Harga Minyak Dunia Mendatar Saat Rig Pengeboran AS Turun
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia cenderung bergerak mendatar saat jumlah pengeboran Amerika Serikat (AS) sedikit menyusut. Meski begitu level minyak mentah hanya mendekati di bawah posisi tertinggi dalam tiga tahun.
Seperti dilansir CNBC, Senin (8/1/2018) harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD61,61 per barel pada pukul 0209 GMT, atau naik 17 sen setara dengan 0,3%. Angka ini membuatnya masih berada di atas sesi terakhir mereka serta tidak jauh dari pencapaian tertinggi minggu lalu di posisi USD62.21 per barel.
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional bertengger pada level USD67,74 per barel dengan tambahan senilai 12 sen yang setara 0,2%. Posisi tersebut juga masih lebih baik dari penutupan terakhir, ketika Brent meroket menjadi USD68,27/barel untuk jadi yang tertinggi pekan lalu dan menjadi terbaik sejak Mei 2015.
Para pelaku pesar menilai catatan positif ini terimbas sedikit penurunan jumlah pengeboran AS untuk produksi baru untuk terus menyusut dalam lima pekan menjadi 742, berdasarkan data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes. Meskipun demikian, produksi US C-OUT-T-EIA diharapkan menerobos 10 juta barel per hari (bpd) secepatnya, terutama berkat melambungnya output dari serpih drillers.
Sejauh ini hanya produser top Rusia dan Arab Saudi yang mampu memproduksi lebih banyak. Meningkatnya produksi minyak AS merupakan lawan utama dari kebijakan pemotongan produksi yang dipimpin oleh Timur Tengah dan didominasi organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) serta didukung oleh Rusia yang dimulai sejak Januari 2017 dan terus berlanjut sampai 2018.
Seperti dilansir CNBC, Senin (8/1/2018) harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD61,61 per barel pada pukul 0209 GMT, atau naik 17 sen setara dengan 0,3%. Angka ini membuatnya masih berada di atas sesi terakhir mereka serta tidak jauh dari pencapaian tertinggi minggu lalu di posisi USD62.21 per barel.
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional bertengger pada level USD67,74 per barel dengan tambahan senilai 12 sen yang setara 0,2%. Posisi tersebut juga masih lebih baik dari penutupan terakhir, ketika Brent meroket menjadi USD68,27/barel untuk jadi yang tertinggi pekan lalu dan menjadi terbaik sejak Mei 2015.
Para pelaku pesar menilai catatan positif ini terimbas sedikit penurunan jumlah pengeboran AS untuk produksi baru untuk terus menyusut dalam lima pekan menjadi 742, berdasarkan data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes. Meskipun demikian, produksi US C-OUT-T-EIA diharapkan menerobos 10 juta barel per hari (bpd) secepatnya, terutama berkat melambungnya output dari serpih drillers.
Sejauh ini hanya produser top Rusia dan Arab Saudi yang mampu memproduksi lebih banyak. Meningkatnya produksi minyak AS merupakan lawan utama dari kebijakan pemotongan produksi yang dipimpin oleh Timur Tengah dan didominasi organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) serta didukung oleh Rusia yang dimulai sejak Januari 2017 dan terus berlanjut sampai 2018.
(akr)