Buah Nusantara Ditargetkan Kuasai Pasar ASEAN 2025

Sabtu, 23 Desember 2017 - 11:05 WIB
Buah Nusantara Ditargetkan...
Buah Nusantara Ditargetkan Kuasai Pasar ASEAN 2025
A A A
JAKARTA - Indonesia terus menggencarkan berbagai inovasi untuk meningkatkan kualitas dan daya saing buah Nusantara. Targetnya, negara kita menjadi salah satu eksportir besar buah-buahan tropis di Asia Tenggara pada 2025 dan dunia pada 2045.

Target tersebut merupakan agenda Revolusi Oranye, sebuah program nasional dengan visi kemandirian produksi buah unggulan, tidak bergantung pada impor, serta menjadikan Indonesia sebagai pemain besar buah tropis di pasar global.

”Kita perlu konsisten menjalankan misi besar ini. Dengan kekayaan alam yang begitu besar, Indonesia seharusnya mampu kontinyu memproduksi dan menyediakan produk buah tropis berkualitas tinggi, memiliki nilai tambah bagi petaninya, dan kom petitif untuk pasar domestik dan interna sional,” ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Ting gi Mohamad Nasir dalam wawan cara khusus dengan KORAN SINDO.

Berdasarkan hasil riset strategis pengembangan buah ung gulan nasional, lanjut M Nasir, Tim Kerja Revolusi Oranye menyimpulkan paling tidak ada enam pilar yang harus di perkuat untuk mencapai visi dan misi Revolusi Oranye.

Pertama, adanya varietas buah unggul yang sesuai dengan preferensi pasar.

Kedua, pengembangan indus tri pembibitan yang tepat varietas dan kualitas dengan skala industri.

Ketiga, penerapan teknologi budi daya berbasis kawasan/orchard.

Keempat, pengembangan cold chain systems dalam kegiatan logistik.

Kelima, pengembangan pasar domestik dan ekspor, dan terakhir.

(keenam) yakni tumbuhnya agro industri buah tropis.

Beberapa waktu lalu, Kemenristek-Dikti telah meresmikan Pusat Bibit Buah Nusantara di Desa Curugrenden, Subang, Jawa Barat. Pusat Bibit Buah Nusantara ini dikelola oleh PT Botani Seed Indonesia yang merupakan joint operation antara anak perusahaan PT Bogor Life Science and Technology-Holding Company milik Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Pusat Kajian Holtikultura Tropika- LPPM IPB.

Menurut Nasir, startup company buah Nusantara ini sudah menghasilkan beragam jenis buah tropis berkualitas bagus. Misalnya, pepaya, jeruk, dan kelengkeng yang bijinya kecil serta berdaging tebal dan manis. Selain itu, ada pula pohon alpukat yang ukuran buahnya sama besar.

”Di Banyumas, Jawa Tengah, kita juga sudah berhasil mengembangkan durian bawor. Bijinya kecil, dagingnya tebal, legit dan manis. Setara dengan durian musang king dari Malaysia,” kata Nasir.

Mantan rektor Universitas Diponegoro ini melanjutkan, Pusat Bibit Buah Nusantara akan mengembangkan buah tropis asli Indonesia untuk domestik dan pasar luar negeri. Sejauh ini, beberapa pemerintah daerah sudah tertarik mengembangkan buah-buahan tersebut, yakni Kabupaten Banggai (Sulawesi Tengah), Kota Medan (Sumatera Utara), Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Nilai investasi yang ditawarkan Rp1-2 miliar. Nasir meyakini jika bibit ini bisa di ta nam di seluruh Indonesia maka lima tahun ke depan negara kita sudah mampu menghentikan keran impor buah-buahan unggulan.

Karena itu, perlu partisipasi konkret pemerintah daerah dalam Revolusi Oranye. Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek-Dikti Jumain Appe mengatakan, selain menjadi lokasi program pem belajaran berorientasi industri (teaching industry) dan berbagai bentuk pelatihan, Pusat Bibit Buah Nusantara juga akan dikembangkan menjadi Fruit Paradise.

Fruit Paradise merupakan percontohan orchard (skala perkebunan kecil) buah varietas unggul nasional dan wahana eduagrotourism berupa wisata pendidikan, pertanian, dan umum.

Teaching industry merupakan pengembangan produkproduk inovasi dalam skala terbatas yang sekaligus menjadi tem pat pembelajaran proses in dustrialisasi bagi para dosen, mahasiswa, dan masyarakat.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono mendukung upaya peningkatan daya saing buah Nusantara untuk kemandirian konsumsi buah nasional.

Dia mengatakan bahwa hal yang tidak kalah penting adalah mengintegrasikan produk buah yang dikembangkan dengan permintaan pasar ekspor dari luar negeri.

”Selama ini yang membuat petani buah lokal sulit berkembang antara lain karena kualitas tidak sesuai dengan permintaan pasar ekspor. Jadi harus terintegrasi dengan titik-titik pengembangan lokasi tertentu di wilayah Indonesia,” ungkapnya.

Dia juga menilai penting adanya pendampingan dan pengawalan sejak sisi pembudidayaan hingga sektor tata niaga.

Menurut Spudnik, selama ini petani buah lokal lemah di ta taran tata niaga. Dia optimistis buah-buahan tropis Indonesia dapat menguasai pasar ekspor dunia.

”Kalau masih impor, itu sebatas buah-buahan yang tidak intensif kita kembangkan seperti kiwi, anggur, dan apel yang produksinya bergantung musim,” jelasnya. (Neneng Zubaidah/ Ichsan Amin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7966 seconds (0.1#10.140)