Belajar Mengelola Keuangan sejak Dini
A
A
A
TIDAK lama lagi Indonesia akan mengalami ledakan bonus demografis. Ditandai dengan banyaknya masyarakat berusia produktif.
Tentunya jika bisa dikelola dengan baik, hal itu bisa menjadi keuntungan bagi perekonomian negara. Sebaliknya, jika tidak, generasi muda tersebut bisa menjadi beban bagi pem bangunan negara.
Oleh sebab itulah, sejak beberapa tahun terakhir telah digulirkan program berinvestasi bagi mereka yang berusia produktif. Salah satu tujuannya, agar mereka bisa mengelola keuangan dan mempergunakannya untuk hal produktif. Tidak lagi konsumtif yang manfaatnya tidak dirasakan banyak orang.
Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan, agar lebih produktif, generasi muda harus diberikan banyak informasi ataupun pelatihan tentang investasi. Jangan dibiarkan mereka mengelola keuangan asal-asalan alias spekulasi. Itu berpotensi merugikan mereka sendiri. "Kalau asal-asalan, namanya spekulasi. Namanya bukan investasi. Jadi kalau pemula, tidak boleh langsung mau mendapatkan keuntungan besar," tutur dia saat dihubungi.
Dia menjelaskan, dalam memilih produk investasi, generasi produktif haruslah mengetahui seperti apa produk investasi yang akan dimasuki. Apalagi ada beberapa instrumen investasi yang menjanjikan keuntungan besar, tetapi berisiko besar. Ada juga yang menjanjikan keuntungan kecil dengan risiko kecil pula. Setelah itu, barulah disesuaikan dengan tujuan berinvestasi.
Jika ingin memperkecil risiko, ada baiknya generasi produktif yang hendak memulai berinvestasi terlebih dahulu mempercayakan perusahaan asset management dalam berinvestasi. Dengan begitu, risiko berinvestasi beralih keperusahaan asset management. Keuntungan yang diperoleh pun bisa lebih besar. Tapi tentu, harus membayar sejumlah biaya kepada perusahaan tersebut.
Investasi pada pasar modal tentunya bisa menjadi alternatif terbaik bagi investor pemula. Tentunya bukan langsung trading saham. Namun, membeli reksa dana saham atau reksa dana ETF yang ditawarkan sejumlah perusahaan sekuritas. Jika sudah mulai merasakan kenikmatan berinvestasi dan keuntungannya, barulah mulai berinvestasi saham.
Pada saat ini, investasi di pasar modal, khususnya saham, berpotensi memberikan keuntungan besar hingga 20%. Kemudian dilanjutkan berinvestasi emas dengan potensi keuntungan sekitar 12-15%. Setelahnya adalah deposito yang berpotensi memberikan keuntungan 5%. "Untuk pemula sebaiknya jangan yang terlalu berisiko terlebih dahulu," tutur dia.
Hampir senada dengan itu, Perencana Keuangan dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menuturkan, investasi pada instrumen investasi fix income kurang terlalu menarik, yakni hanya 1-2% di atas deposito. Makanya, Budi merekomendasikan instrumen pasar modal kepada investor pemula. Tentu saja ada catatannya, yakni harus ditahan hingga di atas lima tahun.
Saham langsung atau reksa dana saham kerap berfluktuasi. Ada baiknya tidak semua dana yang dimiliki investor pemula dikelola sendiri. Jangan sampai, investasi yang dilakukan mengalami kerugian. Sebab, dibutuhkan keahlian tertentu untuk bisa berinvestasi secara langsung di pasar modal. Mungkin sekitar 10% dari total dana investasi yang di kelola sendiri. Sisanya, dikelola perusahaan manajemen investasi.
"Dana yang dikelola bisa langsung dipergunakan. Ketika saham naik atau turun, langsung dievaluasi. Apakah keputusan berin vestasi yang dilakukan benar atau salah. Jadi saran saya, tetap ada saham langsung persentasenya diserahkan masing-masing in ves tor. Bisa dibandingkan berapa persen return langsung dan ti dak langsung. Evaluasi tiga tahun.
Kalau pegang sendiri lebih bagus persentasenya, lebih baik sendiri,” papar dia. Ada baiknya alokasi anggaran untuk investasi dan tidak digunakan untuk alokasi dana lainnya. Ketika berinvestasi, Budi mengingatkan, agar terlebih dahulu mengenal produk investasi yang dipilih. Selain itu, disiplin dalam berinvestasi.
