Tahun Ini, Pertagas Targetkan Laba Bersih USD116 Juta

Sabtu, 03 Februari 2018 - 10:27 WIB
Tahun Ini, Pertagas Targetkan Laba Bersih USD116 Juta
Tahun Ini, Pertagas Targetkan Laba Bersih USD116 Juta
A A A
BOGOR - PT Pertamina Gas (Pertagas) tahun ini menargetkan perolehan laba bersih sebesar USD116 juta, lebih rendah dibandingkan realisasi laba bersih tahun 20017 sebesar USD141 juta. Pasalnya, target laba bersih 2018 anak usaha PT Pertamina (Persero) ini diperhitungkan tanpa memasukkan kontribusi dari dua anak usahanya, yakni PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan Gas.

"Untuk RKAP 2016, target laba bersih USD116 juta karena secara Perta Arun dan Perta Samtan akan masuk ke holding (Pertamina). Itu untuk memudahkan secara konsolidasi. Kami bersama Pertagas Niaga tetap menjadi satu kesatuan," ujar Direktur Utama Pertagas Suko Hartono dalam diskusi bertema "Outlook Industri dan Gas 2018" di Bogor, Jumat (2/2/2018) malam.

Perta Arun dan Perta Samtan merupakan dua dari empat anak usaha Pertagas. Dua anak usaha lainnya adalah PT Pertagas Niaga dan PT Perta Daya Gas. Perta Arun dan Perta Samtan tercatat dua anak yang memberikan kontribusi terbesar bagi laba bersih Pertagas. Pada 2017, Perta Samtan tercatat membukukan laba bersih USD26,7 juta dan Perta Arun mencetak laba bersih USD24,6 juta. Selain itu, Pertagas Niaga memberikan kontribusi laba bersih USD9,3 juta dan Perta Daya sebesar USD644.000. Sisanya, sekitar 67%, berasal dari laba bersih Pertagas sendiri.

Suko menjelaskan, pelepasan Perta Arun dan Perta Samtan merupakan bagian dari rencana pembentukan induk usaha (holding) BUMN minyak dan gas yang menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) ke dalam PT Pertamina (Persero). Setelah PGN menjadi bagian dari Pertamina, tahap berikutnya adalah menyinergikan Pertagas dengan PGN. "Pertimbangannya, untuk menyinergikan Pertagas dan PGN saja pasti butuh effort, karena itu sebagian anak usaha kita lepas dulu," tuturnya.

Menurut Suko, konsep holding merupakan bentuk ideal saat ini untuk PGN dan Pertagas yang mempunyai sektor usaha yang sejenis karena holding akan menciptakan efisiensi. "Kalau bicara pembagian Pertagas dan PGN. Pertagas akan mengurus transmisi dan PGN mengurus distribusi. Jadi kalau integrasi, tidak tumpang tindih sebenarnya," kata dia.

Suko mengatakan, dari sisi aset, Pertagas memiliki jaringan pipa transmisi yang telah open accesss yang bisa bebas digunakan siapapun. Pertagas juga didukung kepastian dan jaminan pasokan gas dari Pertamina sebagai induk usahanya. Sementara, PGN mempunyai jaringan pipa distribusi. Gabungan keduanya, tegas dia, menghasilkan efisiensi yang akan memberikan lebih banyak manfaat bagi pengguna gas di dalam negeri dan para pemangku kepentingan lainnya.

Suko menambahkan, pada 2017 kinerja keuangan Pertagas pun tak kalah dari PGN. Per September 2017, laba bersih Pertagas tercatat mencapai USD111,52 juta, di atas PGN yang hanya USD97,9 juta. Padahal, PGN membukukan pendapatan USD2,16 miliar, di atas Pertagas dengan pendapatan sebesar USD463,62 juta.

Terkait rencana penggabungan kedua perusahaan, lanjt dia, Suko menilai hal yang pertama kali harus dilakukan adalah mengindentifikasi permasalahan yang ada pada keduanya untuk kemudian dicarikan solusi bersama-sama. "Jadi paling ideal, berjalan beriringan dulu. Untuk mengimplementasi penggabungan dua perusahaan tidak semudah yang dibayangkan," tuturnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8122 seconds (0.1#10.140)