Kinerja Ekonomi Harus Dijaga

Kamis, 17 Mei 2018 - 11:08 WIB
Kinerja Ekonomi Harus Dijaga
Kinerja Ekonomi Harus Dijaga
A A A
JAKARTA - Rangkaian aksi teror yang terjadi akhir-akhir ini diharapkan tidak mengganggu aktivitas perekonomian secara umum. Perlu langkah-langkah strategis mengembalikan kepercayaan investor agar sentimen negatif akibat peristiwa tersebut tidak berlanjut.

Di samping itu, hal lain yang harus menjadi perhatian adalah terkait kondisi ekonomi terkini, diantaranya nilai tukar rupiah yang terus melemah dan neraca perdagangan yang pada April lalu mengalami defisit cukup dalam akibat naiknya impor. Kemarin nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menjadi acuan Bank Indonesia (BI) berada di level Rp14.094 per dolar AS, melemah dibandingkan awal pekan ini Rp13.976 per dolar AS.

Sepanjang tahun ini, rupiah sudah melemah sekitar 3,84%. Nilai tukar rupiah di pasar spot semakin men dekati posisi tertinggi sejak De sem ber 2015 lalu. Rupiah juga sudah melemah 3,84% jika dibandingkan posisi awal tahun ini.

Di sektor perdagangan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2018 mengalami defisit cukup tajam, yakni USD1,63 miliar. Ini adalah defisit bulanan terbesar sejak awal tahun ini. Pada Januari dan Februari 2018, defisit perdagangan masing-masing USD0,76 miliar dan USD0,05 miliar. Hanya pada Maret 2018, Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD1,12 miliar.

Besarnya defisit perdagangan bulan lalu dipicu penurunan ekspor yang mencapai 7,17% atau USD14,47 miliar, sementara impornya mencapai USD16,09 miliar atau naik 11,28% dibandingkan bulan sebelumnya. Kalangan dunia usaha mengakui, mereka memerlukan jaminan kestabilan politik dan keamanan.

Dengan begitu, rasa percaya diri untuk terus berusaha dan bertumbuh bisa berjalan tanpa ada kekhawatiran atau ancaman keamanan dari teror. “Kita di Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) mendukung penuh langkah kepolisian memberantas terorisme di Bumi Indonesia, termasuk perangkatnya seperti Undang- Undang Penanggulangan Teroris yang sudah tidak bisa ditawar lagi,” ujar Ketua Apindo Bidang Kebijakan Publik Danang Girindrawardana kepada KORAN SINDO kemarin.

Dia menambahkan, apabila ditanya soal dampak teror yang terjadi belakangan ini, tidak bisa dimungkiri bahwa peristiwa itu memberikan pengaruh negatif. Misalnya saja di sektor pariwisata dan industri, terkaitnya seperti hotel dan restoran. “Meski demikian, dunia usaha harus yakin dan percaya bahwa pemerintah akan memberikan rasa aman terhadap dunia usaha. Kita yakin pemerintah bisa menyelesaikan ini,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaya Kamdani menambahkan, memang ada kekhawatiran dari investor dengan kejadian terorisme saat ini. Namun, tindakan terorisme bisa terjadi di mana saja di seluruh dunia. “Jadi, tentunya investor tidak semata-mata melihat faktor ini dalam menentukan investasinya di Indonesia,” ujarnya.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah tidak akan menoleransi aksi terorisme. Menurut dia, Indonesia harus menunjukkan bahwa tidak takut terhadap aksi tersebut. “Kita tunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tetap berlangsung hingga tujuan teroris tidak tercapai. Kita dorong semua pihak tetap berproduksi, tetap beraktivitas, tetapi tentu keamanan harus ditingkatkan,” ujarnya.

Airlangga menuturkan saat ini investor masih percaya terhadap iklim investasi di Indonesia. Untuk itu, pemerintah akan terus memberikan kepastian hukum dan keamanan.

