15 Tren Muslim Zaman Now (1)
A
A
A
MENYAMBUT Ramadan tahun ini, saya dan tim riset Inventure melakukan riset dan menuangkannya di dalam sebuah e-book yang kami beri judul: Muslim Zaman Now: The 15 Trends for Ramadhan (e-book tersedia di: bit.ly/muslimzamannow).
Pasar muslim di Indonesia berkembang begitu pesat seperti sudah saya tuangkan dalam dua buku saya, Marketing to the Middle-Class Muslim (2014) dan #GenM (2017). Persis seperti diprediksi dua buku tersebut, pasar muslim kini kian menjadi mainstream market di Indonesia karena 88% penduduk kita adalah muslim dan perilaku kaum muslim zaman now (muslim milenial) berkembang begitu cepat dan dinamis.
Untuk menangkap perkembangan pesat perilaku muslim zaman now saya menuangkannya dalam 15 tren perilaku konsumen muslim yang begitu hot tersebut. Berikut tren-trennya.
#1. Halal of Things: The Hot Label
Di dunia digital, selama ini kita mengenal istilah internet of things (IoT). Artinya, semua peralatan apa pun (TV, lemari es, mobil, hingga wearable devices) nantinya akan membentuk jejaring internet yang terkoneksi satu sama lain. Dengan menggunakan analogi yang sama, saya punya istilah baru halal of things (HoT), yaitu fenomena di mana seluruh produk (terutama yang terkait makanan) akan diberi label halal.
Labelisasi halal ini akan berlangsung begitu masif menjelang dan setelah 2019 karena memang UU Jaminan Produk Halal (UU JPH) akan diterapkan pada tahun tersebut. Label halal akan menjadi magic word yang bisa "menghipnotis" konsumen muslim zaman now. Pemilik merek pun berlomba-lomba menggunakan label halal.
#2. Riding the Conversations
Dengan munculnya fenomena halal of things, pemilik brand non-makanan/minuman berlomba-lomba mengomunikasikan logo halal yang telah dikantonginya. Tujuannya untuk menciptakan percakapan, word of mouth dan viral di media sosial yang ujung-ujungnya melesatkan awareness produk. Mereka mencuri perhatian muslim zaman now. Tapi ingat, langkah berani ini bukannya tak membawa risiko, karena bisa menimbulkan kontroversi yang membahayakan brand, "high return, high risk... even high loss!"
#3. Hijrah: The New Way of Life
Hijrah menjadi pilihan baru hidup muslim zaman now. Bagi mereka, hijrah bukan lagi sekadar kesadaran menggunakan kerudung. Mereka mulai menerapkan kaidah Islam secara lebih dalam dan lebih murni. Mereka, misalnya, rela meninggalkan pekerjaan demi keyakinan Islam. Contohnya, mereka yang bekerja di bank konvensional, rela meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan untuk hijrah ke jalan hidup yang sesuai syariah (hidup tanpa riba). Fenomena hijrah ini banyak didorong oleh para selebritas dari bintang film, pemain sinetron, hingga penyanyi rock.
#4. The Rise of Riba Awareness
Seiring naiknya kesadaran riba di kalangan muslim zaman now, pemilik merek pun harus siap-siap untuk menjadikan produk dan layanannya sharia-friendly dengan menghilangkan unsur-unsur riba. Tren ini terutama akan banyak memengaruhi operasi perusahaan-perusahaan keuangan, seperti bank, leasing, reksa dana, hingga fintech. Go-Pay yang sempat dianggap riba, kini mulai ancang-ancang meluncurkan produk Go-Pay syariah.
#5. Umat-nomic: The New Movements
Umat-nomic muncul sebagai kekuatan baru untuk menjawab anxiety & desire muslim zaman now. Mereka muncul dengan mengedepankan konsep syariah. Yang saya maksud Umat-nomic adalah gerakan ekonomi umat yang dikelola dengan prinsip-prinsip syariah. Muslim zaman now menyukai geliat gerakan ini karena konsep ekonomi yang dikembangkannya mengacu kepada ajaran Islam dan dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen modern dan profesional. Umat-nomic hadir sebagai alternatif bagi sistem ekonomi kapitalistik yang bersifat mengisap dan menghasilkan ketimpangan kayamiskin.
Contohnya 212 Mart, perusahaan jaringan gerai ritel, yang dikelola dengan sistem baru yang sangat islami, yaitu amanah (dapat dipercaya), jamaah (bersama-sama/koperasi), dan izzah (kemuliaan). Contoh lain, Bank Wakaf mikro dirancang untuk membantu kelompok segmen bawah-menengah dengan akad yang menguntungkan nasabah. Kita tunggu tren 6–10 pada tulisan minggu depan. Silakan unduh e-book-nya di link: bit.ly/muslimzamannow.
