RI Negara Kedua Terbaik untuk Investasi

Rabu, 07 Maret 2018 - 07:33 WIB
RI Negara Kedua Terbaik...
RI Negara Kedua Terbaik untuk Investasi
A A A
SINGAPURA - Potensi Indonesia sebagai negara tujuan investasi terus menunjukkan perbaikan. Ini seiring dengan upaya pemerintah dalam memangkas sejumlah regulasi guna menarik investor menanamkan modalnya di dalam negeri.

Dengan jumlah penduduk mencapai 261,1 juta jiwa dan kondisi politik yang relatif stabil, Indonesia disebut sebagai negara kedua terbaik untuk investasi pada 2018 setelah Filipina. Indonesia dinilai memiliki regulasi yang bersahabat bagi para investor asing. Dilansir businessinsider.sg, pemeringkatan itu didasarkan pada hasil survei usnews.com terhadap 21.000 orang.

Masuknya Indonesia ke jajaran negara dua terbesar tujuan investasi sejalan dengan realisasi investasi pada tahun lalu yang mencapai angka Rp692,8 triliun, melampaui target sebelumnya Rp678,8 triliun. Hasil ini menjadi pertanda baik kendati pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,07% pada 2017 atau di bawah target 5,2%.

"Data PBB menunjukkan Indonesia merupakan salah satu penerima FDI paling menjanjikan di Asia Tenggara. Upaya pembaharuan kebijakan dan kinerja ekonomi tampaknya akan terus menarik investor. Prospek ekonomi global Indonesia diprediksi terus naik sampai tahun depan," ungkap US News and World Report dalam laporannya kemarin.

Dalam laporan tersebut, Filipina menjadi yang terbaik pada kategori negara terbaik untuk investasi. Namun, secara keseluruhan, Swiss berada pada deretan teratas (best overall) karena memiliki keunggulan dari berbagai faktor mulai dari pendidikan, fasilitas kewarganegaraan, keterbukaan untuk berbisnis, dan kualitas hidup.

Pada laporan lainnya, Grup Bank Dunia (World Bank Group/WBG) menyatakan bahwa investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI) saat ini tidak hanya mengalir dari negara maju ke negara berkembang, tapi juga dari negara berkembang ke negara berkembang lainnya.

Aliran FDI naik signifikan dari 19% pada 2000 menjadi 52% pada 2010. Dari 20 daftar teratas penerima FDI pada 2010 merupakan negara berkembang. FDI menyumbangkan 11% dari produk domestik bruto (PDB) global dan menciptakan lebih dari 80 juta lapangan pekerjaan di seluruh dunia.

Menurut WBG, ada empat faktor yang memengaruhi FDI. Pertama, FDI pencari sumber daya alam (SDA) yang tidak tersedia di negara asal. Kedua, FDI pencari pasar untuk menjual produknya. Ketiga, FDI pencari efisiensi untuk mengurangi biaya produksi. Keempat, FDI pencari aset strategis seperti merek dan teknologi baru.

Dari daftar yang dirilis usnews.com, setelahFilipina dan Indonesia sebagai negara terbaik untuk investasi, urutan selanjutnya adalah Polandia, Malaysia, Singapura, Australia, Spanyol, Thailand, India, Oman, Republik Ceko, Finlandia, Uruguay, Turki, Irlandia, Belanda, Inggris, Brasil, Prancis, dan Chili.

USnews.com mengeluarkan pemeringkatan ini untuk melengkapi laporan negara layak investasi yang dikeluarkan WBG. Survei itu dibatasi pada 80 negara. Pengaruh budaya, kewirausahaan, dan kualitas hidup juga termasuk yang dianalisa. Begitu pula dengan stabilitas ekonomi, perpajakan, inovasi, teknologi, tenaga ahli, dan korupsi.

Sekadar informasi, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi di Indonesia yang mencapai Rp692,8 triliun pada 2017 tersebar di DKI Jakarta Rp108,6 triliun atau 15,7 %; Jawa Barat (Rp107,1 triliun, 15,5%); Jawa Timur (Rp66,0 triliun, 9,5%); Banten (Rp55,8 triliun, 8,1%); dan Jawa Tengah (Rp51,5 triliun, 7,4%).

Adapun berdasarkan sektor usaha, lima besar realisasi investasi adalah sektor keistrikan, gas dan air sebesar Rp82,1 triliun atau 11,8%; pertambangan (Rp79,1 triliun, 11,4%); industri makanan (Rp64,8 triliun, 9,4%); industri logam, mesin, dan elektronik (Rp64,3 triliun, 9,3%); dan transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp59,8 triliun, 8,6%).

