Gubernur BI Baru Diharap Dapat Jaga Keseimbangan

Rabu, 28 Maret 2018 - 22:00 WIB
Gubernur BI Baru Diharap...
Gubernur BI Baru Diharap Dapat Jaga Keseimbangan
A A A
JAKARTA - Presiden Direktur MNC Bank, Benny Poernomo mengatakan terpilihnya Perry Warjiyo sesuai harapan perbankan. Menurutnya Perry sudah sangat berpengalaman di BI sehingga paham apa yang dibutuhkan perekonomian nasional.

Harapannya BI dapat tetap menjaga stabilitas nilai tukar dan makro prudensial. "Hal ini dibutuhkan oleh pelaku ekonomi di Indonesia untuk mengembangkan usahanya. Selamat bekerja buat Pak Perry," ujar Benny, Rabu (28/3/2018) di Jakarta.

Head of Economic & Research Bank UOB, Enrico Tanuwidjaja berharap secara institusi BI juga mendengarkan apa yang diharapkan pasar. Hal ini terutama dalam kesinambungan dan juga kewaspadaan yang sangat tinggi.

Harus ada keseimbangan antara menyokong proses pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan namun pada saat yang bersamaan menjaga kestabilan sistem finansial Indonesia. "Harapan dari perbankan agar BI terutama terus menjaga keseimbangan," ujar Enrico, Rabu (28/3).

Sementara pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira menilai kebijakan BI akan lebih hati-hati dan perbankan lebih wait and see jadinya penyaluran kredit sampai tahun 2019 masih lambat. Dalam sisi kebijakan suku bunga sebenarnya Perry cukup konservatif. Mungkin ini karena tekanan global semakin membuat ruang pelonggaran moneter menyempit.

Fed rate yang naik menyulitkan Gubernur BI untuk utak atik kebijakan suku bunga acuan. "Bahkan diprediksi pada Mei-Juni nanti, kemungkinan BI akan sesuaikan 7 days repo rate dikisaran 25 bps. Karena Mei tekanan kenaikan Fed rate-nya cukup besar. Sikap Pak Perry terlihat dovish," ujar Bhima.

Dia menilai instrumen yang mengendalikan inflasi misalnya akan lebih andalkan koordinasi TPID dan perluasan program klaster pangan strategis BI. Dari rencana itu bisa disimpulkan bunga acuan akan dijadikan secondary instrument. Fokus utamanya sekarang untuk kendalikan inflasi.

"Tapi pengendalian inflasi untuk tekan suku bunga kredit itu masih jangka menengah panjang efeknya. Implikasinya dalam jangka pendek bunga kredit masih mahal bahkan trennya naik," ujarnya.

Kemudian isu mendorong intermediasi, dia melihat juga belum ada gebrakan yang berbeda dari gubernur sebelumnya. Terlebih dalam mendorong kredit infrastruktur bukan perbankan yang didorong untuk salurkan kredit namun justru kontraktor infrastruktur didorong untuk perluasan pendanaan melalui obligasi dan penerbitan sekuritas.

"Padahal rasio kecukupan modal bank atau CAR-nya kan gemuk 23%. Ini bisa menciptakan kondisi DPK bank tebal tapi pertumbuhan kreditnya akan loyo. Akhirnya menimbulkan disintermediasi perbankan," ujarnya.

Korporasi ke depannya dituntut untuk lebih banyak terbitkan obligasi dan saham di pasar sekunder. "Saya kira itu harus jadi perhatian. Peran utama bank sebagai pendorong ekonomi melalui pemberian kredit harus dikembalikan ke peran asalnya," ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9195 seconds (0.1#10.140)