Teknologi Salibu: Petani Buleleng Tanam Sekali, Panen Berkali-kali
A
A
A
JAKARTA - Penerapan teknologi Salibu, yaitu sistem tanam padi sekali membuat panen berkali-kali dari bibit yang sama. Hal ini telah dibuktikan oleh kelompok tani Subak Bukit Telu, Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng, Bali yang menggelar panen raya.
"Teknologi Salibu yang baru pertama kali diterapkan di Buleleng ini merupakan program pemerintah yang berasal dari APBN 2017. Tujuannya meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi," ujar Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta dalam keterangan resmi, Sabtu (13/1/2018).
Para petani ini menggunakan paket lengkap teknologi Salibu dari PT Prima Agro Tech yang berlandaskan agro-biotechnology untuk setiap produknya. Adapun paket produk yang digunakan yakni Decohumat, Oriza Plus, Metarizep, BT Plus, Kalsika, dan Humatop. "Teknik ini diterapkan sebagai usaha inovasi peningkatan kebutuhan beras dan usaha mencapai swasembada pangan," jelas I Wayan Sunarta.
Lahan seluas satu hektare di lokasi ini menjadi sebuah bukti nyata atas prestasi dari teknologi salibu mewakili dari total 12,5 hektare yang tersebar di delapan kecamatan dari seluruh Kabupaten Buleleng, di antaranya Kecamatan Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Banjar, Seririt, Sukasada, Buleleng, dan Sawan.
Sunarta menjelaskan, dengan menggunakan varietas IR-64 dan Ciherang, serta dengan sistem tanam PTT tanpa legowo, hasil panen Salibu yang berarti produksi kedua dari bibit sebelumnya mencapai 7 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP). Hampir menyamai hasil panen bibit pertama atau produksi pertama yaitu 8,8 ton per hektare.
Hal ini sangat menarik perhatian, lantaran petani bisa mendapatkan hasil produksi yang berkali-kali lipat tanpa harus membeli benih baru dan menghabiskan waktu untuk melakukan penyemaian baru. Karena, terang dia, Salibu hanya memanfaatkan sisa tanaman yang telah dipanen sebelumnya.
"Tahap pertama padi salibu ini sangat menggembirakan. Hasilnya tidak jauh berbeda dari konvensional (panen sebelumnya). Malahan kita untung karena dapat menghemat biaya produksi karena tidak perlu ongkos tanam untuk membeli benih dan penyemaian. Dan waktunya 50 hari lebih cepat karena ada yang bisa diputus," paparnya.
Dia mengungkapkan, program Salibu ini bisa dijadikan program unggulan padi di Kabupaten Buleleng mengingat hasilnya memuaskan. Suksesnya panen raya padi teknologi salibu di Buleleng ini, tidak lepas dari cara perawatan tanaman yang tepat serta pengelolaan hama dan penyakit yang cermat pada areal pertanaman.
"Aplikasi Salibu akan kami kembangkan di kecamatan lain. Dan pemerintah turut mendukung untuk meningkatkan produktivitas hasil panen," tambahnya. Kesuksesan para petani Buleleng terbukti lewat panen raya ini, membuat mereka semakin optimistis mengunakan teknologi Salibu sehingga bisa menekan biaya produksinya.
"Acara ini berkesan, panennya bagus. Kendala biasanya di bagian pemeliharaan sehingga dapat mempengaruhi hasil panen. Ke depannya setelah panen ini, kami petani akan tanam Salibu lagi. Hasil panen pertama bisa dijadikan sebagai pembelajaran," ujar Suede, petani Kecamatan Busungbiu.
Budidaya padi Salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas dan peningkatan produksi. Pada budidaya padi Salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain tinggi pemotongan batang sisa panen, varietas, kondisi air tanah setelah panen, dan pemupukan.
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas atau dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa. Inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).
Salibu merupakan metode tanam tanpa menggunakan benih dan tanpa pengolahan lahan. Teknik Salibu menggunakan bonggol tanaman padi sisa panen musim pertama sehingga lebih cepat panen.Panen Raya ini sendiri dihadiri lebih dari 150 undangan yang berlangsung meriah.
