BI Prediksi Neraca Pembayaran Indonesia 2017 Alami Surplus

Selasa, 19 Desember 2017 - 16:01 WIB
BI Prediksi Neraca Pembayaran Indonesia 2017 Alami Surplus
BI Prediksi Neraca Pembayaran Indonesia 2017 Alami Surplus
A A A
JAKARTA - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2017 diperkirakan mencatat surplus yang relatif besar dengan defisit transaksi berjalan yang terkendali di bawah 2,0% dari produk domestik bruto (PDB).

Besarnya surplus NPI terutama ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang meningkat dibandingkan 2016, khususnya dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio sejalan dengan membaiknya persepsi investor terhadap prospek perekonomian domestik.

"Sementara itu, defisit transaksi berjalan terkendali, terutama didukung oleh kenaikan surplus nonmigas, di tengah defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer yang masih cukup besar, antara lain terkait defisit jasa transportasi dan pembayaran repatriasi hasil investasi asing," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman di Jakarta, Selasa (19/12/2017).

Hingga kuartal III/2017, neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami peningkatan surplus yang signifikan. Peningkatan itu ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan peningkatan surplus transaksi modal dan finansial. Surplus NPI kuartal III/2017 tercatat USD5,4 miliar, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus kuartal II/2017 sebesar USD0,7 miliar.

Adapun posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2017 tercatat sebesar USD125,97 miliar, meningkat dari USD116,36 miliar pada akhir 2016. Agusman menuturkan, cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan, pada akhir tahun 2017 dan sepanjang 2018, ketahanan ekonomi domestik akan tertekan dampak kembalinya arus modal dari dalam negeri menyusul rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve Amerika Serikat.

"Jadi kalau Indonesia bisa pertahankan inflasi yang rendah 2018, kemudian juga defisit transaksi berjalan juga bisa di bawah 2,5% PDB 2018, maka kenaikan suku bunga di AS tidak akan berdampak banyak," tambah dia.

Mirza memperkirakan, defisit transaksi berjalan pada 2018 masih tetap terkendali dalam batas yang aman meskipun meningkat menjadi 2-2,5% dari PDB, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik.

"Pada 2018, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan bisa meningkat menjadi di bawah 2,3% PDB karena meski kinerja ekspor terus membaik, impor juga semakin kencang seiring dengan kebutuhan barang modal untuk menggenjot perekonomian, terutama pembangunan infrastruktur," jelasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5354 seconds (0.1#10.140)