Sementara dilihat dari asal negaranya, investasi PMA terbesar berasal dari Singapura senilai USD8,4 miliar diikuti Jepang (USD5,0 miliar), China (USD3,4 miliar, Hong Kong (USD2,1 miliar); dan Korea Selatan (USD2,0 miliar).

Kepala BKPM Thomas Lembong mengakui, pihaknya terus melakukan langkah-langkah aktif untuk mendorong percepatan penanaman modal di Tanah Air. Salah satunya dengan menggelar Konsolidasi Perencanaan dan Pelaksanaan Penanaman Modal (KP3MN) pada pekan depan. Dia berharap, upaya tersebut dapat membantu mencapai target realisasi investasi 2018 sebesar Rp765 triliun.

“Lebih jauh, upaya ini diharapkan dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi, sekaligus perluasan penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ekspor nasional,” ujarnya kemarin.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menilai, masih ada pekerjaan rumah yang harus dibenahi dalam hal investasi yakni sinkronisasi izin antara pemerintah pusat dan daerah. Jika hal tersebut dapat terealisasi, diyakini peringkat Indonesia bukan lagi nomor dua melainkan pertama sebagai negara terbaik untuk investasi.

Menurut Rosan, sebenarnya iklim investasi di Indonesia saat ini sudah baik, terlihat dari ranking Ease of Doing Business (EoDB) atau kemudahan memulai berusaha Indonesia yang makin membaik, dari sebelumnya di atas 100 sekarang bertengger di peringkat 72. Kemudian, lanjut dia, seluruh lembaga pemeringkat internasional, sudah memberikan penilaian layak investasi, di mana terakhir S&P memberikan peringkat layak investasi.

"Jadi itu indikasi bahwa iklim investasi kita menunjukan perbaikan, perusahaan kita kemampuan bayar makin baik, dengan dipermudah peraturan pemerintah, saya rasa sangat positif," tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan, langkah menarik investor asing ke dalam negeri dengan berbagai upaya sudah sangat baik karena memberikan respons positif di mata investor luar negeri. Namun, kebijakan menarik investor asing tidak terlalu banyak dirasakan oleh kalangan pengusaha di dalam negeri.

Di sisi lain, Hariyadi juga melihat bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam rangka menarik investor dari luar ke dalam negeri. Salah satunya adalah meningkatkan koordinasi antarkementerian yang satu dengan kementerian yang lain.

"Kalau dilihat apakah ini jauh lebih baik dibanding sebelumnya, ya. Jawabannya memang lebih baik karena infrastruktur dibangun di sana-sini. Kemudian biaya perizinan dipangkas, begitu juga dengan implementasi melalui kebijakan kemudahan berinvestasi," ujarnya.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, dari banyak survei yang dirilis, memang daya tarik investasi Indonesia terletak pada faktor jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk tersebut bukan hanya dari market size saja namun juga daya beli di mana pertumbuhan kelas menengah Indonesia terus tumbuh.

"Secara alami, daya tarik investasi Indonesia di luar iklim investasi adalah dari sisi market size kita yang besar. Biasanya investasi kalau tidak mendekati pasar, dia akan mendekati sumber daya bahan baku atau juga mendekati tenaga kerja," ujarnya.

Sayangnya, ujar Faisal, investasi yang masuk lebih banyak investasi yang tidak berorientasi ekspor. Hal ini karena investor hanya melihat Indonesia dari sisi daya tarik jumlah penduduk. "Jadi kekuatan Indonesia memang di pasarnya kalau dari sisi investasi. Oleh karena itu, banyak investasi yang tidak berorientasi ekspor. Mereka berorientasi pada pasar domestik," jelasnya.

Hal ini, ujar dia, berbeda dengan Filipina di mana daya tarik investasi bukan hanya dari pasar namun juga dari sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas dan juga sesuai dengan kebutuhan industri.

"Baik dari sisi teknik maupun kemampuan berbahasa Inggris dan sebagainya, Filipina jauh lebih unggul. Kita yang kurang dari sisi SDM," kata Faisal.

Sementara jika dibandingkan dengan Vietnam, daya tariknya bukan hanya dari market tapi juga dari iklim investasi yang bagus.

Faisal menambahkan, sering kali terjadi ketimpangan antara daya tarik investasi dengan realisasi investasi. Hal ini karena masih ada hambatan dari masalah kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah, konsistensi regulasi, aturan yang tumpang tindih, sehingga mempengaruhi investor dalam berinvestasi.

"Artinya untuk daya tarik awal pemeringkatan ini penting bagi investor untuk menentukan di mana ingin berinvestasi. Tapi ini tahap awal saja, istilahnya hanya minat. Tapi untuk realisasi kita harus cek lagi kondisi di lapangan," tuturnya. (Ichsan Amin/Muh Shamil/Oktiani Endarwati/Okezone)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0635 seconds (0.1#10.140)