Transformasi AMA Indonesia Hadapi Persaingan di Era Digital
A
A
A
JAKARTA - Era digitalisasi memaksa semua lini menyusaikan diri agar tidak tergerus perubahan zaman. Situasi ini menuntut Asosiasi Manajemen Indonesia yang disingkat AMA-Indonesia terus berubah untuk menjawab tantangan. Pada usianya yang ke-28, AMA berbenah dengan menerapkan cara digitalisasi untuk lebih menggaungkan eksistensinya seperti organisasi profesi lainnya.
Tantangan di era digitalisasi inilah yang menjadi perhatian utama dari M Rifqi Alam setelah diangkat menjadi Presiden AMA-Indonesia Chapter DKI Jakarta. Rifqi berkeinginan AMA-Indonesia bisa melakukan transformasi misi dari sebelumnya sebagai penyelenggara seminar menjadi organisasi profesi yang lebih profesional.
’’Di era digitalisasi seperti saat ini, seminar-seminar bisa dilihat di Youtube, sudah terlalu banyak. Kalau dulu orang mau membayar mahal buat ikut seminar, tapi sekarang value-value itu sudah berubah. Seakarang, orang-orangnya yang kita bangun untuk membangun networking. Seminar sebagai nilai tambah. Seminar bukan poin yang utama. Semacam kita bangun komunitas, setiap bulan seminar tetapi kunci utamanya itu komunitas, tambah teman dan dapat ilmu baru,’’kata Rifqi sebelum pelantikan di Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Bagi Rifqi, tantangan seperti itulah yang membuatnya tetap bersemangat ketika ditunjuk memimpin AMA Chapter DKI Jakarta untuk masa bakti 2017-2022. Diakuinya ada beban tersendiri dalam memimpin AMA yang mayoritas dihuni para senior di dunia profesi manajemen.
’’Sebuah hal yang baru buat saya, terutama menjawab tantangan dengan bukti nantinya. Organisasi ini sudah lama sudah 28 tahun. Sudah banyak melahirkan tokoh-tokoh marketing yang hebat, tokoh manajemen yang hebat. Saya generasi paling muda. Saya semangat karena teman-teman senior mendukung dan saya memberanikan diri tampil. Ini kerja bareng bukan kerja saya,’’paparnya.
Dia menjelaskan, AMA Chapter DKI secara konsisten telah banyak melaksanakan event mulai dari seminar hingga workshop secara konsisten. Selain itu, lanjut Rifqi, AMA DKI juga menjalankan kerja sama dengan eksternal seperti kampus dan perusahaan. ’’Butuh improve untuk menggungkan nama AMA dengan cara masa kini. Cara digitalisasi seperti membangun public relation (PR) yang baik,’’ujarnya.
Dia memiliki target besar untuk membawa AMA DKI Jakarta makin eksis selama masa kepemimpinannya.’’Target saya pasti mempertahankan yang sudah ada. Konsistensi acara tapi gaungnya lebih exposure. Kita manfaatin media sosial, membangun PR dengan bikin rilis. Dulu jarang bikin rilis. AMA juga jarang tampil jadi tidak high profile. Bukan gaya-gayaan, tapi ini sebuah kebutuhan agar orang tertarik bergabung di AMA,’’jelasnya.
Keinginan Rifqi segaris dengan harapan Suhartono Chandra selaku Presiden AMA Indonesia yang berharap organisasi yang dipimpinnya bisa lebih maju. Menurut Suhartono, tantangan AMA adalah bisa merekatkan para profesional, pebisnis maupun pengusaha UKM untuk bersama-sama berada di dalam organisasi AMA.
’’AMA memang fokus manajemen. Dan, manajemen itu kan luas mulai strategi manajemen, manajemen pemasaran, manajemen operasional, manajemen SDM dan lainnya. Kalau AMA cuman sebagai EO seminar, itu tidak berkembang. Zaman sudah berubah, kalau dulu seminar, orang-orang mengejar. Tapi sekarang, kita tidak mau masuk trap sebagai penyelenggara seminar. Kita ingin memberikan manfaat kepada member agar betah dan values yang kuat sampai sekarang,’’terangnya.
