Tanamkan Spirit Melayani sebagai Kunci Kesuksesan
A
A
A
SEBAGAI operator 13 bandara di Indonesia bagian timur, PT Angkasa Pura I (Persero) terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan di bandara yang dikelolanya. Perseroan juga berkomitmen mendukung program pemerintah mulai meningkatkan konektivitas udara, mendorong kunjungan wisata, hingga menurunkan ongkos logistik.
Sejumlah langkah dilakukan Angkasa Pura I (AP I), di antaranya melalui inovasi pelayanan di terminal, penerapan smart airport, digitalisasi proses bisnis perusahaan dan percepatan pembangunan tiga bandara strategis yang masuk ke dalam proyek strategis nasional. Melalui sejumlah langkah strategis tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor kebandarudaraan ini berharap bisa melayani 99 juta penumpang pada tahun ini dan meningkatkan pendapatan sebesar 16% atau mencapai Rp8,7 triliun.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut, perseroan juga akan lebih mengoptimalkan aset yang dimiliki serta mendorong kontribusi dari anak-anak usahanya. Faik yang memang bukan sosok baru di dunia kebandarudaraan itu juga senantiasa menekankan kepada karyawannya bahwa spirit utama perusahaan adalah melayani masyarakat. Dia juga mendorong tim di organisasinya untuk memiliki kompetensi dan performa yang baik. Apa lagi strateginya? Berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan Faik Fahmi di Jakarta, belum lama ini.
Bisa diceritakan rencana bisnis Angkasa Pura I pada tahun ini?
Pada 2018 ini kami menargetkan pendapatan sebesar Rp8,7 triliun atau meningkat 16% dari realisasi pendapatan 2017 (unaudited) sebesar Rp7,5 triliun. Target ini salah satunya didukung oleh mulai beroperasinya terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang pada Maret 2018, peningkatan kapasitas dan utilisasi alat produksi sisi udara bandara-bandara, dan peningkatan pendapatan lima anak perusahaan AP I, yaitu Angkasa Pura Suport, Angkasa Pura Logistik, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Hotel, serta Angkasa Pura Retail.
Kami juga akan memfokuskan diri dalam peningkatan kualitas layanan di 13 bandara, seperti inovasi pelayanan di terminal, penerapan smart airport, digitalisasi proses bisnis perusahaan, dan percepatan pembangunan tiga bandara yang termasuk dalam proyek strategis nasional, yaitu Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Bandara Internasional Baru Yogyakarta. Selain itu, perusahaan juga berharap dapat segera mengelola enam bandara yang selama ini dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), yaitu Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Sentani Jayapura, Bandara Juwata Tarakan, Bandara Syukuran Aminudin Amir Luwuk, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, dan Bandara Samarinda Baru.
Menurut Anda, apa saja tantangan dan peluang yang dihadapi perseroan saat ini?
Walaupun kami gencar mengejar pendapatan, itu juga dalam rangka untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi. Contoh yang terjadi saat ini, persoalan yang dihadapi AP I adalah keterbatasan kapasitas, di mana pertumbuhan jumlah penumpang lebih tinggi dari kapasitas. Jadi, kami berupaya meningkatkan kapasitas itu. Itulah sebabnya kami melakukan kegiatan investasi yang cukup signifikan pada tahun ini. Sebelumnya, kami tidak pernah investasi sampai Rp18,8 triliun dan ini hampir semuanya digunakan untuk pengembangan infrastruktur.
Dengan penambahan kapasitas ini diharapkan akan memudahkan kami dalam memberikan pelayanan yang lebih baik. Seiring meningkatnya kualitas pelayanan, jumlah penumpang juga diharapkan bertambah. Tahun ini kami berharap bisa melayani 99 juta penumpang atau meningkat hingga 12% dibandingkan capaian sepanjang 2017 yang sebanyak 84,7 juta penumpang.
Bagaimana solusi Anda dalam menghadapi sejumlah tantangan tersebut?
Kami akan mendorong kegiatan komersial sehingga bisa meningkat lebih signifikan lagi. Pasalnya, investasi membutuhkan pendanaan yang besar sehingga kami membutuhkan kemampuan finansial yang kuat di internal. Di samping itu, dari sisi komersial juga ada pendekatan yang harus dilakukan. Saya akui terlalu banyak peluang yang belum dioptimalkan. Contohnya, kami punya aset-aset yang clear dan clean di beberapa bandara yang selama ini idle dan tidak terpakai sehingga malah menimbulkan beban biaya cukup tinggi. Untuk memanfaatkan aset yang idle ini perlu strategi yang tepat dan kami akan kembangkan dengan memanfaatkan anak usaha.
