Leisure Marketing

Minggu, 04 Maret 2018 - 09:19 WIB
Leisure Marketing
Leisure Marketing
A A A
AKHIR tahun lalu saya menulis bahwa kini kita memasuki era leisureeconomy, di mana konsumen mulai bergeser perilakunya dari konsumsi barang (goods-based consumption) kekonsumsi pengalaman (experiencebased consumption).

Konsumen pun bermetamorfosis menjadi apa yang disebut leisumer (leisure consumers). Experience-based consumption seperti liburan, dine-out, nongkrong dikafe, nonton konser, nge-gym, yoga, hingga online games meningkat pesat menjadikan sektor leisure tumbuh begitu cepat melampaui sektor-sektor yang lain.

Pertanyaannya, bagaimana strategi yang harus kita terapkan untuk menangkap experience-based consumption yang beberapa tahun kedepan bakal menggeliat? Saya punya enam strategi yang bisa kita ambil untuk sukses pada era leisure economy. Enam strategi ini akan menjadi intisari dari buku baru saya yang berjudul Welcome Leisure Economy (2018) yang akan terbit bulan depan.

#1. Every Business is Leisure Business
Apa pun bisnis Anda, Anda harus memperlakukannya sebagai bisnis leisure. Caranya dengan menyuntikkan elemen experience ke dalam value proposition yang kita tawarkan kepara leisumers.Offer experience or you will die !!! Matahari dan Ramayana struggling beberapa tahun terakhir. Begitu juga Pasar Glodog dan Roxi kian hari kian sepi.

Kenapa? Karena mereka tidak menyuntikkan elemen experience kedalam value pro position yang mereka tawarkan kepada para leisumers. Mal Kasablanka, Mal Gandaria City, Mal Central Park, atau Citos yang memosisikan diri sebagai pusat kuliner kelas menengah justru tumbuh pesat dan makin bergairah karena mereka menempatkan experience sebagai ”menu utama” tawaran mereka kepada pengunjung. Orang ke mal bukan semata untuk ber belanja barang. Mereka kemaluntuk ”liburan” mendapatkan pengalaman mengesankan di tengah kepenatan kerja yang kian mengimpit.

#2. Create Moment. Inspire Customers to Recomend P
Ada era leisure economy,marketing is about creating moment.Mencipta pengalaman yang menjadikan leisumers bilang: ”Wow!!!” Dan kemudian menceritakan ”Wow!!! Experience ” itu kepada konsumen lain melalui posting di Facebook, twit di Twitter,atau rating dan review di situssitus online.Ingat, pada era me dia sosial: ”Your leisumers are your best salesmen ”. ”Wow!!! Experience ” bisa berupa pengalaman yang menyentuh sisikognitif, emosi, ataupun aksi di mana konsumen larut (immerse) dalam setiap pengalaman yang kita ciptakan. ”Wow!!! Ex perience juga bisa tercipta dengan mengoneksikan leisumers dengan leisumers lain sehingga mereka menemukan jati diri dan eksistensinya.

#3. Leisumers Search for Happiness, Esteem, and Meaning. Leisurize Your Offering
Pada era leisure ekonomi konsumen sangat haus untuk mendapatkan kebahagiaan (happiness), penghargaan (esteem) dari orang lain, dan makna hidup (meaning). Karena apapun produk dan layanan yang Anda berikan, harus menciptakan HEM (happiness, esteem, meaning) kepada konsumen.

Gerai-gerai kopi artisan seperti Tanamera atau Filosofi Kopi misalnya, mem berikan meaning bagi para leisumers dengan menunjukkan kepedulian kepada kopi dan petani kopi Indonesia. Mereka melestarikan kopi Indonesia, membantu pengolahan kopi petani, dan menerapkan konsep fair trade.Kepedulian ini memberikan meaning fullife kepada leisumers.

#4. Build Authenticity. It’s the Ultimate Customization
Orisinalitas dan autentisitas memiliki value yang amat tinggi bagi para leisumers. Karena itu, diferensiasi akan tercipta jika produk dan layanan kita memiliki unsur orisinalitas dan autentisitas. Dengan orisinalitas-autentisitas, Anda akan mendapatkan kemewahan mendapatkan premium pricing. Pada saat diluncurkan, Goods Dept meng usung konsep yang orisinal-autentik dengan mengurusi brand-brand lo kal yang unik. Karena keunikannya, maka gerai ritel ini kemudian menjadi hub bagi fashion alternatif dan produk-produk lifestyle.

#5. Give ThemStage. Facilitate Your Customer to Express.
Leisumers menginginkan momen-momen berkesan dari setiap pengalamannya diabadikan dan di-share ke pada teman-teman lain. Dengan share pengalaman (bukan barang), mereka menemukan eksistensi dan jati dirinya. Karena itu, berikanlah ”panggung” kepada mereka untuk berekspresi dan menampilkan jati dirinya. Kesuksesan Warung Upnormal tak hanya ditentukan oleh menu Indomie yang dikemas dengan topping aneka menu dan rasa, tapi juga oleh tampilan interior/eksterior gerai nya yang kekinian dan Instagram able. Warung Upnormal memberikan ”panggung” dan memfasilitasi para leisumers untuk pamer jati dirinya.

#6. Entice Customer’s Curiosity through Story
Story creates FOMO (”Fear of Missing Out”). Cerita-cerita autentik (bukan cerita jualan) selalu membuat lei su mer menjadi penasaran alias kepo.Cerita memungkinkan pesan-pesan brand menjadi viral dari satu leisumers ke leisumers yang lain. Di depan saya katakan bahwa ”marketing is about creating moment thru wow!!! experience ”. Nah, momen-momen tak terlupakan itu haruslah bisa di kemas dalam sebuah cerita yang mengesankan.

Falcon adalah rumah produksi yang piawai mengemas sebuah cerita dan kemudian mengonversi cerita tersebut menjadi sebuah ”gerakan viral ” oleh para penonton film-filmnya. Contoh terakhir adalah film Dilan1990 yang mampu menggerakkan para penontonnya untuk memviralkan meme-meme dimedia sosial, di arisan-arisan kampung, diobrolan di ruang makan, dan di mana pun. Doakan buku saya bisa cepat terbit, tan pa aral melintang. Welcome the leisure economy...

YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure www.yuswohady.com
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0650 seconds (0.1#10.140)