Tillerson Minta Negara Afrika Tidak Kehilangan Kedaulatan karena Pinjaman China
A
A
A
ADDIS ABABA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson dalam kunjungan ke Markas Uni Afrika di Addis Ababa, Ethiopia, memperingatkan negara-negara Afrika untuk tidak "kehilangan kedaulatan mereka" karena pinjaman uang dari Republik Rakyat China.
"Kami (AS) sama sekali tidak berusaha mempengaruhi Afrika untuk tidak menerima uang China. Tapi sangat penting bagi negara-negara Afrika untuk berhati-hati dan mempertimbangkan kesepakatan (dengan China) agar tidak kehilangan kedaulatan," ujarnya seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/3/2018).
Ini merupakan kunjungan pertama Tillerson ke Afrika, untuk mengatasi mulai menguatnya dominasi China di benua tersebut. Melalui One Belt One Road, China sedang membangun pangkalan militer di Djibouti, negara Afrika timur, di mana AS juga memiliki pangkalan di sana.
Selain Djibouti, China juga memperluas pengaruhnya ke Chad, Nigeria, Kenya, Ethiopia, dan Uganda. Tiga negara yang disebut terakhir termasuk 10 penerima bantuan luar negeri terbesar AS pada tahun 2016, menurut data United States Agency for International Development.
Namun, belakangan ini, China terus meningkatkan pengaruhnya di Afrika. Menurut Reuters, China sudah melampaui AS sebagai mitra dagang terbesar Afrika sejak tahun 2009. Dan Negeri Tirai Bambu sudah memasok dana besar untuk proyek infrastruktur.
Pernyataan Tillerson langsung mendapat tanggapan dari kantor berita China, Xinhua, yang membantah adanya kolaborasi China-Afrika. "Kekhawatiran Afrika adalah kekhawatiran China, prioritas Afrika adalah prioritas China," ujar Menteri Luar Negeri China, Wang Yi di Kongres Rakyat Nasional di Beijing.
Dengan kekayaan sumber alam dan bonus demografi, Afrika menjadi "peluang" bagi kedua negara. "Peluang utama di Afrika didorong oleh satu aspek, yaitu demografi penduduk," kata Miguel Azevado, kepala investment banking Citigroup untuk Timur Tengah dan Afrika.
Dan 10 populasi termuda di dunia saat ini ada di Afrika. Niger dengan usia rata-rata 14,8 berada di puncak daftar menurut World Economic Forum. Bank Dunia menyatakan demografi dapat menghasilkan pertumbuhan produk domestik bruto 11%-15% di Afrika antara tahun 2011-2030.
"Hanya saja, populasi muda yang sangat besar ini bisa menjadi masalah bila tidak ada lapangan pekerjaan untuk mereka," Azevado memperingatkan. Dengan pertumbuhan ekonomi Afrika yang semakin baik, perusahaan-perusahaan harus memiliki akses ke pasar global, utamanya Afrika.
Azevado mengatakan saat ini, perusahaan-perusahaan di Afrika telah bangkit dari krisis keuangan dengan "model bisnis yang sangat solid" dan mereka menguasai operasinya di benua tersebut. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang siap untiuk meluncur ke pasar saham. Sehingga peluang bisnis di Afrika sangat besar.
"Kami (AS) sama sekali tidak berusaha mempengaruhi Afrika untuk tidak menerima uang China. Tapi sangat penting bagi negara-negara Afrika untuk berhati-hati dan mempertimbangkan kesepakatan (dengan China) agar tidak kehilangan kedaulatan," ujarnya seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/3/2018).
Ini merupakan kunjungan pertama Tillerson ke Afrika, untuk mengatasi mulai menguatnya dominasi China di benua tersebut. Melalui One Belt One Road, China sedang membangun pangkalan militer di Djibouti, negara Afrika timur, di mana AS juga memiliki pangkalan di sana.
Selain Djibouti, China juga memperluas pengaruhnya ke Chad, Nigeria, Kenya, Ethiopia, dan Uganda. Tiga negara yang disebut terakhir termasuk 10 penerima bantuan luar negeri terbesar AS pada tahun 2016, menurut data United States Agency for International Development.
Namun, belakangan ini, China terus meningkatkan pengaruhnya di Afrika. Menurut Reuters, China sudah melampaui AS sebagai mitra dagang terbesar Afrika sejak tahun 2009. Dan Negeri Tirai Bambu sudah memasok dana besar untuk proyek infrastruktur.
Pernyataan Tillerson langsung mendapat tanggapan dari kantor berita China, Xinhua, yang membantah adanya kolaborasi China-Afrika. "Kekhawatiran Afrika adalah kekhawatiran China, prioritas Afrika adalah prioritas China," ujar Menteri Luar Negeri China, Wang Yi di Kongres Rakyat Nasional di Beijing.
Dengan kekayaan sumber alam dan bonus demografi, Afrika menjadi "peluang" bagi kedua negara. "Peluang utama di Afrika didorong oleh satu aspek, yaitu demografi penduduk," kata Miguel Azevado, kepala investment banking Citigroup untuk Timur Tengah dan Afrika.
Dan 10 populasi termuda di dunia saat ini ada di Afrika. Niger dengan usia rata-rata 14,8 berada di puncak daftar menurut World Economic Forum. Bank Dunia menyatakan demografi dapat menghasilkan pertumbuhan produk domestik bruto 11%-15% di Afrika antara tahun 2011-2030.
"Hanya saja, populasi muda yang sangat besar ini bisa menjadi masalah bila tidak ada lapangan pekerjaan untuk mereka," Azevado memperingatkan. Dengan pertumbuhan ekonomi Afrika yang semakin baik, perusahaan-perusahaan harus memiliki akses ke pasar global, utamanya Afrika.
Azevado mengatakan saat ini, perusahaan-perusahaan di Afrika telah bangkit dari krisis keuangan dengan "model bisnis yang sangat solid" dan mereka menguasai operasinya di benua tersebut. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang siap untiuk meluncur ke pasar saham. Sehingga peluang bisnis di Afrika sangat besar.
(ven)