“Tentu bagi investasi, kita perlu kepastian hukum dan keamanan. Namun, kami berbicara dengan sektor seluruhnya masih percaya karena kita tidak boleh terkena imbas dari ancaman ini,” tuturnya. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Azhar Lubis mengatakan, investor hingga saat ini masih yakin dengan iklim investasi di Indonesia. “Ada juga yang concern menanyakan (kondisi keamanan), tapi kita mengatakan sudah ditangani dengan baik oleh kepolisian. Mereka juga membahas mengenai pengembangan investasi mereka, termasuk perlindungannya,” ungkapnya. Dari kalangan perbankan, Ketua Umum Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) Maryono berharap pemerintah segera menumpas para teroris secara tegas.

Hal ini agar dapat memberikan kepastian kondisi ekonomi dan keamanan di Indonesia. Maryono juga meminta masyarakat tetap tenang karena kondisi perbankan saat ini dalam keadaan aman. “Kami yakin pemerintah bisa segera menyelesaikan dengan baik. Karena masalah terorisme, saya kira Indonesia sudah memiliki pengalaman yang sangat baik sehingga kami yakin bisa diselesaikan,” tegasnya.

Pariwisata Masih Aman
Aksi terorisme yang terjadi dalam sepekan terakhir telah mendorong beberapa negara mengeluarkan imbauan perjalanan (travel advice)ke Indonesia. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar demi menjaga keselamatan warga negara bersangkutan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, saat ini 14 negara telah menerbitkan travel advice akibat dari rentetan aksi terorisme. Meski begitu, Menpar berharap agar travel advice tidak berubah status menjadi peringatan perjalanan (travel warning). Adapun negara-negara yang sudah mengeluarkan imbauan adalah Inggris, Amerika Serikat, Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, Polandia, Irlandia, Kanada, Prancis, Filipina, Swiss, dan Brasil.

“Kalau levelnya masih advice, masih aman,” ujarnya. Menurut Arief, aksi teror bisa berpotensi menggerus wisatawan mancanegara. Berkaca pada status travel warning saat gejolak Gunung Agung di Bali akhir tahun kemarin, Indonesia kehilangan satu juta turis manca negara.

“Waktu di Bali, statusnya travel warning karena sudah ada erupsi Gunung Agung. Sekarang dalam tahap travel advice. Diharapkan kondisinya lebih bisa teratasi. Umumnya begitu. Kalau sudah teratasi, statusnya dicabut,” tuturnya.

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhi negara berpendapat, selain menjaga keamanan agar aksi teror tidak berlanjut dan berisiko menurunkan kepercayaan pelaku usaha dan investor, pemerintah juga perlu memulihkan kinerja fundamental ekonomi karena beberapa indikatornya kurang memuaskan.

Dia mencontohkan, per tum buhan ekonomi stagnan di level 5%, konsumsi rumah tangga yang hanya naik 4,95%, pelemahan nilai tukar rupiah, defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan melebar.

Menurutnya, ada beberapa solusi yang bisa dijalankan guna mendukung penguatan fundamental ekonomi, diantaranya meningkatkan kinerja ekspor nonmigas melalui beragam insentif, salah satunya pembebasan bea keluar dan tax holiday bagi industri yang berorientasi ekspor.

“Menaikkan bunga acuan BI 7 Day Repo Rate juga bisa jadi solusi. Ini diharapkan dapat menahan laju keluarnya dana asing sehingga rupiah kembali menguat,“ katanya. Ekonom Center Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, rentetan peristiwa teror beberapa waktu terakhir akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika kondisi keamanan masih belum stabil dari ancaman-ancaman teroris maka akan menimbulkan kekhawatiran masuknya investor ke dalam negeri.

Hal yang sama diungkapkan anggota Komisi V DPR Muhidin M Said. Menurut dia, pemerintah sudah merespons cepat mengantisipasi teror yang terjadi. Salah satunya mengamankan sejumlah objek vital yang rawan menjadi sasaran terorisme.
(Oktiani Endarwati/ Ichsan Amin/ Yanto Kusdiantono/ Rakhmat Baihaqi)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3675 seconds (0.1#10.140)