Pencabutan Subsidi Timbulkan Tingkat Konsumsi Masyarakat Loyo
A
A
A
SEMARANG - Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, namun tingkat pendapatan ekonomi masyarakat tidak mengalami peningkatan. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru memunculkan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin turun.
Penyebab utamanya antara lain, dicabutnya subsidi hingga dialihkannya prioritas pembangunan untuk infrastruktur.
"Semakin banyak subsidi yang dicabut, mengakibatkan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin turun, sehingga masyarakat akan mengeluarkan biaya untuk yang benar-benar dibutuhkan," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Hardiwinoto dalam Diskusi Prime Topic on Campus yang digelar MNC Trijaya FM Semarang, bertema "Pertumbuhan Ekonomi Untuk Siapa?" di Ruang NRC Kampus Unimus, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/12/2017).
Selain itu, lanjut dia, pembangunan infrastruktur juga lebih banyak menyerap tenaga kerja asing daripada tenaga dalam negeri. "Hal tersebut yang juga memicu tingkat konsumsi masyarakat menurun, dan tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah, M Chamim Irfani menyatakan, prioritas pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyebab tingkat pendapatan ekonomi masyarakat tidak mengalami peningkatan.
"Padahal tujuannya untuk menaikkan aktivitas ekonomi. Namun, infrastruktur justru lebih banyak mengambil alih lahan pertanian. Sedangkan masyarakat di Jawa Tengah misalnya, lebih banyak bekerja sebagai petani, dan mayoritas hanya memiliki lahan di bawah setengah hektare," tutur Chamim.
Menurutnya, jika petani tidak memiliki lahan pertanian lagi atau hasil pertanian dikuasai tengkulak, maka yang terjadi justru angka kemiskinan semakin tinggi. Saat ini ekonomi Indonesia tumbuh 5,06% dan di Jawa Tengah angkaya lebih tinggi, yaitu 5,13%.
"Akan tetapi angka kemiskinan di Jawa Tengah 13,19%, lebih tinggi dari nasional sebesar 10,08%. Penyebabnya adalah terlalu fokus pada pembangunan infrastruktur dan berimbas pada sektor pertanian, karena mayoritas masyarakat kita sebagai petani," jelas dia.
Penyebab utamanya antara lain, dicabutnya subsidi hingga dialihkannya prioritas pembangunan untuk infrastruktur.
"Semakin banyak subsidi yang dicabut, mengakibatkan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin turun, sehingga masyarakat akan mengeluarkan biaya untuk yang benar-benar dibutuhkan," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Hardiwinoto dalam Diskusi Prime Topic on Campus yang digelar MNC Trijaya FM Semarang, bertema "Pertumbuhan Ekonomi Untuk Siapa?" di Ruang NRC Kampus Unimus, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/12/2017).
Selain itu, lanjut dia, pembangunan infrastruktur juga lebih banyak menyerap tenaga kerja asing daripada tenaga dalam negeri. "Hal tersebut yang juga memicu tingkat konsumsi masyarakat menurun, dan tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah, M Chamim Irfani menyatakan, prioritas pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyebab tingkat pendapatan ekonomi masyarakat tidak mengalami peningkatan.
"Padahal tujuannya untuk menaikkan aktivitas ekonomi. Namun, infrastruktur justru lebih banyak mengambil alih lahan pertanian. Sedangkan masyarakat di Jawa Tengah misalnya, lebih banyak bekerja sebagai petani, dan mayoritas hanya memiliki lahan di bawah setengah hektare," tutur Chamim.
Menurutnya, jika petani tidak memiliki lahan pertanian lagi atau hasil pertanian dikuasai tengkulak, maka yang terjadi justru angka kemiskinan semakin tinggi. Saat ini ekonomi Indonesia tumbuh 5,06% dan di Jawa Tengah angkaya lebih tinggi, yaitu 5,13%.
"Akan tetapi angka kemiskinan di Jawa Tengah 13,19%, lebih tinggi dari nasional sebesar 10,08%. Penyebabnya adalah terlalu fokus pada pembangunan infrastruktur dan berimbas pada sektor pertanian, karena mayoritas masyarakat kita sebagai petani," jelas dia.
(izz)