Melawan Hari Tanpa Tembakau dengan Riang Gembira
A
A
A
JAKARTA - 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dimotori oleh WHO, Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) pada awalnya hanyalah kampanye satu hari mengajak orang untuk berhenti merokok. Tetapi selanjutnya HTTS menjadi momentum gerakan pengendalian terhadap tembakau yang bertujuan untuk mematikan Industri Hasil Tembakau.
Koordinator Komunitas Kretek, Aditia Purnomo menegaskan di Indonesia peringatan HTTS tidak seharusnya dilakukan. Pasalnya, bertentangan dengan fakta yang memperlihatkan bahwa tembakau memiliki manfaat besar bagi negara.
"Sumbangsih cukai hasil tembakau pada 2017 yang mencapai Rp149 triliun. Dari sisi ketenagakerjaan, Industri Hasil Tembakau menghidupi 6 juta orang di dalamnya. Di sana ada petani tembakau, cengkeh, buruh pabrik, distributor hingga pedagang," kata Aditia di pelataran Tugu Monas, Minggu (27/5/2018).
Selain itu, sambung ia, Indonesia juga memiliki produk hasil tembakau yang khas berupa kretek. "Adanya peringatan HTTS di Indonesia jelas sangat menciderai keberadaan kretek yang lahir dari proses kebudayaan bangsa Indonesia," tegas dia.
Aksi bertemakan "Berterimakasih Kepada Segala yang Memberi Kehidupan" digelar dalam rangka melawan dan membela kretek dan jutaan orang yang menggantungkan hidup padanya, Komunitas Kretek bersama Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK).
Tujuan aksi adalah agar masyarakat diberikan informasi yang berimbang, tidak melulu dicekoki dengan informasi yang melabeli tembakau sebagai produk berbahaya dan membawa kerugian.
Ia menegaskan negeri ini lebih butuh peringatan Hari Terima Kasih Tembakau Indonesia sebagai simbol perlawanan terhadap neoliberalisme asing yang ingin membunuh budaya kretek dan meruntuhkan kekuatan ekonomi nasional. Melawan mereka yang bakal mematikan jutaan petani, buruh, dan pedagang asongan yang menggantungkan hidup dari tembakau.
"Karena itu, marilah bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan tembakau sehingga banyak orang dianugerahi kretek dan bisa menghisapnya dengan nikmat, berterimakasih kepada puluhan juta petani tembakau dan buruh pabrik kretek, berterimakasih pada segala yang memberi kehidupan," pungkas Adit.
Selain dilakukan di Jakarta, aksi kreatif ini juga akan dilakukan di Surabaya dan Yogyakarta pada 28-31 Mei mendatang, dengan berbagai macam aksi yang kreatif, riang dan gembira.
Koordinator Komunitas Kretek, Aditia Purnomo menegaskan di Indonesia peringatan HTTS tidak seharusnya dilakukan. Pasalnya, bertentangan dengan fakta yang memperlihatkan bahwa tembakau memiliki manfaat besar bagi negara.
"Sumbangsih cukai hasil tembakau pada 2017 yang mencapai Rp149 triliun. Dari sisi ketenagakerjaan, Industri Hasil Tembakau menghidupi 6 juta orang di dalamnya. Di sana ada petani tembakau, cengkeh, buruh pabrik, distributor hingga pedagang," kata Aditia di pelataran Tugu Monas, Minggu (27/5/2018).
Selain itu, sambung ia, Indonesia juga memiliki produk hasil tembakau yang khas berupa kretek. "Adanya peringatan HTTS di Indonesia jelas sangat menciderai keberadaan kretek yang lahir dari proses kebudayaan bangsa Indonesia," tegas dia.
Aksi bertemakan "Berterimakasih Kepada Segala yang Memberi Kehidupan" digelar dalam rangka melawan dan membela kretek dan jutaan orang yang menggantungkan hidup padanya, Komunitas Kretek bersama Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK).
Tujuan aksi adalah agar masyarakat diberikan informasi yang berimbang, tidak melulu dicekoki dengan informasi yang melabeli tembakau sebagai produk berbahaya dan membawa kerugian.
Ia menegaskan negeri ini lebih butuh peringatan Hari Terima Kasih Tembakau Indonesia sebagai simbol perlawanan terhadap neoliberalisme asing yang ingin membunuh budaya kretek dan meruntuhkan kekuatan ekonomi nasional. Melawan mereka yang bakal mematikan jutaan petani, buruh, dan pedagang asongan yang menggantungkan hidup dari tembakau.
"Karena itu, marilah bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan tembakau sehingga banyak orang dianugerahi kretek dan bisa menghisapnya dengan nikmat, berterimakasih kepada puluhan juta petani tembakau dan buruh pabrik kretek, berterimakasih pada segala yang memberi kehidupan," pungkas Adit.
Selain dilakukan di Jakarta, aksi kreatif ini juga akan dilakukan di Surabaya dan Yogyakarta pada 28-31 Mei mendatang, dengan berbagai macam aksi yang kreatif, riang dan gembira.
(ven)