Kami mempunyai lima anak usaha yang memiliki kompetensi khusus, yaitu Angkasa Pura Supports, Angkasa Pura Logistik, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Hotel, serta Angkasa Pura Retail. Saya akan mendorong anak usaha ini agar bisa berkembang secara signifikan dan menjadi salah satu backbone induk untuk mendorong pertumbuhan bisnis kami ke depan.
Bagaimana Anda melihat peran Angkasa Pura I dalam mendukung sejumlah program pemerintah?
Kami memiliki peran yang sangat strategis untuk mendukung program pemerintah. Ini menjadi momentum bagi perseroan untuk berkontribusi lebih. Saya akan fokus bagaimana membangun konektivitas transportasi udara melalui bandara yang dikelola. Selain menambah kapasitas, kami juga akan menambah bandara baru yang selama ini dikelola UPBU Kemenhub.
Ada enam bandara yang rencananya akan dikelola AP I. Kemarin saya ke Samarinda, Kalimantan Timur, dan gubernurnya menawarkan pengelolaan Bandara Berau. Itu bandara kecil dan bagus untuk dikembangkan. Jadi, kami ingin membangun konektivitas dari bandara yang dikelola. Dengan demikian, tidak hanya beroperasi di kota besar, juga wilayah lain yang tengah di kembangkan. Kedua, dukungan terhadap kegiatan pariwisata. Bandara kami mempunyai lokasi yang banyak dikunjungi turis. Selama ini peran bandara masih kurang signifikan untuk mendatangkan wisatawan.
Untuk itu, kami mempunyai program khusus, collaborative destination development (CDD), yaitu inisiasi yang dilakukan untuk menggabungkan seluruh pemangku kepentingan agar bisa mendorong kegiatan wisata menjadi lebih signifikan. Di bandara ini kami akan membangun fasilitas yang mendukung kedatangan wisatawan. Ketiga, perseroan juga mendukung upaya untuk menurunkan biaya logistik. Jadi, bisnis kargo akan kami kembangkan sehingga biaya logistik bisa lebih terjangkau dan bisa turun lagi.
Bagaimana strategi yang Anda jalankan sebagai seorang pemimpin?
Kalau saya simpel, sebagai seorang pemimpin saya selalu memberikan strategi yang jelas. Jadi, clear strategy ke bawahan. Kedua, kita harus punya kemampuan leadership yang kuat. Ini harus dilihat di mana organisasi yang kita kelola karena pendekatannya sangat berbeda-beda. Ada yang harus dengan contoh, ada yang harus lebih keras, ada yang sifatnya partisipatif, dan itu menyesuaikan. Menurut saya, leadership itu seperti seni dan ilmu, jadi kita harus bisa menyesuaikan dengan kondisi. Hal yang juga penting, saat kita mengelola organisasi itu harus memiliki orang-orang yang excellent. Pastinya di organisasi yang saya pimpin itu harus memiliki kompetensi dan performa yang baik. Ini yang diukur dalam satu organisasi. Kita mempunyai target khusus, sumber daya manusia (SDM) yang bekerja itu memiliki kompetensi dan performa yang baik pula.
Lalu, apa saja prinsip kepemimpinan yang Anda jalankan di perusahaan?
Saya prinsipnya lebih kepada memberikan contoh yang baik. Kita bekerja di BUMN ini fungsi utamanya melayani. Menyambut HUT AP I ke-54, tema yang diusung yaitu 'Bangga Melayani Bangsa'. Jadi, kata kuncinya melayani dan melayani ini yang menjadi dasar dan spirit kami untuk bergerak ke depan. Bagi kami, pengelolaan bandara merupakan pelayanan terhadap publik. Memang, mendapatkan laba yang tinggi penting sebagai korporasi yang bergerak di bidang komersial. Namun, ada tugas lain, yaitu memberikan pelayanan yang lebih baik. Sekali lagi saya tegaskan kepada seluruh karyawan, kata kuncinya adalah melayani.
Apa saja pengalaman paling berharga selama Anda menjabat sebagai pemimpin di sejumlah BUMN?
Dari sisi pengalaman yang paling memuaskan, tentu saja jika kita bisa meraih target yang awalnya sulit, tapi akhirnya berhasil dicapai. Contohnya waktu saya bekerja di Garuda Indonesia, sebagai Direktur Pelayanan saya diminta bagaimana agar Garuda menjadi maskapai bintang lima dan cabin crew-nya menjadi terbaik di dunia. Alhamdulillah tanggung jawab itu bisa direalisasikan. Saya rasa ini merupakan kepuasan secara pribadi karena saya bisa memberikan perubahan signifikan di Garuda waktu itu.
