ini, PGN memberikan layanan penggunaan gas bumi dari hulu hingga hilir, seperti penyediaan gas bumi melalui anak usaha Saka Energi, penyediaan gas bumi dalam bentuk gas alam cair (LNG), CNG sampai melalui jaringan pipa gas bumi yang tersebar di 19 kabupaten/kota di 12 provinsi.
Saat ini PGN telah memasok lebih dari 1.658 industri besar dan pembangkit listrik, lebih dari 1.930 pelanggan komersial, dan 204.000 pelanggan rumah tangga.
Konsumen PGN tersebar di 19 kabupaten/kota di 12 provinsi, di antaranya Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, dan Sorong Papua.
Wanita yang pernah berprofesi sebagai fundraiser di salah satu lembaga nirlaba pengumpul dana sosial kemanusiaan ini merupakan pemilik dan pengelola Bogor Laundry. Bagi masyarakat di Kota Hujan, nama Bogor Laundry mungkin sudah tidak asing lagi. Sebab, usaha yang berdiri sejak 2010 di bawah naungan CV Sopana Cemerlang Mulia ini telah memiliki tiga cabang yang tersebar di Kota Bogor.
Saat berbincang dengan SINDOnews beberapa waktu lalu, perempuan yang akrab disapa Derin ini menceritakan kegalauannya lantaran harus setiap hari memenuhi kebutuhan liquified petroleum gas (LPG) untuk usaha laundry-nya tersebut. Derin menggunakan LPG untuk mesin pengering pakaian, mesin cuci, dan setrika uap di outletnya.
Tak tanggung-tanggung, Bogor Laundry membutuhkan setidaknya 30 tabung gas LPG ukuran 12 kilogram (kg) dan beberapa tabung ukuran 5 kg. Sayangnya, kebutuhan yang besar tersebut berbanding terbalik dengan ketersediaan LPG di kota tersebut. Padahal, Derin membutuhkan pasokan bahan bakar yang stabil untuk keberlangsungan usahanya.
"Awalnya sih kita pakai LPG karena enggak ada option, dan penggunaannya masih minim. Seiring dengan berkembangnya usaha, kebutuhan LPG makin besar. Sudah gitu kadang pasokannya suka enggak stabil, kadang enggak ada. Kalau pun ada harganya agak naik," kisahnya kepada SINDOnews belum lama ini.
Dia pun harus memutar otak mencari cara agar pasokan gas untuk Bogor Laundry lebih stabil. Bahkan jika perlu, harganya pun bisa lebih miring dari LPG. Akhirnya, dia pun mendapatkan solusi atas masalahnya tersebut.
Atas saran dari marketing PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), Derin beralih dari LPG ke gas alam terkompresi (compressed natural gas/CNG) dengan label GasLink.
Untuk diketahui, CNG merupakan alternatif bahan bakar selain bensin atau solar. Di Indonesia, CNG lebih dikenal sebagai bahan bakar gas (BBG).
Bahan bakar ini dianggap lebih bersih dibanding bahan bakar minyak (BBM) karena emisi gas buangnya yang jauh lebih ramah lingkungan. "Opsinya dulu mau pakai gas alam. Disaranin sama marketingnya (PGN) pakai CNG. Saya sih oke saja," ungkap dia.
Tiga bulan menggunakan CNG, Derin pun memperoleh manfaat sangat besar. Selain pasokan yang lebih stabil, karyawan Bogor Laundry yang berjumlah 56 orang tak lagi direpotkan untuk menggotong tabung gas LPG. Mesin cuci dan mesin pengering miliknya pun tidak cepat rusak, karena tidak mati tiba-tiba lantaran gas habis.
"LPG kan ukurannya kecil, jadi harus gonta ganti. Kalau abis kadang enggak ketahuan, sudah muter setengah jam ternyata abis gasnya. Jadi, kan dryer enggak dingin. Belum ngangkat-ngangkatnya berat. Kalau CNG kayak plug and play saja, karena central jadi karyawan sudah tinggal pakai saja, enggak usah ngangkat-ngangkat," tuturnya.
Selain itu, wanita dua anak ini juga bisa menghemat kocek lantaran penggunaan CNG lebih murah dibanding LPG. Setidaknya, dia bisa menghemat pengeluaran hingga 13% atau sekitar Rp4 juta dibanding menggunakan tabung gas.
Omzet yang diraup per bulan pun terbilang fantastis. Dengan modal awal sekitar Rp75 juta, Derin bisa membukukan omzet sekitar Rp380 juta per bulan.
Selain melayani konsumen retail, Bogor Laundry juga bekerja sama dengan beberapa hotel, perusahaan dan instansi pemerintah, salah satunya Istana Bogor. "(Kalau pakai LPG) Sekitar Rp30 juta (pengeluaran). Setelah pindah ke CNG jadi Rp26 juta jadi berkurang 13%-an. Okelah," imbuh Derin.