YUSWOHADY
Managing Partner Inventure www.yuswohady.com
Pasar muslim di Indonesia berkembang begitu pesat seperti sudah saya tuangkan dalam dua buku saya, Marketing to the Middle-Class Muslim (2014) dan #GenM (2017). Persis seperti diprediksi dua buku tersebut, pasar muslim kini kian menjadi mainstream market di Indonesia karena 88% penduduk kita adalah muslim dan perilaku kaum muslim zaman now (muslim milenial) berkembang begitu cepat dan dinamis.
Untuk menangkap perkembangan pesat perilaku muslim zaman now saya menuangkannya dalam 15 tren perilaku konsumen muslim yang begitu hot tersebut. Berikut tren-trennya.
#1. Halal of Things: The Hot Label
Di dunia digital, selama ini kita mengenal istilah internet of things (IoT). Artinya, semua peralatan apa pun (TV, lemari es, mobil, hingga wearable devices) nantinya akan membentuk jejaring internet yang terkoneksi satu sama lain. Dengan menggunakan analogi yang sama, saya punya istilah baru halal of things (HoT), yaitu fenomena di mana seluruh produk (terutama yang terkait makanan) akan diberi label halal.
Labelisasi halal ini akan berlangsung begitu masif menjelang dan setelah 2019 karena memang UU Jaminan Produk Halal (UU JPH) akan diterapkan pada tahun tersebut. Label halal akan menjadi magic word yang bisa "menghipnotis" konsumen muslim zaman now. Pemilik merek pun berlomba-lomba menggunakan label halal.
#2. Riding the Conversations
Dengan munculnya fenomena halal of things, pemilik brand non-makanan/minuman berlomba-lomba mengomunikasikan logo halal yang telah dikantonginya. Tujuannya untuk menciptakan percakapan, word of mouth dan viral di media sosial yang ujung-ujungnya melesatkan awareness produk. Mereka mencuri perhatian muslim zaman now. Tapi ingat, langkah berani ini bukannya tak membawa risiko, karena bisa menimbulkan kontroversi yang membahayakan brand, "high return, high risk... even high loss!"
#3. Hijrah: The New Way of Life
Hijrah menjadi pilihan baru hidup muslim zaman now. Bagi mereka, hijrah bukan lagi sekadar kesadaran menggunakan kerudung. Mereka mulai menerapkan kaidah Islam secara lebih dalam dan lebih murni. Mereka, misalnya, rela meninggalkan pekerjaan demi keyakinan Islam. Contohnya, mereka yang bekerja di bank konvensional, rela meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan untuk hijrah ke jalan hidup yang sesuai syariah (hidup tanpa riba). Fenomena hijrah ini banyak didorong oleh para selebritas dari bintang film, pemain sinetron, hingga penyanyi rock.
#4. The Rise of Riba Awareness
Seiring naiknya kesadaran riba di kalangan muslim zaman now, pemilik merek pun harus siap-siap untuk menjadikan produk dan layanannya sharia-friendly dengan menghilangkan unsur-unsur riba. Tren ini terutama akan banyak memengaruhi operasi perusahaan-perusahaan keuangan, seperti bank, leasing, reksa dana, hingga fintech. Go-Pay yang sempat dianggap riba, kini mulai ancang-ancang meluncurkan produk Go-Pay syariah.
#5. Umat-nomic: The New Movements
Umat-nomic muncul sebagai kekuatan baru untuk menjawab anxiety & desire muslim zaman now. Mereka muncul dengan mengedepankan konsep syariah. Yang saya maksud Umat-nomic adalah gerakan ekonomi umat yang dikelola dengan prinsip-prinsip syariah. Muslim zaman now menyukai geliat gerakan ini karena konsep ekonomi yang dikembangkannya mengacu kepada ajaran Islam dan dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen modern dan profesional. Umat-nomic hadir sebagai alternatif bagi sistem ekonomi kapitalistik yang bersifat mengisap dan menghasilkan ketimpangan kayamiskin.
Contohnya 212 Mart, perusahaan jaringan gerai ritel, yang dikelola dengan sistem baru yang sangat islami, yaitu amanah (dapat dipercaya), jamaah (bersama-sama/koperasi), dan izzah (kemuliaan). Contoh lain, Bank Wakaf mikro dirancang untuk membantu kelompok segmen bawah-menengah dengan akad yang menguntungkan nasabah. Kita tunggu tren 6–10 pada tulisan minggu depan. Silakan unduh e-book-nya di link: bit.ly/muslimzamannow.
YUSWOHADY
Managing Partner Inventure www.yuswohady.com
(amm)