Sejumlah langkah dilakukan Angkasa Pura I (AP I), di antaranya melalui inovasi pelayanan di terminal, penerapan smart airport, digitalisasi proses bisnis perusahaan dan percepatan pembangunan tiga bandara strategis yang masuk ke dalam proyek strategis nasional. Melalui sejumlah langkah strategis tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor kebandarudaraan ini berharap bisa melayani 99 juta penumpang pada tahun ini dan meningkatkan pendapatan sebesar 16% atau mencapai Rp8,7 triliun.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut, perseroan juga akan lebih mengoptimalkan aset yang dimiliki serta mendorong kontribusi dari anak-anak usahanya. Faik yang memang bukan sosok baru di dunia kebandarudaraan itu juga senantiasa menekankan kepada karyawannya bahwa spirit utama perusahaan adalah melayani masyarakat. Dia juga mendorong tim di organisasinya untuk memiliki kompetensi dan performa yang baik. Apa lagi strateginya? Berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan Faik Fahmi di Jakarta, belum lama ini.
Bisa diceritakan rencana bisnis Angkasa Pura I pada tahun ini?
Pada 2018 ini kami menargetkan pendapatan sebesar Rp8,7 triliun atau meningkat 16% dari realisasi pendapatan 2017 (unaudited) sebesar Rp7,5 triliun. Target ini salah satunya didukung oleh mulai beroperasinya terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang pada Maret 2018, peningkatan kapasitas dan utilisasi alat produksi sisi udara bandara-bandara, dan peningkatan pendapatan lima anak perusahaan AP I, yaitu Angkasa Pura Suport, Angkasa Pura Logistik, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Hotel, serta Angkasa Pura Retail.
Kami juga akan memfokuskan diri dalam peningkatan kualitas layanan di 13 bandara, seperti inovasi pelayanan di terminal, penerapan smart airport, digitalisasi proses bisnis perusahaan, dan percepatan pembangunan tiga bandara yang termasuk dalam proyek strategis nasional, yaitu Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Bandara Internasional Baru Yogyakarta. Selain itu, perusahaan juga berharap dapat segera mengelola enam bandara yang selama ini dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), yaitu Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Sentani Jayapura, Bandara Juwata Tarakan, Bandara Syukuran Aminudin Amir Luwuk, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, dan Bandara Samarinda Baru.
Menurut Anda, apa saja tantangan dan peluang yang dihadapi perseroan saat ini?
Walaupun kami gencar mengejar pendapatan, itu juga dalam rangka untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi. Contoh yang terjadi saat ini, persoalan yang dihadapi AP I adalah keterbatasan kapasitas, di mana pertumbuhan jumlah penumpang lebih tinggi dari kapasitas. Jadi, kami berupaya meningkatkan kapasitas itu. Itulah sebabnya kami melakukan kegiatan investasi yang cukup signifikan pada tahun ini. Sebelumnya, kami tidak pernah investasi sampai Rp18,8 triliun dan ini hampir semuanya digunakan untuk pengembangan infrastruktur.
Dengan penambahan kapasitas ini diharapkan akan memudahkan kami dalam memberikan pelayanan yang lebih baik. Seiring meningkatnya kualitas pelayanan, jumlah penumpang juga diharapkan bertambah. Tahun ini kami berharap bisa melayani 99 juta penumpang atau meningkat hingga 12% dibandingkan capaian sepanjang 2017 yang sebanyak 84,7 juta penumpang.
Bagaimana solusi Anda dalam menghadapi sejumlah tantangan tersebut?
Kami akan mendorong kegiatan komersial sehingga bisa meningkat lebih signifikan lagi. Pasalnya, investasi membutuhkan pendanaan yang besar sehingga kami membutuhkan kemampuan finansial yang kuat di internal. Di samping itu, dari sisi komersial juga ada pendekatan yang harus dilakukan. Saya akui terlalu banyak peluang yang belum dioptimalkan. Contohnya, kami punya aset-aset yang clear dan clean di beberapa bandara yang selama ini idle dan tidak terpakai sehingga malah menimbulkan beban biaya cukup tinggi. Untuk memanfaatkan aset yang idle ini perlu strategi yang tepat dan kami akan kembangkan dengan memanfaatkan anak usaha.
