Dow Chemicals, Bukan Sekadar Perusahaan Kimia tapi Bisnis Sains

Selasa, 09 Januari 2018 - 11:20 WIB
Dow Chemicals, Bukan Sekadar Perusahaan Kimia tapi Bisnis Sains
Dow Chemicals, Bukan Sekadar Perusahaan Kimia tapi Bisnis Sains
A A A
SELAMA hampir 121 tahun, Dow Chemicals mengalami transformasi secara masif. Bukan sekadar perusahaan kimia semata, tetapi menjadi perusahaan kimia yang lebih luas dan kompleks. Dengan transformasi tersebut, Dow Chemicals menjelma menjadi perusahaan sains yang tahun lalu telah merilis 5.000 produk atau 10 kali lipat dibandingkan dengan satu dekade silam.

Dow Chemicals atau lazim disebut dengan Dow merupakan perusahaan kimia multinasional yang berpusat di Midland, Michigan, Amerika Serikat (AS). Pada 2017 lalu, Dow Chemicals merupakan perusahaan kimia terbesar kedua dari segi pendapatan. Mereka merupakan perusahaan yang memproduksi plastik, kimia, dan produk pertanian.

Dow Chemicals tersebar di 160 negara dan mempekerjakan 54.000 karyawan di seluruh dunia. Sebagian besar produknya dijual langsung ke industri lain, bukan kepada konsumen masyarakat secara umum. Solusinime merupakan moto perusahaan yang selalu digaungkan. Dow Chemicals bermerger dengan DuPont menjadi DowDuPont Inc dan berkembang menjadi perusahaan kimia terbesar di dunia pada 1 September 2017. Realisasi merger itu akan mulai efektif pada pertengahan tahun ini.

"Kita telah selesai melaksanakan pembaharuan," ungkap CEO dan Chairman Dow Chemicals, Andrew N Liveris. Dia menjelaskan, ketika dia pertama kali memimpin Dow Chemicals, dia harus menekan kembali perusahaan itu. Saat itu, perusahaan kimia memang perlu di-branding ulang. "Kita menyadari kalau inovasi dan reinvention memang sangat sulit," ujarnya.

Transformasi itu telah terjadi dan menjadi perusahaan lebih baru dengan hadirnya para profesional yang lebih muda. "Saya tak pernah malu membajak orang berbakat (dari perusahaan lain)," ungkapnya dilansir Fortune. Dia mengungkapkan, dirinya sendiri merekrut para ahli statistik, pakar robot, dan ilmuwan. "Kita mengejar hingga Silicon Valley," katanya.

Untuk tetap menjadi perusahaan besar, dalam bidang penelitian dan pengembangan, Dow Chemicals bekerja sama dengan 40 universitas dan 15 kemitraan eksklusif untuk mengembangkan teknologi. Perusahaan itu melakukan lebih dari 20.000 penelitian dan eksperimen setiap tahun. Tahun lalu, Dow Chemicals merilis 5.000 produk atau 10 kali lipat dibandingkan dengan satu dekade silam. Hal itu tidak lepas karena perusahaan tersebut bukan hanya pabrik kimia, tetapi perusahaan sains.

Sementara itu, Liveris melakukan transformasi dan mengimplementasikan strategi baru sejak pertama kali memimpin Dow Chemicals. Dia menyebut rencana itu sebagai bentuk menguatkan kembali kekuatan utama Dow dalam menyediakan klien dengan bahan kimia sesuai permintaan, plastik, dan material untuk elektronik, serta produk pertanian. Liveris juga menekankan tentang perlunya pengurangan biaya produksi plastik dan kimia karena adanya kompetisi dari pesaing baru dari Timur Tengah dan Asia yang untung sebab biaya produksi lebih rendah. Dia juga mengutamakan kebijakan "de-risk", yakni transformasi kerja sama untuk menurunkan biaya pemasokan.

Dengan berbagai perubahan kebijakan yang dilakukan Liveris, Dow mendapatkan kesuksesan dalam transformasi tersebut. Dia mulai mengimplementasi strateginya dengan membeli Rohm and Haas pada musim panas 2008 senilai USD16,2 miliar. Dengan akuisisi tersebut, Dow mampu melakukan sinergisitas dalam pertumbuhan global dan memperluas kehadiran mereka dengan klien berkelas internasional. Akuisisi itu juga menambah nilai lebih bagi Dow.

Kesuksesan paling nyata yang selama kepemimpinan Liveris adalah proses merger antara Dow dan DuPont. Pada April 2017, Dow masih mempertahankan Liveris dengan posisinya sebagai CEO saat dia hendak mengajukan pensiun pada 30 Juni 2017. Liveris diminta menyelesaikan proses merger antara dua perusahaan kimia raksasa tersebut hingga Juli 2018.

Hal itu menunjukkan Liveris merupakan pemimpin yang bertanggung jawab. Dia tidak meninggalkan peran dan tugasnya yang seharusnya diselesaikan. Sebagai pemimpin, dia juga menekankan tentang keberlangsungan perusahaan di masa depan setelah ditinggalkannya. Dia tidak egois dengan dirinya sendiri serta kepentingannya. Dia selalu melihat jauh ke depan.

Menekan Pentingnya Akuntabilitas

Banyak masa sulit yang harus dihadapi Dow selama dipimpin Liveris. Dia menceritakan pengalaman terburuknya ketika memimpin perusahaan melalui krisis keuangan pada 2008 saat dia memimpin akuisisi perusahaan kimia bernama Rohm and Haas. Kesepakatan diluncurkan pada 2007 dan krisis finansial terjadi pada 2008. Liveris juga mengaku sempat putus asa ketika mitra kerja sama Dow, yakni perusahaan petrokimia Kuwait menarik diri dari kesepakatan karena kesulitan keuangan yang dialami Dow.

"Saat itu, kita berada di ujung kebangkrutan," katanya. Saat itu, dia menceritakan kalau dirinya duduk termenung di kantornya hingga pukul 04.00 pagi. Saat itu, dia melihat sebuah kunci. Ternyata kunci itu merupakan petunjuk ke museum lokal di mana menampilkan pendiri Dow. Pada dini hari itu juga, Liveris mengendarai mobilnya menuju museum. Dia melihat langsung gambar hologram pendiri Dow Chemicals, Herbert Henry Dow. Dia menceritakan kalau pendiri Dow ternyata pernah mengalami masa saat perusahaannya hampir bangkrut.

"Saya keluar museum dan saya mengatakan: 'bukan pada masa saya (kebangkrutan akan terjadi). Kebangkrutan seharusnya tidak terjadi)," kenangnya. Dia pun langsung menghubungi beberapa bank yang mau memberikan kredit. Saat perusahaan hendak dalam kebangkrutan, dia memikirkan tentang masa depan 50.000 karyawannya di seluruh dunia.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5888 seconds (0.1#10.140)