Pemerintah Kembangkan Startup Industri Benih

Jum'at, 16 Maret 2018 - 10:22 WIB
Pemerintah Kembangkan...
Pemerintah Kembangkan Startup Industri Benih
A A A
BOGOR - Pemerintah mengembangkan perusahaan rintisan atau startup industri benih untuk menghilirisasi inovasi benih agar bisa dikomersialkan. Diharapkan dengan adanya startup ini, petani bisa memanfaatkan teknologi agar lebih andal dalam mengolah benih.

Ketua Pelaksana Startup Industri Benih Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Qodir mengatakan, IPB diberi tugas oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) untuk mengembangkan pembenihan melalui program Startup Industri Benih. Mandat ini ada sejak 2016 guna hilirisasi produk inovasi varietas padi IPB 3S.

"Industri belum ada yang tertarik dengan benih dasar ini karena tidak menguntungkan. Karena itu, Kemenristek-Dikti membangun program startup benih. Benih dasar yang dikembangkan perguruan tinggi kemudian hasilnya baru masuk ke industri benih komersial," katanya seusai diskusi "Swasembada Pangan dengan Hilirisasi Hasil Litbang menuju Ketahanan Pangan Nasional" di IPB Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/3/2018).

Pada 2016, startup ini telah diberikan dana senilai Rp8 miliar untuk penguatan industri benih serta pemberian fasilitas kepada 16 provinsi. Lalu, program ini dilanjutkan pada 2017 dengan dana Rp2,6 miliar untuk delapan provinsi, di antaranya Aceh, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Sementara tahun ini, Kemenristek-Dikti, katanya, diperkirakan akan mengeluarkan dana hingga Rp5 miliar untuk penangkaran benih di empat provinsi.

Dia menjelaskan, tahun ini dengan dana Rp5 miliar itu tidak hanya untuk memperkuat industri benih, tetapi juga untuk memperkuat kegiatan seed teaching di perguruan tinggi setempat sehingga tidak hanya IPB yang memiliki industri benih. "Kini kita mau perkuat perguruan tinggi di daerah sehingga ada output penelitian sebab mereka pun memiliki fakultas pertanian juga," katanya.

Abdul menuturkan, startup industri benih ini memang menekankan untuk membentuk sistem yang memperkuat industri benih melalui sumber daya manusia, sistem, dan teknologinya. Terkait dengan SDM, yang paling terpenting adalah menumbuhkembangkan para penangkar benih dari masyarakat setempat yang berbasis teknologi dan inovasi. Para petani yang dipilih sebagai penangkar benih, katanya, diseleksi juga oleh dinas pertanian setempat. Sejak startup ini bergulir pada 2016, tidak ada kegagalan pada tahap pembinaan SDM dan pemanfaatan teknologi.

Fakta menunjukkan benih padi IPB 3S yang telah ditanam malah terbukti lebih tahan terhadap hama wereng. "Dalam konteks ketidaktercapaian produksi maksimum, memang ada kendala sedikit. Di Jateng waktu itu kita prediksi 8 ton, tapi ada serangan hama terjadi pengurangan 1-1,5 ton. Ini tidak parah sebab yang lain (padi varietas lain) sudah habis, ini (IPB 3S) masih bertahan," jelasnya.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek-Dikti Jumain Appe mengakui juga bahwa tidak banyak dunia usaha yang mengembangkan industri benih. Tahun ini Kemenristek-Dikti akan mengembangkan, membiayai, dan mendorong enam provinsi sebagai penangkar benih unggul IPB 3S. Lahannya akan menggunakan lahan masyarakat dengan sistem bagi hasil. Bagi setiap penangkar akan diberi benih untuk lahan seluas lima hektare.

Enam provinsi itu sebagian besar di Indonesia bagian timur, di antaranya Sulawesi Selatan yakni di Kendari, Sulawesi Selatan (Sidrap), Maluku (Pulau Buru), Sulawesi Tengah (Luwuk Banggai), dan Merauke.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2900 seconds (0.1#10.140)