Kami mempunyai lima anak usaha yang memiliki kompetensi khusus, yaitu Angkasa Pura Supports, Angkasa Pura Logistik, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Hotel, serta Angkasa Pura Retail. Saya akan mendorong anak usaha ini agar bisa berkembang secara signifikan dan menjadi salah satu backbone induk untuk mendorong pertumbuhan bisnis kami ke depan.
Bagaimana Anda melihat peran Angkasa Pura I dalam mendukung sejumlah program pemerintah?
Kami memiliki peran yang sangat strategis untuk mendukung program pemerintah. Ini menjadi momentum bagi perseroan untuk berkontribusi lebih. Saya akan fokus bagaimana membangun konektivitas transportasi udara melalui bandara yang dikelola. Selain menambah kapasitas, kami juga akan menambah bandara baru yang selama ini dikelola UPBU Kemenhub.
Ada enam bandara yang rencananya akan dikelola AP I. Kemarin saya ke Samarinda, Kalimantan Timur, dan gubernurnya menawarkan pengelolaan Bandara Berau. Itu bandara kecil dan bagus untuk dikembangkan. Jadi, kami ingin membangun konektivitas dari bandara yang dikelola. Dengan demikian, tidak hanya beroperasi di kota besar, juga wilayah lain yang tengah di kembangkan. Kedua, dukungan terhadap kegiatan pariwisata. Bandara kami mempunyai lokasi yang banyak dikunjungi turis. Selama ini peran bandara masih kurang signifikan untuk mendatangkan wisatawan.
Untuk itu, kami mempunyai program khusus, collaborative destination development (CDD), yaitu inisiasi yang dilakukan untuk menggabungkan seluruh pemangku kepentingan agar bisa mendorong kegiatan wisata menjadi lebih signifikan. Di bandara ini kami akan membangun fasilitas yang mendukung kedatangan wisatawan. Ketiga, perseroan juga mendukung upaya untuk menurunkan biaya logistik. Jadi, bisnis kargo akan kami kembangkan sehingga biaya logistik bisa lebih terjangkau dan bisa turun lagi.
Bagaimana strategi yang Anda jalankan sebagai seorang pemimpin?
Kalau saya simpel, sebagai seorang pemimpin saya selalu memberikan strategi yang jelas. Jadi, clear strategy ke bawahan. Kedua, kita harus punya kemampuan leadership yang kuat. Ini harus dilihat di mana organisasi yang kita kelola karena pendekatannya sangat berbeda-beda. Ada yang harus dengan contoh, ada yang harus lebih keras, ada yang sifatnya partisipatif, dan itu menyesuaikan. Menurut saya, leadership itu seperti seni dan ilmu, jadi kita harus bisa menyesuaikan dengan kondisi. Hal yang juga penting, saat kita mengelola organisasi itu harus memiliki orang-orang yang excellent. Pastinya di organisasi yang saya pimpin itu harus memiliki kompetensi dan performa yang baik. Ini yang diukur dalam satu organisasi. Kita mempunyai target khusus, sumber daya manusia (SDM) yang bekerja itu memiliki kompetensi dan performa yang baik pula.
Lalu, apa saja prinsip kepemimpinan yang Anda jalankan di perusahaan?
Saya prinsipnya lebih kepada memberikan contoh yang baik. Kita bekerja di BUMN ini fungsi utamanya melayani. Menyambut HUT AP I ke-54, tema yang diusung yaitu 'Bangga Melayani Bangsa'. Jadi, kata kuncinya melayani dan melayani ini yang menjadi dasar dan spirit kami untuk bergerak ke depan. Bagi kami, pengelolaan bandara merupakan pelayanan terhadap publik. Memang, mendapatkan laba yang tinggi penting sebagai korporasi yang bergerak di bidang komersial. Namun, ada tugas lain, yaitu memberikan pelayanan yang lebih baik. Sekali lagi saya tegaskan kepada seluruh karyawan, kata kuncinya adalah melayani.
Apa saja pengalaman paling berharga selama Anda menjabat sebagai pemimpin di sejumlah BUMN?
Dari sisi pengalaman yang paling memuaskan, tentu saja jika kita bisa meraih target yang awalnya sulit, tapi akhirnya berhasil dicapai. Contohnya waktu saya bekerja di Garuda Indonesia, sebagai Direktur Pelayanan saya diminta bagaimana agar Garuda menjadi maskapai bintang lima dan cabin crew-nya menjadi terbaik di dunia. Alhamdulillah tanggung jawab itu bisa direalisasikan. Saya rasa ini merupakan kepuasan secara pribadi karena saya bisa memberikan perubahan signifikan di Garuda waktu itu.
(amm)