Tampak hadir Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Swatantra, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang Malang Kresno Suharto, Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali I Wayan Sunarta, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, Kapolsek Busungbiu, Camat Busungbiu, Dandim 1609 Buleleng, Danramil Busungbiu, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) serta ratusan petani yang penasaran ingin melihat hasil panen dari teknologi Salibu ini.
"Teknologi Salibu yang baru pertama kali diterapkan di Buleleng ini merupakan program pemerintah yang berasal dari APBN 2017. Tujuannya meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi," ujar Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta dalam keterangan resmi, Sabtu (13/1/2018).
Para petani ini menggunakan paket lengkap teknologi Salibu dari PT Prima Agro Tech yang berlandaskan agro-biotechnology untuk setiap produknya. Adapun paket produk yang digunakan yakni Decohumat, Oriza Plus, Metarizep, BT Plus, Kalsika, dan Humatop. "Teknik ini diterapkan sebagai usaha inovasi peningkatan kebutuhan beras dan usaha mencapai swasembada pangan," jelas I Wayan Sunarta.
Lahan seluas satu hektare di lokasi ini menjadi sebuah bukti nyata atas prestasi dari teknologi salibu mewakili dari total 12,5 hektare yang tersebar di delapan kecamatan dari seluruh Kabupaten Buleleng, di antaranya Kecamatan Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Banjar, Seririt, Sukasada, Buleleng, dan Sawan.
Sunarta menjelaskan, dengan menggunakan varietas IR-64 dan Ciherang, serta dengan sistem tanam PTT tanpa legowo, hasil panen Salibu yang berarti produksi kedua dari bibit sebelumnya mencapai 7 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP). Hampir menyamai hasil panen bibit pertama atau produksi pertama yaitu 8,8 ton per hektare.
Hal ini sangat menarik perhatian, lantaran petani bisa mendapatkan hasil produksi yang berkali-kali lipat tanpa harus membeli benih baru dan menghabiskan waktu untuk melakukan penyemaian baru. Karena, terang dia, Salibu hanya memanfaatkan sisa tanaman yang telah dipanen sebelumnya.
"Tahap pertama padi salibu ini sangat menggembirakan. Hasilnya tidak jauh berbeda dari konvensional (panen sebelumnya). Malahan kita untung karena dapat menghemat biaya produksi karena tidak perlu ongkos tanam untuk membeli benih dan penyemaian. Dan waktunya 50 hari lebih cepat karena ada yang bisa diputus," paparnya.
Dia mengungkapkan, program Salibu ini bisa dijadikan program unggulan padi di Kabupaten Buleleng mengingat hasilnya memuaskan. Suksesnya panen raya padi teknologi salibu di Buleleng ini, tidak lepas dari cara perawatan tanaman yang tepat serta pengelolaan hama dan penyakit yang cermat pada areal pertanaman.
"Aplikasi Salibu akan kami kembangkan di kecamatan lain. Dan pemerintah turut mendukung untuk meningkatkan produktivitas hasil panen," tambahnya. Kesuksesan para petani Buleleng terbukti lewat panen raya ini, membuat mereka semakin optimistis mengunakan teknologi Salibu sehingga bisa menekan biaya produksinya.
"Acara ini berkesan, panennya bagus. Kendala biasanya di bagian pemeliharaan sehingga dapat mempengaruhi hasil panen. Ke depannya setelah panen ini, kami petani akan tanam Salibu lagi. Hasil panen pertama bisa dijadikan sebagai pembelajaran," ujar Suede, petani Kecamatan Busungbiu.
Budidaya padi Salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas dan peningkatan produksi. Pada budidaya padi Salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain tinggi pemotongan batang sisa panen, varietas, kondisi air tanah setelah panen, dan pemupukan.
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas atau dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa. Inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).
Salibu merupakan metode tanam tanpa menggunakan benih dan tanpa pengolahan lahan. Teknik Salibu menggunakan bonggol tanaman padi sisa panen musim pertama sehingga lebih cepat panen.Panen Raya ini sendiri dihadiri lebih dari 150 undangan yang berlangsung meriah.
Tampak hadir Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Swatantra, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang Malang Kresno Suharto, Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali I Wayan Sunarta, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, Kapolsek Busungbiu, Camat Busungbiu, Dandim 1609 Buleleng, Danramil Busungbiu, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) serta ratusan petani yang penasaran ingin melihat hasil panen dari teknologi Salibu ini.
(ven)