Perkuat Lini Bisnis, Bukopin Syariah Gandeng Askrindo Syariah
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Syariah Bukopin (BSB) menggandeng PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah (Askrindo Syariah) untuk kerja sama penjaminan Bank Garansi. Adanya kerjasama ini diharapkan dapat memperkuat lini bisnis BSB dalam memasarkan produk Bank Garansi.
Direktur Utama BSB Saidi Mulia Lubis mengatakan, kerjasama dengan lembaga penjaminan atau asuransi merupakan salah satu realisasi rencana kerja perseroan dalam pencapaian fee based income yang optimal dari pemasaran produk Bank Garansi. "Ini menjadi concern manajemen agar hasil usaha dapat didorong untuk terus tumbuh menjadi lebih baik," kata Saidi usai penandatananan perjanjian kerjasama antara BSB dengan Askrindo Syariah di Jakarta, Senin (26/2/2018).
Selama ini, BSB telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan penjamin dan asuransi salah satunya induk dari Askrindo Syariah yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) yang telah bekerjasama sejak tahun 2014. Dia melanjutkan, perjanjian kerja sama di bidang penjaminan Bank Garansi ini mencakup Jaminan Penawaran (bid bond), Jaminan Pelaksanaan (performance bond), Jaminan Uang Muka (advance payment bond), Jaminan Pemeliharaan (maintenance bond) dan Jaminan Pembayaran (payment bond) serta Jaminan Khusus-Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang biasa diproses setiap akhir tahun.
"Adanya perjanjian kerjasama ini diharapkan pula untuk mendukung peningkatan bisnis Bank Garansi dan meminimalisir risiko penjaminan Bank Garansi," ungkapnya.
Pelayanan Bank Garansi ini di seluruh outlet BSB oleh jaringan kantor sebanyak 24 (dua puluh empat) outlet yang terdiri dari 12 (dua belas) kantor cabang, 8 (delapan) kantor cabang pembantu, 4 (empat) kantor kas, 97 (tujuh puluh empat) Kantor layanan Syariah Bank yang berada di Bank Bukopin, dan jaringan ATM yang meliputi ATM Bank Syariah Bukopin, ATM jaringan Bank Bukopin, dan ATM Jaringan Prima.
Di samping itu, lanjut dia, untuk mendorong bisnis konsumer, BSB telah bekerja sama dengan Bukopin Finance. Ditargetkan pembiayaan konsumer tahun ini mencapai Rp150 miliar. Secara keseluruhan, BSB menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13% pada 2018.
BSB akan menggenjot pembiayaan karena rasio FDR saat ini sekitar 82%. Sehingga masih ada ruang untuk ekspansi sampai rasio FDR di batas maksimal 92%. "Profit kami 2018 targetnya tumbuh tidak besar sekitar 10-15%, angkanya sekitar Rp 20 miliar," pungkas dia.
Adapun porsi dana murah (CASA) ditargetkan sekitar 23% tahun ini, meningkat dari posisi CASA pada akhir 2017 sebesar 17%. Sementara total DPK saat ini mencapai kurang lebih Rp 6 triliun. Rasio FDR juga turun menjadi 82% dari sebelumnya 92% pada pertengahan 2017.
Sedangkan total pembiyaaan BSB pada akhir 2017 sekitar Rp 5 triliun. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BSB saat ini sebesar 20%. Angka tersebut juga disumbang dari pelunasan pembiayaan pada kuartal IV 2017. Dimana pada pertengahan 2017 CAR BSB sebesar 16%.
Di sisi lain, tahun ini BSB akan mendapatkan suntikan modal dari Bank Bukopin senilai Rp 100 miliar yang direncanakan pada kuartal III. Suntikan modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha khususnya pembiayaan.
Sebelumnya, pada 2017 BSB telah mendapatkan suntikan modal sebesar Rp 200 miliar yang diberikan dalam dua tahap. "Harapan kami dengan ditambah suntikan Rp 100 miliar, modal inti kami tembus Rp 1 triliun insyaAllah BUKU 2. Dengan BUKU 2 produk-produk lebih luas lagi dan ruang lingkup lebih leluasa," imbuhnya.
Dari sisi kualitas pembiayaan BSB yang tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada akhir 2017 sekitar 4% untuk gross. Rasio NPF ditargetkan turun menjadi di bawah 3% pada akhir tahun 2018.
Upaya memperbaiki NPF antara lain melalui penagihan, restrukturisasi, kemudian meminta nasabah menyelesaikan sendiri atau dibantu dengan penjualan jaminan. Direktur Bisnis BSB, Aris Wahyudi menambahkan, pertumbuhan pembiayaan pada 2018 ditargetkan sekitar 13%, di atas rata-rata industri.
Menurutnya, saat ini perbankan syariah baik Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS) dalam kondisi kelebihan likuiditas. Hal itu terlihat dari rasio FDR di BSB yang sebesar 82%, sehingga masih ada ruang sekitar 10% untuk ekspansi.
"Untuk tahun 2018 ini kami justru ingin switching deposito ke CASA. Kalau kemarin porsi CASA 17 persen kami ingin naikkan ke 25-30%. Sedangkan FDR dipertahankan 92 persen," kata Aris.