Komitmen PGN
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) memang terus berinovasi untuk memperluas pemanfaatan gas bumi ke berbagai sektor usaha. Termasuk memasok gas bumi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) untuk usaha kecil menengah (UKM).
Kepala Divisi Korporat Komunikasi PGN Desy Anggia kepada SINDOnews mengaku bahwa, komitmen perseroan untuk terjun dalam basis CNG lantaran PGN memahami kebutuhan masyarakat terhadap energi. Karena itu, BUMN gas ini memutuskan untuk memperluas jangkauan dengan melakukan ekspansi distribusi gas bumi virtual (virtual pipeline/beyond pipeline).
"PGN memahami kebutuhan pengguna energi yang tersebar di penjuru nusantara. Untuk memperluas jangkauan kepada pengguna energi tersebut, maka PGN melakukan ekspansi distribusi virtual pipeline atau penyaluran gas bumi beyond pipeline," ujar dia.
Saat ini, setidaknya sudah ada 39 pelanggan industri kecil dan komersial serta 600 transportasi yang menggunakan CNG dari perseroan. Pihaknya berharap, ke depannya akan lebih banyak lagi sektor industri dan komersial yang dapat menikmati gas virtual PGN.
Selain itu, dengan adanya distribusi CNG ini, maka daerah-daerah yang belum terlewati jalur pipa PGN dapat tetap menikmati gas bumi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
"Sehingga, nantinya semakin banyak sektor industri dan komersial yang dapat menikmati manfaat gas bumi. Bukan hanya pelanggan yang sudah dilewati jalur pipa PGN saja. Tetapi juga yang belum terjangkau pipa PGN," tutur Desy.
Dia menerangkan, dengan menggunakan CNG, pelanggan akan memperoleh penghematan hingga 15% dibanding menggunakan elpiji. Menurutnya, harga CNG memang jauh lebih murah dan efisien dibanding LPG nonsubsidi.
Selain itu, penggunaan CNG juga lebih gampang ketimbang LPG dan gas pipa karena gas tinggal dialirkan dan penyaluran melalui moda transportasi darat. "Gas pipa distribusi atau penyalurannya melalui pipa, sedangkan CNG distribusi atau penyalurannya melalui moda transprotasi darat trucking," terangnya.
PGN sendiri saat ini telah memiliki 12 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, setidaknya sembilan SPBG bisa melakukan proses penjualan CNG.
Adapun sembilan SPBG tersebut tersebar di Batam, Lampung, Jakarta, Purwakarta, Bandung, Bekasi, Sukabumi, Bogor, Surabaya, dan Gresik. Sementara untuk wilayah Bogor, pelanggan gas bumi dari PGN di Bogor juga termasuk fasilitas publik seperti rumah sakit.
Di wilayah Bogor saat ini, sudah ada lima rumah sakit yang menjadi pelanggan PGN. Jumlah rumah sakit pengguna gas di Bogor ke depan akan terus bertambah, salah satu contohnya Rumah Sakit Azra yang menggunakan gas bumi untuk laundry dan restoran.
Sales Head Area Bogor PGN Elda Sutarda mengatakan, RS Azra juga akan mengganti bahan bakar genset, water heater, dan kebutuhan lainnya dengan gas dari PGN. Untuk sektor komersil, ada juga pusat perbelanjaan yang sudah memanfaatkan gas PGN, yaitu Mall Botani Square.
Mal tersebut memakai gas untuk kebutuhan memasak para tenan di foodcourt. "Dalam waktu dekat Mal Ekalosari juga akan pakai gas. Mereka sudah menyampaikan kepada kami," ujar Elda.
Saat ini, kantor operasi PGN Area Bogor melayani empat wilayah, yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Sukabumi, dan Depok. Secara total pelanggan PGN di Area Bogor mencapai 22.494 pelanggan yang terdiri dari 21.937 pelanggan rumah tangga, 279 pelanggan komersil, 53 pelanggan industri jasa komersil, dan 225 industri manufaktur pembangkit listrik.
Sekadar informasi, layanan CNG merupakan salah satu konsep pelayanan kepada pelanggan dengan tema PGN 360 Degree Integrated Solution. Tema besar layanan PGN ini mengusung konsep pemberian solusi terintegrasi untuk memberikan layanan yang menyeluruh dan mengerti Pelanggan, dengan segala keunikan dan kemampuan PGN.
Dalam PGN 360 Degree Integrated Solution ini, PGN memberikan layanan penggunaan gas bumi dari hulu hingga hilir, seperti penyediaan gas bumi melalui anak usaha Saka Energi, penyediaan gas bumi dalam bentuk gas alam cair (LNG), CNG sampai melalui jaringan pipa gas bumi yang tersebar di 19 kabupaten/kota di 12 provinsi.
Saat ini PGN telah memasok lebih dari 1.658 industri besar dan pembangkit listrik, lebih dari 1.930 pelanggan komersial, dan 204.000 pelanggan rumah tangga.
Konsumen PGN tersebar di 19 kabupaten/kota di 12 provinsi, di antaranya Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, dan Sorong Papua.
(izz)