Lima Pilar Rencana Aksi Mengatasi Masalah Pangan
A
A
A
YOGYAKARTA - Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menerangkan, tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi (KSPG) mengamanatkan penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) kepada seluruh kementerian teknis dan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Lima pilar tersebut yakni perbaikan gizi masyarakat; peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam, mutu dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat serta terakhir koordinasi pembangunan pangan dan gizi. "Kelima pilar ini harus dilaksanakan secara komprehensif agar pembangunan pangan dan gizi dapat terwujud," tegas Agung dalam workshop Pemantauan dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Regional Tengah dan Timur di Yogyakarta, Jumat (24/11).
Lebih lanjut Ia menambahkan bahwa membangun ketahanan pangan dan gizi merupakan hal yang sangat kompleks penangannya, sehingga perlunya kerja sama harmonis dari multi sektor. Tiga prioritas masalah pangan dan gizi yang harus diatasi yakni transformasi sistem pertanian- pangan sesuai kondisi sekarang; poin kedua masalah gizi masyarakat dan hingga ketersediaan lahan serta air.
Guna mengatasi ketiga isu tersebut, Agung meminta agar para perencana program dan anggarannya fokus pada daerah rentan rawan pangan berdasarkan peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan. "Di Era Global, persaingan terjadi di seluruh bidang usaha. Kualitas SDM merupakan faktor kunci dalam memenangkan persaingan, terutama menyiapkan SDM Indonesia yang sehat, berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi," paparnya.
Berdasarkan data pola konsumsi menunjukkan bahwa beras/nasi masih mendominasi porsi menu konsumsi masyarakat, yaitu sebesar 60%. Padahal terang Agung idealnya konsumsi beras/nasi hanya sebesar 50% agar dapat hidup lebih sehat, aktif dan produktif. Lantaran hal itu Ia mengajak agar masyarakat merubah pola pikir, bahwa beras bukan satu-satunya pangan sumber karbohidrat.
Ia menambahkan agar dapat memenuhi kecukupan pangan dan gizi, harus didukung dengan peningkatan produksi yang bersifat ekponensial (tidak linier), dengan berbagai upaya seperti inovasi Teknologi, intensifikasi, ekstensifikasi, pendampingan, penyediaan modal usaha, dan akses terhadap pasar.
Dalam upaya mencukupi kecukupan pangan dan gizi Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian memiliki beberapa program unggulan, antara lain Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Program Kawasan Mandiri pangan (KMP), dan Gerakan Diversifikasi Konsumsi Pangan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan dan perbaikan gizi mulai dari rumah tangga.
Dukungan penanganan masalah pangan dan gizi, tidak hanya oleh Dinas yang menangani Pangan dan Kesehatan, juga mitra kerja dinas baik pemerintah (lintas SKPD) swasta bahkan lembaga masyarakat perlu dilibatkan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan gizi. Acara ini dihadiri para Kepala Bappeda dari provinsi dan kabupaten, dan pembicara lain Deputi Menteri PPN/Bappenas bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fasli Jalal.
Lima pilar tersebut yakni perbaikan gizi masyarakat; peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam, mutu dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat serta terakhir koordinasi pembangunan pangan dan gizi. "Kelima pilar ini harus dilaksanakan secara komprehensif agar pembangunan pangan dan gizi dapat terwujud," tegas Agung dalam workshop Pemantauan dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Regional Tengah dan Timur di Yogyakarta, Jumat (24/11).
Lebih lanjut Ia menambahkan bahwa membangun ketahanan pangan dan gizi merupakan hal yang sangat kompleks penangannya, sehingga perlunya kerja sama harmonis dari multi sektor. Tiga prioritas masalah pangan dan gizi yang harus diatasi yakni transformasi sistem pertanian- pangan sesuai kondisi sekarang; poin kedua masalah gizi masyarakat dan hingga ketersediaan lahan serta air.
Guna mengatasi ketiga isu tersebut, Agung meminta agar para perencana program dan anggarannya fokus pada daerah rentan rawan pangan berdasarkan peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan. "Di Era Global, persaingan terjadi di seluruh bidang usaha. Kualitas SDM merupakan faktor kunci dalam memenangkan persaingan, terutama menyiapkan SDM Indonesia yang sehat, berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi," paparnya.
Berdasarkan data pola konsumsi menunjukkan bahwa beras/nasi masih mendominasi porsi menu konsumsi masyarakat, yaitu sebesar 60%. Padahal terang Agung idealnya konsumsi beras/nasi hanya sebesar 50% agar dapat hidup lebih sehat, aktif dan produktif. Lantaran hal itu Ia mengajak agar masyarakat merubah pola pikir, bahwa beras bukan satu-satunya pangan sumber karbohidrat.
Ia menambahkan agar dapat memenuhi kecukupan pangan dan gizi, harus didukung dengan peningkatan produksi yang bersifat ekponensial (tidak linier), dengan berbagai upaya seperti inovasi Teknologi, intensifikasi, ekstensifikasi, pendampingan, penyediaan modal usaha, dan akses terhadap pasar.
Dalam upaya mencukupi kecukupan pangan dan gizi Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian memiliki beberapa program unggulan, antara lain Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Program Kawasan Mandiri pangan (KMP), dan Gerakan Diversifikasi Konsumsi Pangan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan dan perbaikan gizi mulai dari rumah tangga.
Dukungan penanganan masalah pangan dan gizi, tidak hanya oleh Dinas yang menangani Pangan dan Kesehatan, juga mitra kerja dinas baik pemerintah (lintas SKPD) swasta bahkan lembaga masyarakat perlu dilibatkan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan gizi. Acara ini dihadiri para Kepala Bappeda dari provinsi dan kabupaten, dan pembicara lain Deputi Menteri PPN/Bappenas bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fasli Jalal.
(akr)