Ekonomi Indonesia Tahun Depan Dalam Tren Positif

Selasa, 28 November 2017 - 00:11 WIB
Ekonomi Indonesia Tahun...
Ekonomi Indonesia Tahun Depan Dalam Tren Positif
A A A
JAKARTA - Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 diprediksi dalam tren positif, yakni berada di angka 5,3% atau lebih tinggi dibandingkan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,1%.

Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan konsumsi sebagai mesin utama yang akan membaik lantaran program-program populis dan padat karya pemerintah akan memperbaiki daya beli masyarakat.

"Dikarenakan adanya kenaikan harga komoditas di pasar global sehingga akan memperbaiki daya beli rumah tangga yang incomenya berkait dengan sektor komoditas. Misalnya, pertambangan, penggalian, perkebunan, dan manufaktur pengolah komoditas," kata Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Alexander saat dihubungi di Jakarta, Senin (27/11/2017).

Sementara itu, investasi juga bisa tumbuh lebih cepat karena penguatan demand dari rumah tangga sehingga investor akan menambah investasi. "Ekspor juga bisa membaik karena kenaikan harga komoditas dan pertumbuhan demand global yang kuat," imbuh dia.

Eric melanjutkan, tahun depan spending dari pemerintah juga diperkirakan akan naik dan belanja partai politik (Parpol) juga akan naik karena pilkada serentak. "Jadi daya dorong untuk tahun depan lebih besar daripada tahun ini," ujarnya.

Sementara itu, jika dilihat dari lapangan usaha, sektor-sektor utama yang akan mendorong pertumbuhan adalah manufaktur, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan informasi komunikasi. Dan kebanyakan sektor-sektor ini padat modal.

Terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diperkirakan ada di range 5,1%-5,2%. Sektor yang prospektif adalah bahan makanan (sembako), rokok, pakaian jadi, hotel restoran dan jasa periklanan.

Dia pun mengungkapkan, dampak pilkada serentak diprediksi berkontribusi sekitar 0,1%-0,2% terhadap pertumbuhan ekonomi. "Sementara sektor lain yang jadi penggerak adalah ekspor," ucap Bhima, Senin (27/11/2017).

Menurutnya, pertumbuhan ekspor diprediksi akan berlanjut khususnya CPO dan batubara. Selain itu, tren harga komoditas juga masih positif disebabkan faktor Arab Saudi yakni meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dan naiknya permintaan China.

"Dari domestik harapannya konsumsi rumah tangga bisa tumbuh di atas 5% karena stimulus fiskal, baik bansos, program padat karya dan belanja infrastruktur," katanya. Adapun inflasi tahun depan, lanjut Bhima, diproyeksikan sebesar 3,5%-3,8% yang disebabkan oleh dua faktor. Pertama, ada ancaman cuaca yang menganggu produksi pangan.

Kedua, ada potensi tekanan dari administered price. "Harga minyak mentah terus mengalami kenaikan. Kalau terus naik sementara subsidi energi terbatas ada kemungkinan harga BBM dan listrik tahun depan disesuaikan dengan harga pasar," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6859 seconds (0.1#10.140)