Menhub Terus Dorong Angkutan Massal Jadi Prioritas
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi akan terus mendorong angkutan massal agar menjadi prioritas dalam transportasi. Dengan kebijakan-kebijakan yang sudah diterapkan, diharapkan agar pengguna angkutan pribadi berpindah menggunakan angkutan massal dan membuat prasarana jalan kembali ke kapasitas normal.
“Kita memang mendorong angkutan massal itu menjadi prioritas, oleh karenanya kepada pengguna angkutan pribadi dengan suatu limitasi tertentu agar mereka pindah. Kalau mereka pindah, maka daya dukung jalan yang tadinya sudah melampaui akan kembali menjadi normal,” ujar Menhub di Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Ditegaskan oleh Menhub, paket kebijakan yang diterapkan oleh Kementerian Perhubungan di beberapa ruas tol seperti Tol Cikampek dan Tol Jagorawi dilakukan mengingat sudah ada beberapa jalan yang melampaui batas daya dukung. Sehingga harus diambil sebuah sikap dan menerapkan sebuah aturan agar masalah ini dapat teratasi.
“Kalau kita bicara apa yang terjadi di Jakarta, berkaitan dengan keharusan kami melakukan beberapa upaya upaya policy yang terpaksa untuk kita lakukan, karena memang jalan-jalan tertentu sudah melampaui batas daya dukungnya. Kalau itu terdeteksi dengan nyata, berarti kita memang harus punya suatu sikap, satu policy, satu cara untuk menangani. Baik itu cara yang sifatnya jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek,” jelas Menhub.
Selain itu, pembangunan proyek-proyek transportasi massal seperti LRT, MRT, BRT dan peningkatan kapasitas kereta api pun menjadi solusi lain untuk mendorong masyarakat agar berpindah dari angkutan pribadi ke angkutan massal untuk mengurangi tingkat kemacetan khususnya di kota Jakarta.
“Banyak diketahui kita memang merencanakan transportasi massal. Yang komprehensif kita membangun angkutan-angkutan seperti MRT, LRT, BRT dan kereta api. Kita upayakan tahun 2023 atau 2024 MRT north-south dan east-west itu sudah jadi dan beberapa LRT itu sudah dibangun," tugasnya.
Nantinya akan ada Loop line bagi kereta api Jabodebek itu elevated, sehingga tidak ada lagi lintasan sebidang. "Kereta api yang ada sekarang kita tingkatkan lagi dengan suatu teknologi yang berkapasitas tiga empat kali lipat. InsyaAllah pada saat itu kita bisa provide suatu fasilitas yang relatif sempurna dan bersamaan dengan itu kita bisa klaim Jakarta tidak macet lagi,” tutup Menhub.
“Kita memang mendorong angkutan massal itu menjadi prioritas, oleh karenanya kepada pengguna angkutan pribadi dengan suatu limitasi tertentu agar mereka pindah. Kalau mereka pindah, maka daya dukung jalan yang tadinya sudah melampaui akan kembali menjadi normal,” ujar Menhub di Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Ditegaskan oleh Menhub, paket kebijakan yang diterapkan oleh Kementerian Perhubungan di beberapa ruas tol seperti Tol Cikampek dan Tol Jagorawi dilakukan mengingat sudah ada beberapa jalan yang melampaui batas daya dukung. Sehingga harus diambil sebuah sikap dan menerapkan sebuah aturan agar masalah ini dapat teratasi.
“Kalau kita bicara apa yang terjadi di Jakarta, berkaitan dengan keharusan kami melakukan beberapa upaya upaya policy yang terpaksa untuk kita lakukan, karena memang jalan-jalan tertentu sudah melampaui batas daya dukungnya. Kalau itu terdeteksi dengan nyata, berarti kita memang harus punya suatu sikap, satu policy, satu cara untuk menangani. Baik itu cara yang sifatnya jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek,” jelas Menhub.
Selain itu, pembangunan proyek-proyek transportasi massal seperti LRT, MRT, BRT dan peningkatan kapasitas kereta api pun menjadi solusi lain untuk mendorong masyarakat agar berpindah dari angkutan pribadi ke angkutan massal untuk mengurangi tingkat kemacetan khususnya di kota Jakarta.
“Banyak diketahui kita memang merencanakan transportasi massal. Yang komprehensif kita membangun angkutan-angkutan seperti MRT, LRT, BRT dan kereta api. Kita upayakan tahun 2023 atau 2024 MRT north-south dan east-west itu sudah jadi dan beberapa LRT itu sudah dibangun," tugasnya.
Nantinya akan ada Loop line bagi kereta api Jabodebek itu elevated, sehingga tidak ada lagi lintasan sebidang. "Kereta api yang ada sekarang kita tingkatkan lagi dengan suatu teknologi yang berkapasitas tiga empat kali lipat. InsyaAllah pada saat itu kita bisa provide suatu fasilitas yang relatif sempurna dan bersamaan dengan itu kita bisa klaim Jakarta tidak macet lagi,” tutup Menhub.
(akr)