Laba BSB pada 2017 sekitar Rp 10 miliar. "Kita bisa naik 50% untuk tahun ini sudah bagus. Cadangan kami naik hampir 50%. Posisi sekarang cadangan Rp 130 miliar," imbuh Aris.
Direktur Utama BSB Saidi Mulia Lubis mengatakan, kerjasama dengan lembaga penjaminan atau asuransi merupakan salah satu realisasi rencana kerja perseroan dalam pencapaian fee based income yang optimal dari pemasaran produk Bank Garansi. "Ini menjadi concern manajemen agar hasil usaha dapat didorong untuk terus tumbuh menjadi lebih baik," kata Saidi usai penandatananan perjanjian kerjasama antara BSB dengan Askrindo Syariah di Jakarta, Senin (26/2/2018).
Selama ini, BSB telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan penjamin dan asuransi salah satunya induk dari Askrindo Syariah yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) yang telah bekerjasama sejak tahun 2014. Dia melanjutkan, perjanjian kerja sama di bidang penjaminan Bank Garansi ini mencakup Jaminan Penawaran (bid bond), Jaminan Pelaksanaan (performance bond), Jaminan Uang Muka (advance payment bond), Jaminan Pemeliharaan (maintenance bond) dan Jaminan Pembayaran (payment bond) serta Jaminan Khusus-Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang biasa diproses setiap akhir tahun.
"Adanya perjanjian kerjasama ini diharapkan pula untuk mendukung peningkatan bisnis Bank Garansi dan meminimalisir risiko penjaminan Bank Garansi," ungkapnya.
Pelayanan Bank Garansi ini di seluruh outlet BSB oleh jaringan kantor sebanyak 24 (dua puluh empat) outlet yang terdiri dari 12 (dua belas) kantor cabang, 8 (delapan) kantor cabang pembantu, 4 (empat) kantor kas, 97 (tujuh puluh empat) Kantor layanan Syariah Bank yang berada di Bank Bukopin, dan jaringan ATM yang meliputi ATM Bank Syariah Bukopin, ATM jaringan Bank Bukopin, dan ATM Jaringan Prima.
Di samping itu, lanjut dia, untuk mendorong bisnis konsumer, BSB telah bekerja sama dengan Bukopin Finance. Ditargetkan pembiayaan konsumer tahun ini mencapai Rp150 miliar. Secara keseluruhan, BSB menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13% pada 2018.
BSB akan menggenjot pembiayaan karena rasio FDR saat ini sekitar 82%. Sehingga masih ada ruang untuk ekspansi sampai rasio FDR di batas maksimal 92%. "Profit kami 2018 targetnya tumbuh tidak besar sekitar 10-15%, angkanya sekitar Rp 20 miliar," pungkas dia.
Adapun porsi dana murah (CASA) ditargetkan sekitar 23% tahun ini, meningkat dari posisi CASA pada akhir 2017 sebesar 17%. Sementara total DPK saat ini mencapai kurang lebih Rp 6 triliun. Rasio FDR juga turun menjadi 82% dari sebelumnya 92% pada pertengahan 2017.
Sedangkan total pembiyaaan BSB pada akhir 2017 sekitar Rp 5 triliun. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BSB saat ini sebesar 20%. Angka tersebut juga disumbang dari pelunasan pembiayaan pada kuartal IV 2017. Dimana pada pertengahan 2017 CAR BSB sebesar 16%.
Di sisi lain, tahun ini BSB akan mendapatkan suntikan modal dari Bank Bukopin senilai Rp 100 miliar yang direncanakan pada kuartal III. Suntikan modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha khususnya pembiayaan.
Sebelumnya, pada 2017 BSB telah mendapatkan suntikan modal sebesar Rp 200 miliar yang diberikan dalam dua tahap. "Harapan kami dengan ditambah suntikan Rp 100 miliar, modal inti kami tembus Rp 1 triliun insyaAllah BUKU 2. Dengan BUKU 2 produk-produk lebih luas lagi dan ruang lingkup lebih leluasa," imbuhnya.
Dari sisi kualitas pembiayaan BSB yang tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada akhir 2017 sekitar 4% untuk gross. Rasio NPF ditargetkan turun menjadi di bawah 3% pada akhir tahun 2018.
Upaya memperbaiki NPF antara lain melalui penagihan, restrukturisasi, kemudian meminta nasabah menyelesaikan sendiri atau dibantu dengan penjualan jaminan. Direktur Bisnis BSB, Aris Wahyudi menambahkan, pertumbuhan pembiayaan pada 2018 ditargetkan sekitar 13%, di atas rata-rata industri.
Menurutnya, saat ini perbankan syariah baik Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS) dalam kondisi kelebihan likuiditas. Hal itu terlihat dari rasio FDR di BSB yang sebesar 82%, sehingga masih ada ruang sekitar 10% untuk ekspansi.
"Untuk tahun 2018 ini kami justru ingin switching deposito ke CASA. Kalau kemarin porsi CASA 17 persen kami ingin naikkan ke 25-30%. Sedangkan FDR dipertahankan 92 persen," kata Aris.
Laba BSB pada 2017 sekitar Rp 10 miliar. "Kita bisa naik 50% untuk tahun ini sudah bagus. Cadangan kami naik hampir 50%. Posisi sekarang cadangan Rp 130 miliar," imbuh Aris.
(akr)