Tentunya jika bisa dikelola dengan baik, hal itu bisa menjadi keuntungan bagi perekonomian negara. Sebaliknya, jika tidak, generasi muda tersebut bisa menjadi beban bagi pem bangunan negara.
Oleh sebab itulah, sejak beberapa tahun terakhir telah digulirkan program berinvestasi bagi mereka yang berusia produktif. Salah satu tujuannya, agar mereka bisa mengelola keuangan dan mempergunakannya untuk hal produktif. Tidak lagi konsumtif yang manfaatnya tidak dirasakan banyak orang.
Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan, agar lebih produktif, generasi muda harus diberikan banyak informasi ataupun pelatihan tentang investasi. Jangan dibiarkan mereka mengelola keuangan asal-asalan alias spekulasi. Itu berpotensi merugikan mereka sendiri. "Kalau asal-asalan, namanya spekulasi. Namanya bukan investasi. Jadi kalau pemula, tidak boleh langsung mau mendapatkan keuntungan besar," tutur dia saat dihubungi.
Dia menjelaskan, dalam memilih produk investasi, generasi produktif haruslah mengetahui seperti apa produk investasi yang akan dimasuki. Apalagi ada beberapa instrumen investasi yang menjanjikan keuntungan besar, tetapi berisiko besar. Ada juga yang menjanjikan keuntungan kecil dengan risiko kecil pula. Setelah itu, barulah disesuaikan dengan tujuan berinvestasi.
Jika ingin memperkecil risiko, ada baiknya generasi produktif yang hendak memulai berinvestasi terlebih dahulu mempercayakan perusahaan asset management dalam berinvestasi. Dengan begitu, risiko berinvestasi beralih keperusahaan asset management. Keuntungan yang diperoleh pun bisa lebih besar. Tapi tentu, harus membayar sejumlah biaya kepada perusahaan tersebut.
Investasi pada pasar modal tentunya bisa menjadi alternatif terbaik bagi investor pemula. Tentunya bukan langsung trading saham. Namun, membeli reksa dana saham atau reksa dana ETF yang ditawarkan sejumlah perusahaan sekuritas. Jika sudah mulai merasakan kenikmatan berinvestasi dan keuntungannya, barulah mulai berinvestasi saham.
Pada saat ini, investasi di pasar modal, khususnya saham, berpotensi memberikan keuntungan besar hingga 20%. Kemudian dilanjutkan berinvestasi emas dengan potensi keuntungan sekitar 12-15%. Setelahnya adalah deposito yang berpotensi memberikan keuntungan 5%. "Untuk pemula sebaiknya jangan yang terlalu berisiko terlebih dahulu," tutur dia.
Hampir senada dengan itu, Perencana Keuangan dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menuturkan, investasi pada instrumen investasi fix income kurang terlalu menarik, yakni hanya 1-2% di atas deposito. Makanya, Budi merekomendasikan instrumen pasar modal kepada investor pemula. Tentu saja ada catatannya, yakni harus ditahan hingga di atas lima tahun.
Saham langsung atau reksa dana saham kerap berfluktuasi. Ada baiknya tidak semua dana yang dimiliki investor pemula dikelola sendiri. Jangan sampai, investasi yang dilakukan mengalami kerugian. Sebab, dibutuhkan keahlian tertentu untuk bisa berinvestasi secara langsung di pasar modal. Mungkin sekitar 10% dari total dana investasi yang di kelola sendiri. Sisanya, dikelola perusahaan manajemen investasi.
"Dana yang dikelola bisa langsung dipergunakan. Ketika saham naik atau turun, langsung dievaluasi. Apakah keputusan berin vestasi yang dilakukan benar atau salah. Jadi saran saya, tetap ada saham langsung persentasenya diserahkan masing-masing in ves tor. Bisa dibandingkan berapa persen return langsung dan ti dak langsung. Evaluasi tiga tahun.
Kalau pegang sendiri lebih bagus persentasenya, lebih baik sendiri,” papar dia. Ada baiknya alokasi anggaran untuk investasi dan tidak digunakan untuk alokasi dana lainnya. Ketika berinvestasi, Budi mengingatkan, agar terlebih dahulu mengenal produk investasi yang dipilih. Selain itu, disiplin dalam berinvestasi.
(amm)