Sambut Puasa, Pertamina Tambah Pasokan BBM dan Elpiji
A
A
A
SOLO - Pertamina bakal menambah pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis gasoline untuk kebutuhan puasa sebanyak 30% di wilayah Jawa Tengah (Jateng) dan Yogyakarta. Penambahan meliputi BBM jenis pertamax, pertalite dan premium.
Manager Communication and Relation Pertamina MOR IV Andar Titi Lestari mengatakan, pasokan BBM jenis gasoline di Jateng dan Yogyakarta menjadi 14.879 kilo liter/hari setelah dinaikkan 30%. Penambahan pasokan juga dilakukan untuk elpiji menjadi 8%, dari 3.674 matrik ton menjadi 3.970 matrik ton. Untuk BBM jenis solar tidak ada penambahan pasokan mengingat biasanya ada penurunan konsumsi.
Bahkan dari pengalaman tahun tahun sebelumnya, solar mengalami tren penurunan konsumsi saat puasa hingga 17%. “Khususnya saat mulai diberlakukan pembatasan angkutan barang sebelum lebaran,” ungkap Andar Titi Lestari di Solo, Jawa Tengah, Selasa (8/5).
Pertamina juga telah menyusun langkah-langah strategis guna menghadapi Lebaran. Khususnya untuk pasokan BBM di rute rute jalur mudik. Seperti Tegal, Brebes Exit (Brexit), dan jalan tol Solo-Kertosono.
Marketing Branch Manager DIY dan Surakarta Pertamina MOR IV, Dody Prasetya melanjutkan, penambahan dilakukan dalam rangka ketahanan stok BBM maupun elpiji. Sementara, khusus untuk suplai di wilayah eks Karisidenan Surakarta akan disuplai dari depot BBM di Boyolali.
Depot Boyolali disuplai dari kilang di Cilacap melalui jalur pipa. Sehingga relatif aman dan lancar untuk suplainya. Jika mengalami gangguan, maka suplai akan dibantu dari Semarang, maupun Rewuluh Yogyakarta.
Sebelum menentukan penambahan pasokan, pihaknya telah melakukan estimasi perkiraan lonjakan kebutuhan BBM maupun elpiji untuk puasa maupun Lebaran. Untuk kebutuhan BBM di eks Karisidenan Surakarta, jumlahnya mencapai 3.200 kiloliter/hari di luar solar. Meski menyiapkan penambahan pasokan hingga 8%, namun perkiraan konsumsi elpiji diperkirakan sekitar 2-5%.
Penambahan akan dilakukan fakultatif 2% dulu sembari melihat tingkat penyerapan di lapangan. Jika ternyata tinggi maka akan ditambah lagi sampai tingkat penyerapannya bagus. Penambahan jangan sampai berlebihan karena tidak bagus dan menyangkut barang bersubsidi.
Sementara, untuk wilayah eks Karisidenan Surakarta, kebutuhan elpiji 3 kg mencapai 5,6 juta tabung/bulan. Pada sisi lain, Pertamina juga menggandeng Pemkab dan Pemkot sebagai agen perubahan agar masyarakat yang mampu dapat beralih ke elpiji non subsidi.
(akr)
Manager Communication and Relation Pertamina MOR IV Andar Titi Lestari mengatakan, pasokan BBM jenis gasoline di Jateng dan Yogyakarta menjadi 14.879 kilo liter/hari setelah dinaikkan 30%. Penambahan pasokan juga dilakukan untuk elpiji menjadi 8%, dari 3.674 matrik ton menjadi 3.970 matrik ton. Untuk BBM jenis solar tidak ada penambahan pasokan mengingat biasanya ada penurunan konsumsi.
Bahkan dari pengalaman tahun tahun sebelumnya, solar mengalami tren penurunan konsumsi saat puasa hingga 17%. “Khususnya saat mulai diberlakukan pembatasan angkutan barang sebelum lebaran,” ungkap Andar Titi Lestari di Solo, Jawa Tengah, Selasa (8/5).
Pertamina juga telah menyusun langkah-langah strategis guna menghadapi Lebaran. Khususnya untuk pasokan BBM di rute rute jalur mudik. Seperti Tegal, Brebes Exit (Brexit), dan jalan tol Solo-Kertosono.
Marketing Branch Manager DIY dan Surakarta Pertamina MOR IV, Dody Prasetya melanjutkan, penambahan dilakukan dalam rangka ketahanan stok BBM maupun elpiji. Sementara, khusus untuk suplai di wilayah eks Karisidenan Surakarta akan disuplai dari depot BBM di Boyolali.
Depot Boyolali disuplai dari kilang di Cilacap melalui jalur pipa. Sehingga relatif aman dan lancar untuk suplainya. Jika mengalami gangguan, maka suplai akan dibantu dari Semarang, maupun Rewuluh Yogyakarta.
Sebelum menentukan penambahan pasokan, pihaknya telah melakukan estimasi perkiraan lonjakan kebutuhan BBM maupun elpiji untuk puasa maupun Lebaran. Untuk kebutuhan BBM di eks Karisidenan Surakarta, jumlahnya mencapai 3.200 kiloliter/hari di luar solar. Meski menyiapkan penambahan pasokan hingga 8%, namun perkiraan konsumsi elpiji diperkirakan sekitar 2-5%.
Penambahan akan dilakukan fakultatif 2% dulu sembari melihat tingkat penyerapan di lapangan. Jika ternyata tinggi maka akan ditambah lagi sampai tingkat penyerapannya bagus. Penambahan jangan sampai berlebihan karena tidak bagus dan menyangkut barang bersubsidi.
Sementara, untuk wilayah eks Karisidenan Surakarta, kebutuhan elpiji 3 kg mencapai 5,6 juta tabung/bulan. Pada sisi lain, Pertamina juga menggandeng Pemkab dan Pemkot sebagai agen perubahan agar masyarakat yang mampu dapat beralih ke elpiji non subsidi.
(akr)