Industri Kreatif Didorong Berorientasi Ekspor di Era Digital

Selasa, 08 Mei 2018 - 01:11 WIB
Industri Kreatif Didorong...
Industri Kreatif Didorong Berorientasi Ekspor di Era Digital
A A A
BANDUNG BARAT - Industri kreatif di Indonesia didorong untuk berorientasi ekspor terhadap pemasaran produknya. Pasalnya dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan semakin berkembangnya teknologi informasi, maka menjadi peluang bagi pelaku usaha lokal untuk mendunia.

Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Hanura Dadang Rusdiana mengatakan, ekonomi kreatif terdiri dari produk kuliner, fesyen, dan perfilman. Indonesia memiliki potensi besar terhadap pengembangan tiga sektor tersebut. Bahkan khusus kerajinan, sudah banyak produk-produk Indonesia yang jadi incaran pasar luar negeri.

"Kita ini punya potensi besar untuk komoditas ekonomi kreatif. Hanya memang harus diakui masih kalah saja dalam hal packaging atau pengemasan," tuturnya seusai menjadi pembicara dalam Be Kraf 'Strategi Pemasaran Produk Kreatif ke Luar Negeri' di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Senin (7/5).

Menurutnya, Bandung Barat juga punya potensi besar untuk pengembangan industri kreatif. Bahkan objek wisata seperti Goa Pawon, Stone Garden, dan Curug Malela, bisa menjadi destinasi wisata unggulan yang terangkat dari industri film. Itu telah terbukti kepada Pantai Tanjung Tinggi di Belitung yang terangkat setelah dipakai Syuting Film Laskar Pelangi.

Secara nasional, lanjut dia, kontribusi besar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sekitar 7-8% berasal dari ekonomi kreatif. Targetnya tahun depan bisa menembus 10-12%. Sedangkan yang menjadi fokus perhatian industri kreatif tahun ini yakni sektor musik, film dan aplikasi game yang baru berkontribusi sekitar 1-2%.

Ketua Forum Komunitas Ekonomi Kreatif KBB Aceng Kodir menilai, saat ini persaingan industri kreatif sudah bukan lagi antardaerah, atau wilayah tapi lingkupnya sudah antarnegara. Konsekuensinya, setiap pelaku usaha harus punya daya saing dengan produk luar serta inovasi tinggi. Namun kendalanya dalam persaingan harga, SDM ahli, dan permodalan.

"Kami membawahi enam sektor industri kreatif yakni kuliner, kriya, fesyen, seni, film dan fotografi, serta musik. Para pelakunya dituntut mengubah minset dan inovasi yang out of the box agar jadi pembeda dengan produk lain," tuturnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8686 seconds (0.1#10.140)