Tantangan di era digitalisasi inilah yang menjadi perhatian utama dari M Rifqi Alam setelah diangkat menjadi Presiden AMA-Indonesia Chapter DKI Jakarta. Rifqi berkeinginan AMA-Indonesia bisa melakukan transformasi misi dari sebelumnya sebagai penyelenggara seminar menjadi organisasi profesi yang lebih profesional.
’’Di era digitalisasi seperti saat ini, seminar-seminar bisa dilihat di Youtube, sudah terlalu banyak. Kalau dulu orang mau membayar mahal buat ikut seminar, tapi sekarang value-value itu sudah berubah. Seakarang, orang-orangnya yang kita bangun untuk membangun networking. Seminar sebagai nilai tambah. Seminar bukan poin yang utama. Semacam kita bangun komunitas, setiap bulan seminar tetapi kunci utamanya itu komunitas, tambah teman dan dapat ilmu baru,’’kata Rifqi sebelum pelantikan di Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Bagi Rifqi, tantangan seperti itulah yang membuatnya tetap bersemangat ketika ditunjuk memimpin AMA Chapter DKI Jakarta untuk masa bakti 2017-2022. Diakuinya ada beban tersendiri dalam memimpin AMA yang mayoritas dihuni para senior di dunia profesi manajemen.
’’Sebuah hal yang baru buat saya, terutama menjawab tantangan dengan bukti nantinya. Organisasi ini sudah lama sudah 28 tahun. Sudah banyak melahirkan tokoh-tokoh marketing yang hebat, tokoh manajemen yang hebat. Saya generasi paling muda. Saya semangat karena teman-teman senior mendukung dan saya memberanikan diri tampil. Ini kerja bareng bukan kerja saya,’’paparnya.
Dia menjelaskan, AMA Chapter DKI secara konsisten telah banyak melaksanakan event mulai dari seminar hingga workshop secara konsisten. Selain itu, lanjut Rifqi, AMA DKI juga menjalankan kerja sama dengan eksternal seperti kampus dan perusahaan. ’’Butuh improve untuk menggungkan nama AMA dengan cara masa kini. Cara digitalisasi seperti membangun public relation (PR) yang baik,’’ujarnya.
Dia memiliki target besar untuk membawa AMA DKI Jakarta makin eksis selama masa kepemimpinannya.’’Target saya pasti mempertahankan yang sudah ada. Konsistensi acara tapi gaungnya lebih exposure. Kita manfaatin media sosial, membangun PR dengan bikin rilis. Dulu jarang bikin rilis. AMA juga jarang tampil jadi tidak high profile. Bukan gaya-gayaan, tapi ini sebuah kebutuhan agar orang tertarik bergabung di AMA,’’jelasnya.
Keinginan Rifqi segaris dengan harapan Suhartono Chandra selaku Presiden AMA Indonesia yang berharap organisasi yang dipimpinnya bisa lebih maju. Menurut Suhartono, tantangan AMA adalah bisa merekatkan para profesional, pebisnis maupun pengusaha UKM untuk bersama-sama berada di dalam organisasi AMA.
’’AMA memang fokus manajemen. Dan, manajemen itu kan luas mulai strategi manajemen, manajemen pemasaran, manajemen operasional, manajemen SDM dan lainnya. Kalau AMA cuman sebagai EO seminar, itu tidak berkembang. Zaman sudah berubah, kalau dulu seminar, orang-orang mengejar. Tapi sekarang, kita tidak mau masuk trap sebagai penyelenggara seminar. Kita ingin memberikan manfaat kepada member agar betah dan values yang kuat sampai sekarang,’’terangnya.
(aww)