Harga Minyak Jatuh Seiring Meningkatnya Pengeboran AS
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah jatuh pada perdagangan Senin (16/4/2018), setelah sempat meninggi akibat serangan udara Amerika Serikat ke Suriah pada akhir pekan lalu. Menurunnya harga minyak disebabkan meningkatnya produksi minyak AS yang terus menggencarkan pengeboran.
Melansir dari Reuters, harga minyak Brent International turun 71 sen atau 1% ke level USD71,87 per barel pada pukul 01:24 GMT. Sementara itu, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 59 sen atau 0,9% menjadi USD66,80 per barel.
Para pedagang mengatakan harga minyak mendapat tekanan dari kenaikan aktivitas pengeboran minyak Amerika. Perusahaan energi AS menambah tujuh rig pengeboran minyak untuk produksi baru dalam sepekan hingga 13 April, sehingga total menjadi 815 rig. Ini jumlah tertinggi sejak Maret 2015.
Meski demikian, perusahaan jasa energi Baker Hughes memperkirakan, Brent masih akan naik lebih dari 16% di tahun 2018 ini. Karena meningkatnya permintaan minyak dan juga konflik di Timur Tengah yang masih terus berlangsung.
Kendati Suriah sendiri bukan produsen minyak signifikan, kata Baker Hughes, kawasan Timur Tengah secara keseluruhan adalah eksportir minyak mentah dunia paling penting. Dan ketegangan di kawasan ini cenderung menempatkan pasar minyak di ujung tanduk.
"Investor terus khawatir tentang dampak dari konflik yang lebih luas di Timur Tengah," tulis ANZ Bank yang berdomisili di Singapura.
Melansir dari Reuters, harga minyak Brent International turun 71 sen atau 1% ke level USD71,87 per barel pada pukul 01:24 GMT. Sementara itu, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 59 sen atau 0,9% menjadi USD66,80 per barel.
Para pedagang mengatakan harga minyak mendapat tekanan dari kenaikan aktivitas pengeboran minyak Amerika. Perusahaan energi AS menambah tujuh rig pengeboran minyak untuk produksi baru dalam sepekan hingga 13 April, sehingga total menjadi 815 rig. Ini jumlah tertinggi sejak Maret 2015.
Meski demikian, perusahaan jasa energi Baker Hughes memperkirakan, Brent masih akan naik lebih dari 16% di tahun 2018 ini. Karena meningkatnya permintaan minyak dan juga konflik di Timur Tengah yang masih terus berlangsung.
Kendati Suriah sendiri bukan produsen minyak signifikan, kata Baker Hughes, kawasan Timur Tengah secara keseluruhan adalah eksportir minyak mentah dunia paling penting. Dan ketegangan di kawasan ini cenderung menempatkan pasar minyak di ujung tanduk.
"Investor terus khawatir tentang dampak dari konflik yang lebih luas di Timur Tengah," tulis ANZ Bank yang berdomisili di Singapura.
(ven)