Netizen Memiliki Peran Penting di Sektor Ekonomi

Minggu, 25 Maret 2018 - 10:44 WIB
Netizen Memiliki Peran...
Netizen Memiliki Peran Penting di Sektor Ekonomi
A A A
JAKARTA - Dalam sektor ekonomi nyatanya netizen memberikan pengaruh bagi perusahaan atau siapa pun yang menginginkan keuntungan materi.

Netizen cukup penting bagi perusahaan untuk membentuk tip mind atas barang dan jasa yang diproduksi dan dipasarkan perusahaan. Fenomena endorser dari berbagai kalangan juga dibutuhkan perusahaan saat melakukan promosi di era milenial.

“Endorser merupakan salah satu rujukan selain rating pembeli atas barang atau jasa yang dipasarkan perusahaan,” ujar Ketua Asosiasi Marketing Indonesia De Yong Adrian. Maka, tidak mengherankan jika banyak perusahaan sangat aktif di dunia digital karena punya pasar yang sangat besar di sini.

Jika dulu perusahaan berlomba-lomba membuat kantor besar dengan papan nama yang besar untuk dikenali, tampaknya kini sudah tidak berlaku. Mereka berlomba-lomba lebih dikenal oleh para netizen. Dalam setiap platform hadir untuk memanjakan netizen dengan berbagai konten. Marketing Public Relations Manager Wings Food Gabriella da Silva memaparkan sangat pentingnya netizen bagi perusahaan.

Apa yang mereka unggah, tuliskan, komentari, di dunia maya adalah aspirasi mereka. “Kami sebagai perusahaan sebisa mungkin memenuhi demand konsumen. Melalui internet, kami bisa dengar kebutuhan mereka, menganalisis dan menciptakan kedekatan dengan mereka,” ujarnya.

Begitu juga dengan buzzer atau endorser untuk promosi. Meski demikian, Gabriella menegaskan, pihak Wings Food sangat selektif dalam pemilihan buzzer. Tidak hanya followers banyak, tapi karakternya harus sesuai dengan karakter pro - duk, reputasinya baik.

“Lebih bagus lagi jika biasa memegang etika bekerja sama dengan merek dagang satu dengan yang lain, jadi tahu aturan main,” sambungnya. Pengamat media sosial, Enda Nasution, menjelaskan, endorser memang kini tengah menjadi incaran. Baik sebagai pekerjaan endorser itu sendiri maupun menggunakan jasa endorser.

“Tingkat yang paling mahal ya memang endorser bisa sampai Rp10 juta-20 juta per posting. Karena mereka mempromosikan berdasarkan pengalaman pernah mencoba produk atau jasa tersebut,” katanya. Namun, tidak semua produk efektif menggunakan jasa endorser. Produk yang sifatnya umum memang mudah, siapa saja dapat mem promosikan kaos atau makanan.

Namun, untuk produk yang khusus netizen akan lebih percaya jika dipromosikan oleh ahlinya atau dilihat rekam jejaknya mengenai produk tersebut. Enda menyebut untuk produk automotif, endorser yang diminta juga bukan hanya mereka yang banyak jumlah pengikutnya di media sosial.

Para endorser juga dulunya merupakan seorang netizen karena posting atau kontennya dapat menarik banyak pengikut. Maka secara perso nal dirinya juga menjadi daya tarik para pebisnis. Enda mengatakan, perbedaan netizen dengan endorser yang tampak jelas ialah jumlah pengikut.

“Siapa pun bisa tiba-tiba jadi endorser seiring dengan jumlah kenaikan dari audiens digitalnya atau followers -nya,” ungkap Endah. Dia menambahkan, sosok yang membuat viral hingga terkenal akan berdampak pada jumlah pengikut di akun media sosialnya. “Kalau yang dari viral seperti itu ya paling mempromosikan produk umum. Beda dengan mereka yang sering buat konten bagus lalu bertahap jumlah pengikutnya banyak, bisa saja dianggap sebagai seorang yang ahli sehingga tawaran endorse-pun produk khusus atau yang lebih berkelas,” tutur Enda.

Salah seorang netizen yang senang melihat para endorser, Novianti, 26, mengandalkan Instagram untuk mencari model baju atau sepatu terbaru.

Baginya Instagram kini seperti katalog gratis yang bisa diakses kapan pun dengan model dan toko dari manapun. Novi pun mengikuti banyak akun selebgram, sebutan bagi artis di Instagram. Dari akun para selebgram ini terkadang Novi menemukan model busana teranyar, juga toko yang menjual itu.

Selebgram bukan orang terkenal pada awalnya, hingga kemudian mereka menjelma sebagai artis walau hanya di dunia Instagram. Namun, jangan sepelekan penghasilan para endorser ini, yang kadang bisa melebihi para artis terkenal.

Bayaran endorser memang tidak semua sama, namun jika sehari saja mereka sudah posting hingga 10 kali produk endorse, bisa dikalkulasikan berapa penghasilan mereka selama sebulan. Novi pun ternyata tidak asal mengikuti selebgram.

“Saya follow mereka yang ada prestasi sama kontennya bagus. Ada beberapa selebgram yang memang konten dia mengedukasi kita secara tidak langsung,” ujar pegawai swasta ini.

Konten kreatif juga menjadi favoritnya seperti para beauty vloger yang sering menyanyikan lagu orang lain (cover). Sosiolog dari Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, menyatakan memang bukan hanya faktor banyaknya pengikut seseorang bisa menambah pundi-pundinya menjadi seorang endorser.

Konten di media sosial juga sangat berpengaruh apakah dia disukai karena karya yang dihasilkan. “Seseorang juga dapat menarik banyak pengikut dari citra yang ditampilkan di dunia maya. Ada yang sama dengan kehidupan seharihari ada yang tidak,” ungkap Daisy. Namun, itulah ruang berkreasi seseorang, kini sangat dimungkinkan dalam budaya digital.

Biasanya yang berbeda juga digemari, beberapa dari mereka berusaha tampil unik. Jika dilakukan di dunia nyata aneh, tapi di dunia maya akan banyak yang suka. “Paling tidak mereka harus lebih kreatif di dunia digital, meskipun harus berpura-pura. Menjalani dua dimensi kehidupan paralel sepertinya memang sudah biasa bagi manusia digital saat ini,” ucap Daisy. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0919 seconds (0.1#10.140)