Menteri Susi Ajak Jepang Perkuat Investasi di Sektor Perikanan RI
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bertemu dengan Chairman Japanese External Trade Organization (JETRO) Hiroyuki Ishige JETRO yang merupakan organisasi perdagangan eksternal Jepang yang terkait dengan pemerintah, dan bertugas mempromosikan perdagangan dan investasi antara Jepang dengan negara lain.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Susi dan Hiroyuki membicarakan peluang kerja sama Indonesia - Jepang di sektor kelautan dan perikanan. Peluang kerja sama tersebut diprioritaskan dalam pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di enam pulau terluar Indonesia. Enam SKPT dimaksud yaitu SKPT Sabang, SKPT Natuna, SKPT Saumlaki, SKPT Morotai, SKPT Biak Numfor, dan SKPT Moa.
Menteri Susi mempromosikan, investasi sektor perikanan di Indonesia saat ini sangat menjanjikan. Hal ini menurutnya karena terjadinya peningkatan stok ikan yang diikuti dengan surplus perdagangan sektor perikanan yang telah terlihat pada kuartal I 2018 ini.
"Situasi sektor perikanan di Indonesia sekarang terus berkembang. Stok ikan lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) naik tinggi, biomass tumbuh 3,6 kali. Surplus perdagangan komoditi perikanan pada kuartal I ini (2018) hampir USD1 miliar. Hasilnya sangat luar biasa,” tutur Menteri Susi di Jakarta, Jumat (1/6/2018).
Tak hanya itu, menurutnya penangkapan ikan tuna di Indonesia juga mengalami peningkatan. Ia berpendapat, nelayan tidak perlu lagi jauh ke tengah laut untuk menangkap ikan tuna. “Ikan tuna berukuran besar 70, 80, 90 kg bisa didapatkan nelayan dalam rentang 5-8 mil saja dari tepi pantai, bahkan ada yang 2 mil dari pantai. Jadi luar biasa,” tambahnya.
Oleh karena itu, hal ini merupakan kesempatan besar bagi Jepang untuk melakukan investasi dalam revitalisasi industri tuna dan pembangunan enam titik SKPT yang merupakan lumbung-lumbung ikan di Indonesia. Tak hanya sektor perikanan, Menteri Susi menerangkan pembangunan SKPT juga membuka peluang investasi di bidang infrastruktur. Untuk itu, ia juga mengajak Jepang membangun pelabuhan laut dalam di Sabang, Aceh.
"Barangkali sempat India ingin investasi deep sea port (pelabuhan laut dalam). Saya pikir, Jepang sudah buat SKPT di sana, kenapa tidak membangun deep sea port-nya sekalian," imbuhnya.
Menteri Susi juga menyampaikan, Jepang dapat membangun pelabuhan baik untuk penangkapan ikan maupun pelabuhan umum. "Sea port-nya untuk pelabuhan umum dan pelabuhan perikanan, dual function,” tandasnya.
Upaya Menteri Susi ini disambut baik oleh Hiroyuki, yang mengatakan pihaknya memang menaruh perhatian terhadap kerja sama Indonesia-Jepang yang sudah terjalin selama 60 tahun ini. Ia mengaku, JETRO bahkan menggelar seminar rutin khusus membahas peluang investasi ke Indonesia. “Mengenai seminar terdapat berbagai jenis. Ada yang skalanya besar, dan ada yang skalanya kecil tetapi bersifat lebih intensif,” tuturnya.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Susi dan Hiroyuki membicarakan peluang kerja sama Indonesia - Jepang di sektor kelautan dan perikanan. Peluang kerja sama tersebut diprioritaskan dalam pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di enam pulau terluar Indonesia. Enam SKPT dimaksud yaitu SKPT Sabang, SKPT Natuna, SKPT Saumlaki, SKPT Morotai, SKPT Biak Numfor, dan SKPT Moa.
Menteri Susi mempromosikan, investasi sektor perikanan di Indonesia saat ini sangat menjanjikan. Hal ini menurutnya karena terjadinya peningkatan stok ikan yang diikuti dengan surplus perdagangan sektor perikanan yang telah terlihat pada kuartal I 2018 ini.
"Situasi sektor perikanan di Indonesia sekarang terus berkembang. Stok ikan lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) naik tinggi, biomass tumbuh 3,6 kali. Surplus perdagangan komoditi perikanan pada kuartal I ini (2018) hampir USD1 miliar. Hasilnya sangat luar biasa,” tutur Menteri Susi di Jakarta, Jumat (1/6/2018).
Tak hanya itu, menurutnya penangkapan ikan tuna di Indonesia juga mengalami peningkatan. Ia berpendapat, nelayan tidak perlu lagi jauh ke tengah laut untuk menangkap ikan tuna. “Ikan tuna berukuran besar 70, 80, 90 kg bisa didapatkan nelayan dalam rentang 5-8 mil saja dari tepi pantai, bahkan ada yang 2 mil dari pantai. Jadi luar biasa,” tambahnya.
Oleh karena itu, hal ini merupakan kesempatan besar bagi Jepang untuk melakukan investasi dalam revitalisasi industri tuna dan pembangunan enam titik SKPT yang merupakan lumbung-lumbung ikan di Indonesia. Tak hanya sektor perikanan, Menteri Susi menerangkan pembangunan SKPT juga membuka peluang investasi di bidang infrastruktur. Untuk itu, ia juga mengajak Jepang membangun pelabuhan laut dalam di Sabang, Aceh.
"Barangkali sempat India ingin investasi deep sea port (pelabuhan laut dalam). Saya pikir, Jepang sudah buat SKPT di sana, kenapa tidak membangun deep sea port-nya sekalian," imbuhnya.
Menteri Susi juga menyampaikan, Jepang dapat membangun pelabuhan baik untuk penangkapan ikan maupun pelabuhan umum. "Sea port-nya untuk pelabuhan umum dan pelabuhan perikanan, dual function,” tandasnya.
Upaya Menteri Susi ini disambut baik oleh Hiroyuki, yang mengatakan pihaknya memang menaruh perhatian terhadap kerja sama Indonesia-Jepang yang sudah terjalin selama 60 tahun ini. Ia mengaku, JETRO bahkan menggelar seminar rutin khusus membahas peluang investasi ke Indonesia. “Mengenai seminar terdapat berbagai jenis. Ada yang skalanya besar, dan ada yang skalanya kecil tetapi bersifat lebih intensif,” tuturnya.
(akr)