Dirut BEI Paksa 22 Perusahaan Besar Listing di Bursa Saham
A
A
A
BANDUNG - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistyo menantang 22 perusahaan besar di Indonesia menjadi perusahaan publik dengan IPO di BEI. Memasuki tahun politik, BEI sempat memasang target bisa membawa 35 perusahaan untuk IPO pada 2018 atau sama dengan tahun 2017.
"Ada 22 perusahaan besar yang belum IPO. Perusahaan itu seperti Djarum, Teh Botol, Kapal Api, Kopi Luwak, dan lainnya. Kita sudah ada datanya, kita akan paksa mereka," kata Tito pada Market Outlook & Sharing Session bersama APEI di Lembang, Bandung Barat, Jumat (19/1/2018).
Menurut dia, BEI sudah mengirimkan surat kepada 22 perusahaan itu untuk menjadi perusahaan publik. Dua perusahaan pun sudah melakukan komunikasi secara langsung. Respons yang didapat menurut Tito cukup bagus, namun perlu upaya terus menerus untuk mengajak perusahaan besar tersebut melantai di pasar modal.
"Manfaat IPO tidak sekadar uang. Tetapi itu bisa membantu masyarakat Indonesia. Tolong dong, karena mereka sudah menikmati kekayaan Indonesia. Saatnya transparansi publik dan beri pemerataan kepada rakyat," jelas dia.
Tito menambahkan bila mereka go publik dapat menambah market cup bursa Indonesia sampai Rp2.000 triliun. Saat ini, market cup Indonesia kecil Rp7.200 triliun dan perlu dana masuk. "Saya berharap secepatnya mereka bisa listing di BEI," paparnya
Terang dia, tidak ada pasar modal yang maju, kalau ekonominya tidak maju. Biasanya pasar modal naik mendahului perekonomian, dan turun mendahului perekonomian. Tahun ini, pihaknya optimistis ekonomi Indonesia tidak lebih jelek dari tahun lalu ketika ekonomi dunia juga baik dan memberi harapan.
"Memang perusahaan yang banyak dinantikan adalah BUMN. Tetapi prosesnya susah. Jadi biasanya anak atau cucu BUMN yang go publik. Kedua, adalah perusahaan startup. Mereka itu banyak ditunggu," tandanya.
"Ada 22 perusahaan besar yang belum IPO. Perusahaan itu seperti Djarum, Teh Botol, Kapal Api, Kopi Luwak, dan lainnya. Kita sudah ada datanya, kita akan paksa mereka," kata Tito pada Market Outlook & Sharing Session bersama APEI di Lembang, Bandung Barat, Jumat (19/1/2018).
Menurut dia, BEI sudah mengirimkan surat kepada 22 perusahaan itu untuk menjadi perusahaan publik. Dua perusahaan pun sudah melakukan komunikasi secara langsung. Respons yang didapat menurut Tito cukup bagus, namun perlu upaya terus menerus untuk mengajak perusahaan besar tersebut melantai di pasar modal.
"Manfaat IPO tidak sekadar uang. Tetapi itu bisa membantu masyarakat Indonesia. Tolong dong, karena mereka sudah menikmati kekayaan Indonesia. Saatnya transparansi publik dan beri pemerataan kepada rakyat," jelas dia.
Tito menambahkan bila mereka go publik dapat menambah market cup bursa Indonesia sampai Rp2.000 triliun. Saat ini, market cup Indonesia kecil Rp7.200 triliun dan perlu dana masuk. "Saya berharap secepatnya mereka bisa listing di BEI," paparnya
Terang dia, tidak ada pasar modal yang maju, kalau ekonominya tidak maju. Biasanya pasar modal naik mendahului perekonomian, dan turun mendahului perekonomian. Tahun ini, pihaknya optimistis ekonomi Indonesia tidak lebih jelek dari tahun lalu ketika ekonomi dunia juga baik dan memberi harapan.
"Memang perusahaan yang banyak dinantikan adalah BUMN. Tetapi prosesnya susah. Jadi biasanya anak atau cucu BUMN yang go publik. Kedua, adalah perusahaan startup. Mereka itu banyak ditunggu," tandanya.
(akr)