Negara dengan Gaji Eksekutif Tinggi di Asia

Sabtu, 10 Februari 2018 - 00:10 WIB
Negara dengan Gaji Eksekutif Tinggi di Asia
Negara dengan Gaji Eksekutif Tinggi di Asia
A A A
TOKYO - Jepang dikenal sebagai negara dengan etos kerja tinggi. Namun untuk urusan gaji, ternyata Negeri Matahari Terbit bukan sebagai "surga" bagi pekerja eksekutif. Gaji untuk pekerja eksekutif, seperti chief financial officer di Jepang masih kalah dengan negara-negara Asia lainnya.

Melansir dari Bloomberg, Jumat (9/2/2018), konsultan perekrutan tenaga kerja Hays melansir lima negara di Asia dengan rata-rata gaji eksekutif tertinggi. Dalam laporan terbarunya, Singapura berada di tempat pertama dengan gaji eksekutif sebesar 51,9 juta yen atau setara Rp6,5 miliar per tahun. Estimasi kurs Rp125 per yen.

Posisi kedua adalah Republik Rakyat China, yang membayar pekerja eksekutif sebesar 51,3 juta yen atau setara Rp6,42 miliar. Disusul Hong Kong dengan nilai 42,3 juta yen atau Rp5,29 miliar. Tempat keempat adalah Jepang sebesar 30 juta yen atau Rp3,75 miliar dan kelima ialah Malaysia 19 juta yen atau Rp2,38 miliar.

Selain para profesional yang terampil, staf pendukung seperti pekerja bawahan dan administrasi di lima negara tersebut juga tergolong lebih tinggi dari negara-negara di Asia lainnya. Hays mengatakan data ini berdasarkan survei dari 3.500 orang dan data gaji diambil dari lebih 3.000 perusahaan di Asia.

Dalam survei Hays kepada dua pertiga responden Jepang, mereka mengatakan tidak puas dengan gaji mereka, meski naik 53% dari tahun lalu. Kondisi ini membuat beberapa profesional Jepang mulai melirik untuk bekerja di negara lain untuk memperoleh gaji lebih baik.

Untuk menghindari kekurangan tenaga kerja profesional ditambah lagi dengan populasi penduduk yang menua, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta perusahaan untuk membayar lebih tinggi pekerja mereka.

"Tenaga kerja semakin global, jadi sebuah negara harus bisa menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik. Untuk itu, Anda harus siap untuk membayar gaji yang lebih kompetitif," ujar Marc Burrage, managing director Hays Jepang.

Marc menuturkan, salah satu kendala gaji di Jepang adalah sistem pembayaran masih berbasis senior. "Ini situasi yang memprihatinkan dan jika tidak ditangani segera, akan mengancam produktivitas".
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7371 seconds (0.1#10.140)