Pulang Kampung dan Bangkitkan Industri Automotif India

Jum'at, 04 Mei 2018 - 13:00 WIB
Pulang Kampung dan Bangkitkan Industri Automotif India
Pulang Kampung dan Bangkitkan Industri Automotif India
A A A
MANAGING Director (MD) Mahindra and Mahindra (M&M) Pawan Goenka merupakan orang berpengalaman di industri otomotif. Dia bekerja hampir selama 14 tahun di General Motors, salah satu perusahaan pengembang dan perancang mobil terbesar di dunia, yang berkantor pusat di Amerika Serikat (AS).

Suatu hari di bulan Oktober 1993, dia tengah pulang ke kampung halamannya di India untuk membantu perusahaan lokal. Saat mampir dan melihat fasilitas research and developtment (R&D) M&M di Nashik, Maharashtra, India, dia sangat terkejut. "Ya Tuhan, apa yang telah saya lakukan?" tanya Pawan Goenka kala itu.

Dalam pengamatannya, infrastruktur R&D milik M&M hampir sama dengan di General Motors. Hanya saja tenaga sumber daya manusia (SDM) M&M dan General Motors berbeda. General Motors memiliki pegawai sebanyak 20.000 insinyur yang tersebar ke berbagai lokasi dengan anggaran tahunan mencapai USD1 miliar. Adapun M&M pada saat itu hanya memiliki 50 insinyur. Meski demikian, Goenka tetap terkagum.

"Saya harus akui titik awal di sana lebih banyak kekurangannya, bahkan jauh lebih buruk dibanding yang saya bayangkan," kata Goenka, dikutip forbesindia.com.

Sekitar 21 tahun kemudian, revenue M&M naik 25 kali lipat menjadi Rs43.848 crore dari Rs1.716 crore dan keuntungan naik 55 kali lipat dari Rs68 crore menjadi 3.758 crore. Selain itu, pada 1990-an, M&M menjadi manufaktur traktor terbesar di dunia dan mendominasi pasar SUV di India. Dengan kemampuan pengembangan produk yang sangat kuat, M&M berhasil meluncurkan beberapa produk unggulan.

Goenka sadar dirinya harus bekerja keras, inovatif, kreatif, dan pantang menyerah. Pertemuannya dengan Chairman Mahindra Group Anand Mahindra yang saat itu masih menjabat sebagai wakil direktur manajer, telah mewarnai perjalanannya. Anand mengatakan kepadanya, M&M terpuruk dan hanya memiliki tiga pilihan, yakni keluar dari sektor automotif, dijual ke perusahaan asing, atau tetap maju.

"Kami memilih untuk terus maju demi produk bangsa dan bersaing dengan dunia. Saya sendiri sedang mencari seseorang yang dapat mengemban tugas besar itu. Kamu tidak akan kehilangan kebebasan. Berikan saya produk dalam kurun waktu yang tidak terlalu cepat, juga tidak terlalu lama," tawar Anand kepada Goenka.

Goenka yang menyepakati tawaran Anand tersebut mengaku tidak berpikir panjang atau melihat ini dan itu. Dia langsung mengambilnya. Meski harus keluar dari perusahaan idamannya di AS, Goenka tidak menyesali keputusannya. Sebab, Goenka kini berhasil memetik kerja kerasnya dengan penuh bangga dan apresiasi.

Perjuangannya bersama M&M memang tidak mudah. Dengan skala yang terbatas, Goenka dituntut mampu memberikan hasil maksimal dan efektif. Beberapa keputusannya seperti membangun Scorpio dan Mahindra Research Valley di tengah krisis SDM dan pengalaman hampir menyebabkan M&M jatuh dan bangkrut.

Namun, Goenka melalui kekhawatiran itu dan berhasil menuai hasil memuaskan. Goenka lalu kembali mengambil langkah berisiko di tengah situasi yang tidak menentu. Dia meminta M&M menanamkan investasi di bidang pengembangan teknologi automotif, sektor yang jarang dijamah perusahaan besar sekali pun.

Transformasi awal M&M sangat lambat. Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang sangat sedikit pada 1993-1994 tidak memungkinkan didirikannya research dalam skala besar. Goenka kemudian fokus memperbaiki hal lain yang bisa dilakukan dan penting dilakukan, setidaknya agar roda produksi tetap berputar dan berjalan.

Produk pertama yang keluar dari pabrik baru mereka ialah truk jenis pikap pada 1997. Disusul Bolero, sebuah mobil SUV, pada 2000 untuk menggantikan Armada yang diproduksi pada 1993. Meski Bolero menjadi produk pertama yang dikembangkan di industri rumahan, chassis, atap, dan pintunya diambil dari Armada.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6708 seconds (0.1#10.140)