Investor Pemula Harus Lebih Agresif

Minggu, 28 Januari 2018 - 11:30 WIB
Investor Pemula Harus...
Investor Pemula Harus Lebih Agresif
A A A
JAKARTA - Menjadi kaya dalam usia muda merupakan mimpi setiap orang sejak kecil. Beragam cara dilakukan agar bisa menjadi kaya dengan mencari investasi terbaik yang mudah dilakukan bagi pemula.

Demi menciptakan cita-cita generasi milenial, beragam lembaga keuangan menawarkan cara berinvestasi dengan mudah. Mulai deposito, reksa dana, pendidikan, properti, emas, hingga menanam saham di pasar modal, ditawarkan dengan cara yang menarik. Tentu semua investasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun secara keseluruhan lebih mudah dilakukan, mengingat nilai nominal yang ditaruh di awal investasi relatif rendah.

Direktur Avrist Asset Management Hanif Mantiq mengatakan, investor pemula harus lebih banyak belajar mengenai karakteristik instrumen investasi yang akan dimasukinya. Untuk itu, investor pemula harus lebih agresif dalam berinvestasi dan tidak perlu khawatir tentang imbal balik yang akan diperolehnya karena investasi yang ditawarkan sudah pasti memberikan keuntungan yang lumayan.

"Saat ini tren investasi ke depan diperkirakan masih ke arah pasar modal. Kondisi ini karena nilai tukar dolar Amerika Serikat yang melemah dan memengaruhi nilai tukar terhadap rupiah dan mata uang asing lain nya. Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh investor untuk memperdalam investasinya di pasar modal, termasuk oleh para investor muda yang menjadi pemain pemula," ujar Hanif kepada KORAN SINDO.

Namun, menurutnya, ragam pilihan instrumen investasi tidak secara otomatis menambah basis jumlah investor karena pada akhirnya akan diserap oleh investor korporasi. Tetapi jika ingin menambah basis investor, lanjut Hanif, maka sebaiknya dilakukan dengan bekerja sama dengan pusat perbelanjaan. "Bila selama ini pusat perbelanjaan memberikan gift berbentuk voucher belanja, mungkin bisa diubah dengan memberikan voucher reksa dana atau saham satu lot," tandasnya.

Terhadap keseluruhan instrumen investasi yang berkembang saat ini, Hanif memperkirakan investasi di pasar modal tahun ini akan memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan investasi lainnya, yaitu kisaran 12-15%. Menurutnya, secara persentase keuntungan berinvestasi di pasar modal lebih tinggi daripada investasi di obligasi yang diperkirakan hanya memberikan keuntungan 8-10% dan deposito yang diperkirakan tumbuh sekitar 5-6% saja.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nicky Hogan mengatakan, peningkatan jumlah investor pasar modal selama ini merupakan hasil dari kampanye masif yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Pasar Modal melalui program "Yuk Menabung Saham", "Sahamku Reksa Danaku", serta sosial isasi pasar modal terpadu dan Gerakan Nasional Cinta Pasar Modal.

Menurut Nicky, untuk tahun ini pihaknya menargetkan peningkatan jumlah investor hingga 750.000 atau tumbuh sekitar 20% dari tahun lalu. Peningkatan jumlah investor diyakini masih akan disumbang oleh generasi muda. Hal ini, menurutnya, karena pusat edukasi pasar modal di daerah terdapat di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. "Galeri investasi mayoritas menyasar generasi muda," ujar Nicky kepada KORAN SINDO.

Financial trainer dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prita Hapsari Ghozie mengungkapkan, investor pemula dalam berinvestasi harus terlebih dahulu memiliki tujuan dan rencana masa depan, sebab masing-masing orang memiliki profil investasi berbeda-beda, ada yang memiliki tipe konservatif, moderat, dan agresif.

Seperti diketahui, salah satu instrumen investasi jenis moderat adalah deposito. Meningkatnya investasi di pasar modal yang terus meningkat, tampaknya ikut berpengaruh pada total simpanan dan jumlah rekening di deposito. Hal itu menurutnya terekam di laporan Lembaga Penjamin simpanan (LPS).

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan, perkembangan investasi ke depan diyakini akan terus membaik. Wimboh memastikan bahwa tren investasi akan lebih banyak ke arah pasar modal. Salah satu penyebabnya karena instrumen green bond dan obligasi daerah baru akan direalisasikan mulai 2018, di samping berbagai instrumen yang sudah ada tahun lalu.

Menurut Wimboh, obligasi daerah akan menarik karena semua daerah mempunyai pendapatan dari pajak yang permanen. Tentu semakin maju daerahnya, maka pajak yang dihasilkan akan semakin besar. Dengan kesiapan beberapa pemda untuk menerbitkan obligasi daerah, OJK berharap akan ada obligasi daerah yang terbit pertama kali tahun ini.

Berinvestasi di obligasi daerah diyakini akan membuat investor merasa aman karena jumlah obligasinya akan terukur. "Tentunya juga investasi ini akan dimonitor baik oleh OJK, Departemen Keuangan, dan Departemen Dalam Negeri. Sudah banyak beberapa daerah sudah mulai pembahasan," tutur Wimboh.

Sementara untuk green bond, menurutnya merupakan surat utang untuk membiayai proyek yang memenuhi kaidah dalam pembangunan berkelanjutan. Artinya, proyek yang dibiayai harus ramah lingkungan, terkait dengan energi terbarukan, pengembangan kawasan daerah kumuh, dan sebagainya.

Selain sebagai upaya diversifikasi produk investasi, hal itu juga dimaksudkan untuk menjaga kualitas alam. Sejumlah negara, menurutnya, juga telah terlebih dahulu menerapkan aturan tersebut. Untuk menjaga komitmennya, lanjut dia, emiten wajib membuat surat pernyataan bahwa dana green bond tersebut benar-benar digunakan untuk proyek ramah lingkungan, baik itu aktivitas baru, sedang berjalan, maupun yang telah selesai. Pernyataan komitmen tersebut bahkan harus ditulis dengan huruf kapital pada bagian kulit muka prospektus.

Direktur Surat Utang Negara (SUN) Loto Srinaita Ginting mengatakan, instrumen investasi SUN adalah salah satu alternatif investasi yang aman, karena kupon dan pokok dijamin undang-undang. Jaminan keamanan dalam berinvestasi adalah hal utama yang harus menjadi pertimbangan investor. Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah tingkat likuiditas atau kemudahan untuk menjual/mencairkan dana investasinya.

"Pasar SUN sangat likuid sehingga investor akan sangat mudah untuk bertransaksi di pasar sekunder. Sebagai gambaran, tingkat likuiditas pasar SUN adalah rata-rata transaksi harian pada 2017 mencapai Rp33,91 triliun," tandasnya.

Selain itu, salah satu inisiatif yang akan diluncurkan pada 2018 adalah pengembangan jalur distribusi Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Tujuan dilakukannya pengembangan itu menurutnya adalah guna mempermudah akses masyarakat untuk berinvestasi di SBN ritel, sekaligus memperluas basis investor domestik serta mendukung terwujudnya keuangan inklusif.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0465 seconds (0.1#10.140)